Ilmu Pendidikan Islam : Strategi Metode Model Pembelajaran Terbaru, Tokoh – Tokoh Islam, Kelebihan dan Kekurangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
( Makalah ini untuk Memenuhi Nilai Tugas)
Dosen
Pembimbing:
Drs. Amron
Nasution, M.Pd
Disusun Oleh:
Nisa Asri Amalia
12.02.0068
Semester/Kelas : 3 / A
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Attahiriyah Jakarta
2014 M / 1435 H
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan puncak kekaguman serta
keagungan hanya kepada Allah SWT, yang telah menganugerahkan Al-Qur’an sebagai
hudan li an-nas, rahmatan li al-‘amin. Sholawat dan salam semoga tercurah
kepada Baginda Rosul Muhammad SAW, dan manusia pilihan-Nya.
Alhamdulillah atas kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya sebagai bentuk
realisasi dari tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Dengan adanya makalah
ini semoga dapat menambah pengetahuan para pembacanya mengenai “Macam-macam Metode
Pembelajaran yang Efektif” di lingkup pembelajaran sekolah. Saya ucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs.Amron Nasution, Mpd selaku dosen mata kuliah serta
rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaianmakalah ini selama prosesnya.
Tentu dengan kehadiran makalah ini sama
sekali tidak membelenggu minat baca pembaca, namun harus memperluas wawasan
engan menggali rujukan yang lainnya.
Kiranya makalah kami masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik serta saran bagi pembaca
sekalian. Semoga dengan adnya makalh ini dapat menambah sedikit wawasan dan
bermanfaat bagi pembaca, Aamiin.
Jakarta, Januari
2014
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Islam merupakan komponen
terpenting untuk membentuk dan mewarnai corak hidup masyarakat. Pendidikan Islam sangat penting bagi
ummat Islam karena dapat mempelajari ilmu pengetahuan dan yang lainnya. Pendidikan Islam dikenal sejak zaman Nabi sampai sekarang.
Di Indonesia mengenal pendidikan Islam sejak Islam datang ke Indonesia.
Pendidikan ini memakai sistem sorongan/perorangan dan berlangsung secara sangat
sederhana serta tidak mengenal strata atau tingkatan seperti pada pesantren dan
kemudian berkembang dengan sistem kelas seperti pada pendidikan madrasah.
Kalau
kita berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia, sangatlah erat
hubungannya dengan metode pembelajaran, tokoh tokoh sejarah filsafat serta
lembaga-lembaga pendidikan karena suatu pendidikan pasti ada cara, sejarah
serta lembaga yang membantu. Melihat peran yang begitu vital, maka
menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan
harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak
membosankan.
Filsafat sering mencapai pasang surut sesuai masanya. Ada kalanya filsafat
mendapatkan tempat yang cukup tinggi di suatu peradaban masyarakat, namun ada
kalanya pula filsafat diabaikan, tidak dianggap keberadaannya, bahkan sampai
mati sama sekali, dan dapat kembali muncul berkat perjuangan dan pemikiran para
filsuf yang berperan sangat besar untuk perkembangan filsafat tersebut.
Lembaga pendidikan Islam adalah wadah atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses
pembudayaan, dan itu dimulai dari lingkungan keluarga.
Ada macam metode yang efektif, lembaga islam, dan banyak tokoh yang
mengikuti suatu aliran filsafat tertentu serta ide yang dicetuskannya, yang
idenya akan dipaparkan dalam makalah ini. Untuk
lebih lanjutnya akan dipaparkan pada BAB berikutnya dan semoga dengan hadirnya makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca.
PEMBAHASAN
Strategi
Metode Model Pembelajaran Terbaru
a.
Metode Pembelajaran
I.
Pengertian
Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Sagala, S. (2003:169) mengemukakan, metode pembelajaran
adalah cara yang digunakan guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau
dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya. Surakhmad, W. (1979:75)
mengemukakan metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan. Namun menurut Hatimah, I. (2000:10) metode pembelajaran tidak
hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, melainkan
berfungsi juga untuk pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya minat belajar,
penyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang kondusif, tenaga untuk
melahirkan kreativitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil
belajar, dan pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar. [1]
II.
Efektivitas Pemilihan Metode Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif salah satunya ditentukan oleh
pemilihan metode pembelajaran. Kemahiran guru untuk memilih metode pembelajaran
yang serasi dengan kebutuhan menurut Riwajatna, J. (2003:51) ditentukan oleh
pengalamannya, keluasan pemahaman guru tentang bahan pelajaran, tersedianya
media, pemahaman guru tentang karakteristik siswa, dan karakteristik belajar.
Surakhmad, W. (1979:76) mengemukakan penggunaan metode pembelajaran dipengaruhi
oleh faktor-faktor antara lain: tujuan, anak didik, situasi, fasilitas, dan
pribadi guru.
Metode pembelajaran apapun yang digunakan oleh guru
menurut Majid, A. (2005:136) hendaknya dapat mengakomodasi menyeluruh terhadap
prinsip-prinsip pembelajaran:
a. Berpusat
pada anak didik (student oriented).
b. Guru
harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak
didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Suatu kesalahan jika guru
memperlakukan mereka secara sama. Gaya belajar (learning style) anak didik
harus diperhatikan.
c. Belajar
dengan melakukan (learning by doing).
d. Supaya
proses belajar menyenangkan guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik
untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman
nyata.
e. Mengembangkan
kemampuan sosial.
f. Proses
pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan,
juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together).
g. Mengembangkan
keingintahuan dan imajinasi.
h. Proses
pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik.
Juga mampu memompa daya imajinasi anak didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
i.
Mengembangkan kreativitas
dan keterampilan memecahkan masalah.
III.
Karakteristik
Belajar Yang Efektif
Untuk
mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran,
maka sangat penting untuk mengetahui cirri-cirinya yaitu:
a.
Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif
secara mental ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya,
kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari
pelajaran, membuat peta dan lain-lain.
b. Metode
yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas menjadi
hidup.
c. Motivasi
guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan
mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
d. Suasana
demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang saling menghormati,
dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi kesempatan kepada siswa
untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain.
e. Pelajaran
di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
f. Interaksi
belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri,
sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih
percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.
g. Pemberian
remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor
penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika diperlukan.
Selain itu Ciri pengajaran Efektif juga dapat diketahui
dengan:
a.
Berpusat pada siswa
b.
Interaksi eduktaif, Guru-Siswa
c.
Suasana demokratis
d. Metode
yang bervariasi
e. Bahan
belajar bermanfaat
f. Lingkungan
kondusif
g. Suasana
belajar menunjang
Selain
mengetahui karakteristik belajar yang efektif perlu diketahui Karakteristik
Guru Efektif, yang berguna untuk mengetahui keahlian dan keprofesionalan
seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif. Adapun
karakteristknya yaitu:
a. Memiliki
minat terhadap mata pelajaran
b. Memiliki
kecakapan untuk menafsirkan suasana/iklim psikologis siswa
c. Menumbuhkan
semangat belajar
d. Memiliki
imajinasi dalam menjelaskan
e. Menguasai
metode/strategi pembelajaran
f. Memiliki
sikap terbuka terhadap siswa
b.
Macam Macam Metode
Pembelajaran
Guru
merupakan seorang pendidik dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat
mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta
mendewasakan anak didiknya. Yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan
mengajar di kelas/performance guru di kelas. Guru harus menerapkan metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Untuk itu
seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran agar PBM dapat
menyenangkan.
Adapun
macam-macam metode pembelajaran sebagai berikut:
1.
Metode Debat
Metode
debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi
paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok
terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil
posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan
tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut
kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya
guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi
kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam
prosedur debat.
Pada
dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran
kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa
saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling
tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang
dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan
menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan
peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran
tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat
(recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material
manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses
belajar.
2.
Metode Role Playing
Metode
Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan
seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan
kemampuannya dalam bekerjasama.
·
Siswa bebas
mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
·
Permainan
merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang
berbeda.
·
Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui
pengamatan pada waktu melakukan permainan.
·
Permainan
merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
3.
Metode Pemecahan Masalah
(Problem Solving)
Metode
pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu
masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan
sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi
dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun
keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
a. Melatih
siswa untuk mendesain suatu penemuan.
b. Berpikir
dan bertindak kreatif.
c. Memecahkan
masalah yang dihadapi secara realistis
d. Mengidentifikasi
dan melakukan penyelidikan.
e.
Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f.
Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
g.
Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan
metode problem solving sebagai berikut
a. Beberapa
pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya
alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta
akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
b. Memerlukan
alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain.
4.
Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
Problem
Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi
siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
a. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan
data, hipotesis, pemecahan masalah.
d. Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e. Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
a. Siswa
dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya
dengan baik.
b. Dilatih
untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
c. Dapat
memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
a. Untuk
siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
b. Membutuhkan
banyak waktu dan dana.
c.
Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode
ini
5. Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa
bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari.
Langkah-langkah:
a. Guru
membagi siswa untuk berpasangan.
b. Guru
membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru
dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara
membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide
pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e. Bertukar
peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta
lakukan seperti di atas.
f. Kesimpulan
guru.
g. Penutup.
Kelebihan:
a. Melatih
pendengaran, ketelitian / kecermatan.
b. Setiap
siswa mendapat peran.
c. Melatih
mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
a. Hanya
digunakan untuk mata pelajaran tertentu
b. Hanya
dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya
sebatas pada dua orang tersebut).
6.
Picture And Picture
Picture
and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan
/ diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
a. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Menyajikan
materi sebagai pengantar.
c. Guru
menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
d. Guru
menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru
menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari
alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan
/ rangkuman.
Kebaikan:
a. Guru
lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
b. Melatih
berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:
a. Memakan
banyak waktu.
b. Banyak
siswa yang pasif.
7.
Numbered Heads Together
Numbered
Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari
siswa.
Langkah-langkah:
a. Siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
d. Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
e. Tanggapan
dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f. Kesimpulan.
Kelebihan:
a. Setiap
siswa menjadi siap semua.
b. Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai.
Kelemahan:
a. Kemungkinan
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b. Tidak
semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
8.
Metode Investigasi Kelompok
(Group Investigation)
Metode
investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan
paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan
proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode
investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian
kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat
terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari,
mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai
langkah-langkah metode investigasi
kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi
topik
Parasiswa
memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups)
yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam
jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan
kerjasama
Parasiswa
beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari
langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa
melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di
dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis
dan sintesis
Parasiswa
menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c)
dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di
depan kelas.
e. Penyajian
hasil akhir
Semua
kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang
telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok
dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru
beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa
secara individu atau kelompok, atau keduanya.
9.
Metode Jigsaw
Pada
dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan
guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang
terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa
ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan
menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan
subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa
tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada
temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh
siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi
yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus
menguasai topik secara keseluruhan.
10.
Metode Team Games
Tournament (Tgt)
Pembelajaran
kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas
belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung
jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada
5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
a. Penyajian
kelas
Pada
awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin
guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
b. Kelompok
(team)
Kelompok
biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat
dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada
saat game.
c. Game
Game
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan
yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang
menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya
dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
d. Turnamen
Biasanya
turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru
melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa
tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada
meja II dan seterusnya.
e. Team
recognize (penghargaan kelompok)
Guru
kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau
lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila
rata-ratanya 30-40
11.
Model Student Teams – Achievement Divisions
(Stad)
Siswa
dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
a. Membentuk
kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, dll.).
b. Guru
menyajikan pelajaran.
c. Guru
memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
d. Guru
memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu.
e. Memberi
evaluasi.
f. Penutup.
Kelebihan:
a. Seluruh
siswa menjadi lebih siap.
b. Melatih
kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
a. Anggota
kelompok semua mengalami kesulitan.
b. Membedakan
siswa.
12.
Model Examples Non Examples
Examples
Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
a. Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
c. Guru
memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan /
menganalisa gambar.
d. Melalui
diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas.
e. Tiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f.
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g.
Kesimpulan.
Kebaikan:
a. Siswa
lebih kritis dalam menganalisa gambar.
b.
Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh
gambar.
c. Siswa
diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
a. Tidak
semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
b. Memakan
waktu yang lama.
13.
Model Lesson Study
Lesson
Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa
Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh
Makoto Yoshida.
Lesson
Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di
Jepang dengan jalan menyelidiki/menguji praktik mengajar mereka agar menjadi
lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Sejumlah
guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
b. Perencanaan.
c. Praktek
mengajar.
d. Observasi.
e. Refleksi/
kritikan terhadap pembelajaran.
f. Salah
satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat
rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang
menunjang.
g. Guru
yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas
sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
h. Guru-guru
lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan
rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
i.
Semua guru dalam
kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan
pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini
merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
j.
Hasil pada (5)
selanjutnya diimplementasikan pada kelas/pembelajaran berikutnya dan seterusnya
kembali ke (2).
Adapun
kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
a. Dapat
diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga
dan pada setiap tingkatan kelas.
b. Dapat
dilaksanakan antar/lintas
Tokoh – Tokoh Islam
a.
Ibnu Khaldun
Nama
lengkap : Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun
al-Hadrami (عبد الرحمن بن محمد بن خلدون الحضرمي)
Tokoh
dibidang : seorang
sejarawan muslim dari Tunisia
dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi,
sosiologi
dan ekonomi.
Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah
(Pendahuluan).[2]
Pemikiran
dibidang pendidikan : Pemikiran Ibn Khaldun dalam bidang
pendidikan meliputi tentang manusia didik, ilmu, metode pengajaran, dan
spesialisasi. Dalam melihat manusia ia tidak terlalu menekankan kepada
kepribadiannya akan tetapi kepada hubungannya dan interaksinya terhadap
kelompok yang ada dalam masyarakat. Dalam konsep ini sering disebut sebagai
salah satu pendiri sosiolaogi dan antropologi. Ibn Khaldun berpandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir.
Oleh karena itu mampu melahirkan ilmu dan teknologi, dan sifat-sifat ini tidak
dimiliki oleh makhluk lainnya. Selanjutnya ia berpaendapat bahwa pertumbuhan
pendidikan dan ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh peradaban Berkenaan dengan
ilmu pengetahuan. Ibn Khaldun
membagi menjadi tiga macam yaitu ilmu lisan, ilmu Tujuan Pendidikan
a)
Tujuan peningkatan pemikiran
Beliau memandang bahwa salah
satu tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih
giat dan melakukan aktivitas yang dapat dilakukan melalui proses menuntut ilmu
dan ketrampilan sehingga dapat meningkatkan potensi akal. Melalui proses
belajar manusia mencoba meneliti pengetrahuan dan informasi yang diperoleh oleh
pendahulunya, mengumpulkan fakta, dan menginventarisasikan ketrampilan yang
dikuasainya untuk memperoleh lebih banyak warisan pengetahuan yang
semakinmeningkat sepanjang masa sebagai hasil dari aktivitas akal manusia. Atas
dasar pemikiran tersebut, maka tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah
peningkatan kecerdasan manusia dan kemampuannya berfikir.
b)
Tujuan peningkatan kemasyarakatan
Dari segi peningkatan
kemasyarakatan, ia berpendapat bahwa ilmu dan pengajaran adalah lumrah bagi
peradaban manusia. Ilmu dan pengajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan
taraf hidup manusia. Semakin dinamis budaya masyarakat, maka akan semakin mutu
dan dinamis pula ketrampilan di masyarakat tersebut. Jadi, eksistensi
pendidikan menurutnya merupakan satu sarana yang dapat membantu menuju kemajuan
dan kecemerlangan serta mendorong terciptanya tatanan kehidupan masyarakat ke
arah yang lebih baik.
c)
Tujuan pendidikan dari segi
kerohanian
Tujuan pendidikan dari segi
kerohanian adalah dengan meningkatkan kerohanian manusia dengan menjalankan
praktik ibadah, zikir, khalwat (menyendiri) dan mengasingkan diri dari khalayak
ramai sedapat mungkin untuk tujuan ibadah sebagaimana para sufi.
v
Kurikulum Pendidikan dan
Klasifikasi Ilmu
Kurikulum dan sistem
pendidikan yang tidak selaras dengan akal dan kejiwaan peserta didik akan
menjadikan malas dan enggan belajar. Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi tiga
macam :
1) Kelompok Ilmu
Lisan (bahasa) : tentang tata bahasa / gramatika, sastra dan bahasa yang
tersusun secara puitis (syair).
2)
Kelompok Ilmu Naqli : Ilmu yang diambil dari kitab suci
dan sunnah Nabi. Menurutnya, Al-Qur’an adalah ilmu yang pertama kali diajarkan
pada anak, tentang syariat Islam yang dipegang teguh oleh para ahli agama dan
dijunjung tinggi oleh setiap umat Islam. Ilmu Naqli hanya ditujukan untuk
dipelajari pemeluk Islam. Walaupun dalam setiap agama-agama sebelumnya,
ilmu-ilmu tersebut telah ada. Akan tetapi berbeda dengan yang
terdapat dalam Islam.
3)
Kelompok Ilmu Aqli : Ilmu yang
diperoleh manusia melalui kemampuan berfikir. Proses perolehan tersebut
dilakukan melalui panca indera dan akal.
Ilmu Aqli dibagi dalam empat
kelompok, yaitu :
a)
Ilmu Logika (Mantiq)
b)
Ilmu Fisika termasuk di
dalamnya kedokteran dan pertanian
c)
Ilmu Metafisika (‘Ilm
Al-Ilahiyat)
d)
Ilmu Matematika termasuk di
dalamnya ilmu geografi, aritmatika, aljabar, dan astronomi
Ibnu Khaldun berupaya menyusun
ilmu-ilmu tersebut berdasarkan urgensi dan faedahnya bagi peserta didik, yaitu
:
a)
Ilmu syariah dengan semua
jenisnya
b)
Ilmu filsafat (rasio) ; Ilmu
alam (fisika) ; dan ilmu ketuhanan (metafisika)
c)
Ilmu alat yang membantu ilmu
agama, ilmu bahasa dan gramatika
d)
Ilmu alat yang membantu ilmu
falsaffah (rasio), ilmu mantiq dan ushul fiqh.
Ibnu Khaldun membagi keempat
ilmu tersebut menjadi dua golongan, yaitu ilmu pokok dan ilmu alat. Ilmu
syariah dan ilmu filsafat berada pada satu klasifikasi. Ia menamakannya dengan
ilmu pokok. Namun demikian, ia lebih mengutamakan ilmu syariat daripada ilmu
filsafat karena merupakan asas dari ilmu-ilmu. Menurutnya, ilmu syariat datang
dari Allah dengan perantaraan para Nabi dan manusia hendaknya menerima apa yang
dibawa para Nabi serta mengikutinya untuk tercapainya kebahagiaan. Adapun
golongan ketiga dan keempat, Ibnu Khaldun mengklasifikasikan ke dalam ilmu
alat. Ia dengan tegas mengutamakan ilmu alat untuk mempelajari ilmu agama
karena sangat penting untuk memahami teks-teks mulia, Al-Qur’an dan Al-Hadits,
terutama ilmu bahasa Arab dengan berbagai jenisnya. Ia meletakkan ilmu Filsafat
pada posisi terakhir. Ia menganjurkan peserta didik untuk mempelajari ilmu ala,
ilmu-ilmu bhasa Arab dengan berbagai jenisnya dan ilmu rasio sekedar untuk
memahami ilmu syariah yang merupakan ilmu pokok.
Metode
Mengajar
Menurutnya, mengajarkan
pengetahuan pada peserta didik hanyalah akan bermanfaat apabila dilakukan
berangsur-angsur, setapak demi setapak, sedikit demi sedikit. Dalam hubungannya
denga proses mengajarkan ilmu pada peserta didik, Ibnu Khladun mengnjurkan agar
para pendidik mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan metode
yang baik dan mengetahui faedah yang digunakannya. Pendidik tidak boleh
mengajar peserta didik dengan kasar dan dengan makian. Bila hal tersebut
dilakukan, maka akan menyebabkan anak menjadi pemalas, pembohong, tidak bisa
mandiri, kasar, tidak berakhlak mulia, keras kepala, suka membantah dan lainn
sebagainya.
Sejalan dengan metode diatas,
Ibnu Khaldun menganjurkan agat pendidik bersikap sopan dan bijaksana terhadap
peserta didiknya. Demikian pula dengan orangtua agar memilki sikap tersebut
dalam menghadapi anaknya. Ini sangat penting dikarenakan orangtua merupakan
pendidik yang pertama dan utama dalam upaya pembentukan kepribadian seorang
anak.
Beliau mengajurkan untuk
mempergunakan jalan pengajaran konsentris untuk mata pelajaran tertentu dalam
proses belajar mengajar. Lanhkah pertama yang harus ditempuh adalah peserta
didik diberi pelajaran tentang soal-soal mengenai setiap cabang pembahsan yang
dipelajarinya. Keterangan terhadapa materi pelajaran yang diberikan hendaknya
bersifat umum, yaitu dengan memperharikan kekuatan pemikiran peserta didik dan
kesanggupannya memahami apa yang diberikan kepadanya. Apabila dengan jalan
tersebut seluruh pembahasan pokok telah dipahami, maka berarti peserta didik
telah memperoleh keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan tersebut. Jika
pembahasan yang diberikan belum mampu tercapai secara maksimal, maka harus
diulang kembali hingga dikuasai secara rinci, luas dan mendalam.
Sifat-Sifat
Pendidik
Seorang pendidik akan berhasil
dalam tugaanya apabila memiliki sifat-sifat yang mendukung profesionalismenya.
Adapun sifat-sifat tersebut adalah:
1)
Pendidik hendaknya lemah
lembut, senantiasa menjauhi sifat kasar, serta menjauhi hukuman yang merusak
fisik, dan psikis peserta didik, terutama terhadap anak-anak yang masih kecil.
2)
Pendidik hendaknya menjadikan
dirinya sebagai uswah alhasanah atau suri tauladan bagi pesetta didik.
3)
Pendidik hendaknya
memperhatikan kondisi peserta didik dalam meberikan pengajarn, sehingga metode
dan materi dapat disesuaika secara proporsional.
4)
Pendidik handaknya mengisi
waktu luang dengan aktivitas yang berguna.
Pendidik
harus profesional dan memilki wawasan yang luas tentang peserta didik, terutama
yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwanya, serta kesiapan
untuk menerima pelajaran.naqli dan ilmu aqli.
Karya-karya
Ibnnu Khaldun :
Berikut ini beberapa
karya Ibnu Khaldun yang cukup terkenal, antaralain;
a.
Kitab al-I’bar
wa Dhuan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-’Arab wa al-’Ajam wa al-Barbar wa
man ‘Asharahiim min Dzawi al-Suthan al-Akbar.
Karya yang dilihat dari
judulnya mempunyai gaya sajak yang tinggi ini dapat diterjemahkan menjadi;
Kitab contoh-contoh dan rekaman tentang asal-usul dan peristiwa hari-hari arab,
Persia, Barbar dan orang-orang yang sezaman dengan mereka yang memiliki
kekuatan besar. Oleh karena judulnya terlalu panjang, orang sering menyebutnya
dengan kitab al- ‘Ibar saja, atau kadang cukup dengan sebutan Tarikh Ibnu
Khaldun.
b.
Kitab Muqaddimah
Ibnu Khaldun.
Dalam volume tujuh
jilid, kajian yang dikandung begitu luas menyangkut masalah-maslah sosial, para
Khaldunian cenderung menganggapnya sebagai ensiklopedia.
c.
Kitab al-Ta ‘rif
lbnu Khaldun wa Rihlatuhu Garban wa Syarqan.
Adalah kitab
otobiografi Ibnu Khaldun secara lengkap di mana ia dipandang sebagai orang
besar abad pertengahan yang paling sempurna meninggalkan riwayat hidupnya.
d.
Karya-karya lain
Selain
karya yang telah disebutkan di atas, Ibnu Khaldun sebenarnya memiliki
karya-karya lainnya seperti; Burdah al-Bushairi,tentang logika dan aritmatika
dan beberapa resume ilmu fiqih. Sementara itu masih ada dua karya Ibnu Khaldun
yang masih sempat dilestarikan yaitu sebuah ikhtisar yang ditulis Ibnu Khaldun
dengan tangannya sendiri ini diberijudul Lubab al-Muhashal fl Ushul al-Din. Dan
kitab Syifa al-Sailfi Tahdzib al-Masatt yang ditulis Ibnu Khaldun ketika berada
di Fez, adalah karya pertama yang berbicara tentang teologi skolastik dan karya
kedua membahas tentang mistisisme konvensional.
b.
Ibnu Sina
Nama lengkap : Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā
Tempat dan tanggal lahir : 980 M, di Afsyahnah
Tokoh bidang : seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia[3]
Pemikiran dibidang pendidikan : Menurut Hasan Langgulung pemikiran pendidikan Ibnu
Sina dalam falsafat praktisnya (ilmu praktis) memuat tentang ilmu akhlak, ilmu
tentang urusan rumah tangga, politik dan syariah. Karya
tersebut ada prinsipnya berkaitan dengan cara mengatur dan membimbing manusia
dalam berbagai tahap dan sistem. Pembahasan
diawali dari pendidikan individu. Yaitu bagaimana seseorang mengendalikan diri
(akhlak). Kemudian dilanjutkan dengan bimbingan kepada keluarga
(takbiral-manzil), lalu meluas ke masyarakat (tadbir al-madinat) dan akhirnya
kepada seluruh umat manusia. Maka menurut Ibnu Sina, pendidikan yang diberikan
oleh nabi pada hakikatnya adalah pendidikan kemanusiaan. Disini dapat dilihat
bahwa pemikiran pendidikan Ibnu Sina bersifat komprehensif. Sementara itu
pandangan-pandangan Ibnu Sina dalam bidang politik hampir tidak dapat
dipisahkan dari pandangan nya dalam bidang agama, karena menurutnya hampir
semua cabang ilmu keislaman berhubungan dengan politik, ilmu ini selanjutnya ia
bagi menjadi empat cabang yaitu ilmu akhlak, ilmu cara mengatur rumah tangga,
ilmu tata negara dan ilmu tentang kenabian. Ke dalam ilmu politik ini juga
termasuk ilmu. Ilmu. Pendidikan, karena ilmu pendidikan merupakan ilmu yang
berada pada garis terdepan dalam menyiapkan kader-kader yang siap untuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan[ Pemikiran Ibnu Sina dalam pendidikan
antara lain berkenaan dengan tujuan pendidikan, kurikulum, metode pengajaran,
guru dan pelaksanaan hukuman dalam pendidikan.
- Tujuan Pendidikan
Menurut Ibnu Sina, bahwa tujuan pendidikan harus
diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah
perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi
pekerti. Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada
upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara
bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahluian yang dipilihnya sesuai
dengan bakat, kesiapan dan kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
- Kurikulum
Konsep
Ibnu Sina tentang kurikulum didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak
didik. Untuk anak usia 3 sampai 5 tahun misalnya, menurut Ibnu Sina perlu
diberikan mata pelajaran olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni suara dan
kesenian. Selanjutnya kurikulum untuk anak usia 6 sampai 14 tahun menurut Ibnu
Sina adalah mencakup pelajarn membaca dan menghafal Al-Qur’an, pelajaran agama,
pelajaran sya’ir, dan pelajaran olahraga.
Sedangkan
kurikulum untuk anak usia 14 tahun keatas. Pandangan Ibnu Sina terhadap mata
pelajaran yang harus diberikan kepada anak usia 14 tahun keatas berbeda dengan
mata pelajaran yag harus diberikan kepada anak usia sebelum 14 tahun
sebagaimana telah disebutkan diatas. Mata pelajaran yang dapat diberikan kepada
anak usia 14 tahun keatas, amat banyak jumlahnya, namun pelajaran tersebut
perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat si anak.
- Metode Pengajaran
Ibnu
Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak akan dapat
dijelaskan kepada bermacam-macam anak didik dengan salah satu cara saja,
melainkan harus dicapai dengan berbagai cara sesuai dengan perkembangan
psikologisnya.
Penyampaian
materi pelajaran pada anak menurutnya harus disesuaikan dengan sifat dari
materi pelajaran tersebut, sehingga antara metode dengan materi yang diajarkan
tidak ak kehilangan daya relevansinya. Metode pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain metode talqin,
demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, magang dan penugasan.
- Konsep Guru
Konsep guru yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain
berkisar tentang guru yang baik. Dalam hubungan ini Ibnu Sina mengatakan bahwa
guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara
mendidik akhak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari
berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan
santun, bersih dan suci murni.
- Konsep Hukuman dalam Pelaksanaanya
Ibnu Sina pada dasarnya tidak berkenan menggunakan
hukuman dalam kegiatan pengajaran. Hal ini didasarkan pada sikapnya yang sangat
menghargai martabat manusia. Namun dalam keadaan terpaksa hukuman dapat
dilakukan dengan cara yang amat hati-hati. Ibnu Sina menyadari sepenuhnya,
bahwa manusia memiliki naluri yang selalu ingin disayang, tidak suka diperlakukan
kasar dan lebih suka diperlakukan halus. Atas dasar pandangan kemanusiaan
inilah maka Ibnu Sina sangat mebatasi pelaksanaan hukuman.
Ibnu Sina membolehkan pelaksanaan hukuman dengan cara
yang ekstra hati-hati, dan hal itu hanya boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa atau tidak normal. Sedangkan
dalam keadaan normal, hukuman tidak boleh dilakukan. Sikap humanistic ini amat
sejalan dengan alam demokrasi yang amat menuntut keadilan, kemanusiaan,
kesederajatan dan sebagainya.
Karya-karya Ibnu Sina :
a.
Bidang logika
“Isaguji”, “The Isagoge”, ilmu logika Isagoge.
b.
Fi Aqsam al-Ulum
al-Aqliyah (On the Divisions of the Rational Sciences) tentang pembahagian
ilmu-ilmu rasional.
c.
Bidang
metafizika, “Ilahiyyat” (Ilmu ketuhanan)
d.
Bidang
psikologi, “Kitab an-Nayat” (Book of Deliverence) buku tentang kebahagiaan
jiwa.
e.
Fiad-Din yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi “Liber de Mineralibus” yakni
tentang pemilikan (mimeral).
f.
Bidang sastera
arab “Risalah fi Asab Huduts al-Huruf” ,risalah tentang sebab-sebab terjadinya
huruf.
g.
Bidang syair dan
prosa “Al-Qasidah al- Aniyyah” syair-syair tentang jiwa manusia.
h.
Cerita-cerita
roman fiktif , “Risalah ath-Thayr” cerita seekor burung.
i.
Bidang politik
“Risalah as-Siyasah” (Book on Politics) – Buku tentang politik.[4]
Karangan
Ibnu Sina :
Adapun
karangan yang telah dibuat Ibnu Sina adalah:
a.
Asy-Syifa.
Buku ini adalah buku filsafat
yang terpenting dan terbesar Ibnu Sina, dan terdiri dari empat bagian. yaitu
logik, fisika, matematika dan metafisika (ketuhanan). Buku tersebut mempunyai
beberapa naskah yang tersebar di berbagai perpustakaan di Barat dan Timur.
b.
An-Najat
Buku ini merupakan keringkasan
buku Asy-Syifa, dan pernah diterbitkan bersama-sama dengan buku Al-Qanun
dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 M di Roma dan pada tahun 1331 M di Mesir.
- Al-Isyart
wa Tanbihat
Buku ini adalah buku terakhir
dan yang paling baik, dan pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892 M, dan
sebagiannya diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis. Kemudian, diterbitkan lagi
di Kairo pada tahun 1947 di bawah asuhan Dr. Sulaiman Dunia
- Al-Hikmat
Al-Masyriqiiyyah
Buku ini banyak dibicarakan
orang, karena tidak jelasnya maksud judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih
memuat bagian logika. Menurut Carlos Nallino, buku ini berisi filsafat
Timur sebagai imbangan dari filsafat Barat.a
- Al-Qanun
atau Canon of Medicine,
Buku
ini pernah di terjemahkan dalam bahasa latin dan pernah menjadi buku standar
untuk universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ke tujuh belas Masehi.
Buku tersebut pernah diterbitkan di Roma tahun 1593 M, dan India tahun 1323 H.
Risalah-risalaj lain yang banyak jumlahnya dalam lapangan filsafat, etika,
logika dan fsikologi.[5]
c.
Al-Farabi
Nama
lengkap : Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi
Tempat
dan tanggal lahir : 872 M, Otrar, Kazakhstan
Tokoh
bidang :
Beliau terkemuka dalam bidang falsafah, logik, dan sosiologi.[6]
Pemikiran dibidang pendidikan
: Al Ghazali memberi perhatian yang sangat besar untuk menempatkan
pemikiran Islam dalam pendidikan. Menurutnya, seluruh metode pendidikan harus
berpegang teguh pada syariat Islam. Menurutnya, tujuan manusia adalah mencapai
kebahagian dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan kata lain, berbagai
macam tujuan manusia untuk mendapatkan kekayaan, kekuasaan sosial, ilmu
pengetahuan, hanyalah sebuah ilusi jika semua itu hanya berhubungan dan
ditujukan untuk pencapaian dunia fana.
Menurut beliau,
bayi lahir dalam keadaan jernih, lalu tumbuh menjadi anak-anak yang membutuhkan
kepribadian, karakter, dan tingkah laku saat hidup dan berinteraksi dengan
lingkungan. Keluarga mengajarkan anak-anak tentang bahasa, adat-istiadat,
tradisi agama, dan semua pengaruh dari ajaran tersebut tidak mungkin lenyap
hingga mereka dewasa. Oleh karena itu, yang paling bertanggung jawab terhadap
buruk atau baiknya pendidikan seorang anak adalah orangtua mereka. Orang tua merupakan mitra
dalam mendidik anak-anak dan mereka harus
membaginya dengan para guru anak-anak tersebut.
Al-Ghazali
menekankan pentingnya pembentukan karakter. Dengan memberikan pendidikan
karakter yang baik maka orang tua sudah membantu anak-anaknya untuk hidup
sesuai jalan yang lurus. Namun, pendidikan yang buruk akan membuat karakter
anak-anak menjadi tidak baik dan berpikiran sempit sehingga sulit membawa
mereka menuju jalan yang benar kembali. Oleh karena itu, anak-anak harus
belajar di sekolah dasar sehingga pengetahuan yang diperoleh sejak masih kecil
akan melekat kuat bagai ukiran di atas batu. Selain itu, anak-anak juga harus
diyakinkan bahwa mereka harus selalu mengembangkan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya. Anak-anak terus berkembang, pada usia remaja mereka akan merasa
tertarik dengan lawan jenis, lalu pada usia 20 tahun, mereka merindukan menjadi
pemimpin, dan pada usia 40 tahun orang membutuhkan kedekatan dan kesenangan
terhadap pengetahuan akan Tuhannya.
Pada masa anak-anak, orang tua harus mengajari
mereka ilmu Alquran dan hadis. Selain itu, mereka harus dijaga dari
puisi-puisi cinta. Sebab hal itu, kata dia, bisa menjadi bibit yang buruk bagi jiwa seorang
anak laki-laki. Mereka juga harus diajari mematuhi nasehat orang tua, gurun,
serta orang-orang yang lebih tua. Selain itu mereka juga harus diajarkan
menjadi orang yang jujur, sederhana, dermawan, dan beradab. Selain itu,
anak-anak sebaiknya memiliki teman yang bermoral baik, berkarakter baik,
pandai, serta jujur.
Karya-karya
Al-Farabi :
Karya
al-Farabi tentang logika menyangkut bagian-bagian berbeda dari karya
Aristoteles Organon, baik dalam bentuk komentar maupun ulasan panjang.
Kebanyakan tulisan ini masih berupa naskah dan sebagian besar naskah-naskah ini
belum ditemukan. Sedang karya dalam kelompok kedua menyangkut berbagai cabang
pengetahuan filsafat, fisika, matematika, dan politik. Kebanyakan
pemikiran yang dikembangkan oleh al-Farabi sangat berafiliasi dengan sistem
pemikiran Hellenik berdasarkan Plato dan Aristoteles. Dianatara judul karya
al-Farabi yang terkenal adalah:
- Maqalah fi Aghradhi ma Ba’da al-Thabi’ah
- Ihsha’
al-Ulum
- Kitab
Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadhilah
- Kitab
Tahshil al-Sa’adah
- ‘U’yun
al-Masa’il
- Risalah
fi al-Aql
- Kitab
al-Jami’ bain Ra’y al-Hakimain : al-Aflatun wa Aristhu
- Risalah
fi Masail Mutafariqah
- Al-Ta’liqat
- Risalah
fi Itsbat al-Mufaraqat.
d.
Al-Ghazali
Nama
lengkap : Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali
ath-Thusi asy-Syafi'i
Tempat
dan tanggal lahir : Thus; 1058 / 450 H
Tokoh
bidang : seorang filosof dan teolog muslim Persia[7]
Pemikiran
dibidang pendidikan : Al-Ghazali adalah orang yang banyak
mencurahkan perhatiannya terhadap bidang pengajaran dan pendidikan. Oleh karena
itu ia melihat bahwa ilmu itu sendiri adalah keutamaan dan melebihi
segala-galanya. Oleh sebab itu menguasai ilmu baginya termasuk tujuan
pendidikan dengan melihat nilai-nilai yang dikandungnya dan karena ilmu itu
merupakan jalan yang akan mengantarkan anda kepada kebahagiaan di akhirat serta
sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Oleh
karena itu ia menyimpulkan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia
sejak masa kejadiannya sampi akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan
yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap di mana proses
pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Maka sistem
pendidikan itu haruslah mempunyai filsafat yang mengarahkan kepada tujuan yang
jelas. Mengingat pendidikan itu penting bagi kita, maka al-Ghazali menjelaskan
juga tentang tujuan pendidikan, yaitu :
a. Mendekatkan
diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan kesadaran diri
melaksanakan ibadah wajib dan sunah.
b.
Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia.
c. Mewujudkan
profesionalitas manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya.
d. Membentuk
manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat
tercela.
e. Mengembangkan
sifat-sifat manusia yang utama, sehingga menjadi manusia yang manusiawi.
Bertolak
dari pengertian pendidikan menurut al-Ghazali, dapat di mengerti bahwa
pendidikan merupakan alat bagi tercapainya suatu tujuan. Pendidikan dalam
prosesnya memerlukan alat, yaitu pengajaran atau ta’lim. Sejak awal kelahiran
manusia sampai akhir hayatnya kita selalu bergantung pada orang lain. Dalam hal
pendidikan ini, orang (manusia) yang bergantung disebut murid sedangkan yang
menjadi tempat bergantung disebut guru. Murid dan guru inilah yang disebut
sebagai subyek pendidikan.
Oleh
karena itu arahan pendidikan al-Ghazali menuju manusia sempurna yang dapat
mendcapai tujuan hidupnya yakni kebahagiaan dunia dan akhirat yanghal ini
berlangsung hingga akhir hayatnya. Hal ini berarti bahwa manusia hidup selalu
berkedudukan sebagai murid.
Manusia
adalah subyek pendidikan, sedangkan pendidikan itu sangat penting bagi manusia,
maka dalam pendidikan itu harus diperhatikan tentang kurikulumnya. Kurikulumnya
pendidikan menurut al-Ghazali adalah materi keilmuan yang disampaikan kepada
murid hendaknya secara berurutan, mulai dari hafalan dengan baik, mengerti,
memahami, meyakini, dan membenarkan terhadap apa yang diterimanya sebagai
pengetahuan tanpa memerlukan bukti atau dalil. Sehingga dengan pentahapan ini
melahirkan metode khusus pendidikan, menurut al-Ghazali yaitu :
1.
Metode khusus pendidikan agama
Menurut
al-Ghazali metode ini pada prinsipnya di mulai dengan hafalan dan pemahaman,
kemudian dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan
dalil-dalil dan keterangan yang bisa menunjang penguatan akidah.
2.
Metode khusus pendidikan ahklak
Akhlak
menurut al-Ghazali adalah : suatu sikap yang mengakar dalam jiwanya yang
melahirkan berbagai perbuatan tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran terlebih
dahulu.
Dengan
adanya metode tersebut, maka al-Ghazali menyimpulkan bahwa pendidikan itu harus
mengarah kepada pembentukan akhlak mulia, sehingga Ia menjadikan al-Qur’an
sebagai kurikulum dasar dalam pendidikan. Ia juga menyimpulkan bahwa tujuan
akhir pendidikan dan pembinaan itu ada 2 yaitu :
1. Kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri
kepada Allah.
2. Kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Karya-Karya
al-Ghazali :
1. Di
Bidang Filsafat
a. Maqashidu
–ul falasifah (tujuan ilmu filsafat)
b.
Tahafut –ul falasifah (kesesatan ilmu filsafat)
c. Al-Ma’rifatul
‘Aqliyah (ilmu pengetahuan yang rasional)
2. Di
Bidang Agama
a. Ihya’
Ulumuddin (menghidup-hidupkan ilmu agama)
b.
Al-Mungis minal dhalal (terlepas dari kesesatan)
c.
Minhaj ul abidien (jalan mengabdi Tuhan)
d. Kitab-kitab
akhlak dan tasawuf.
3. Dalam
Bidang Kenegaraan
a. Mustazh
– hiri
b. Sirrul
‘alamain (rahasia dua dunia yang berbeda)
c. Suluk
us Sulthanah (cara menjalankan pemerintahan)
Nashihat
et muluk (nasihat untuk kepala-kepala negara)
e.
Al-Kindi
Nama lengkap : Abdul Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Ash-Shabah bin ‘Imran bin Isma’il bin Muhammad
bin al-Asy’ats bin Qais al-Kindi.
Tempat dan tanggal lahir : Kufah sekitar tahun 185 H (801 M)
Tokoh bidang : Al-Kindi menganut paham Mu’tazilah dan kemudian belajar filsafat. Selain
belajar filsafat ia juga menekuni dan ahli dalam bidang ilmu astronomi, ilmu
ukur, ilmu alam astrologi, ilmu pasti, ilmu seni musik, meteorologi, optika,
kedokteran, politik dan matematika.[8]
Pemikiran dibidang pendidikan : Al-Kindi menganggap bahwa tujuan terakhir filsafat
terletak pada hubungan hubungannya dengan moralitis . sedangkan tujuan dari
filosof adalah untuk mengetahui kebenaran dan kemudian berbuat sesuai dengan
kebenaran tersebut. Dengan demikian kearifanj, perbuatan dan renungan sebagai
aspirasi tertyinggi manusia terpadu dalam dirinya, tampa menyamakan pengetahuan
dan kebijaksanaan seperti yang dilakukan oleh sokrates.
Oleh karena itu menurut al-Kindi sendiri maksud ilmu
pengetahuan etika ialah untuk memperoleh kebijakan dan menghindari keburukan.
Pengethauan tidak hanya untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan, tetapi
turut membantu kemurnian jiwa yang merupakan satu-satunya sara untuk menyatukan
kedua hal tersebut. Dan konsepsi kefilsafat al-Kindi juga tidak terlepas dari
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Melihat pemamparan pemikiran alkindi diatas ketika kita
sambungkan dengan pendidikan bisa disimpulkan yang pertama dan utama tugas
pendidik kepada peserta didik adalah penanaman etika dulu dengan cara perbaikan
jiwa atau nafs.
Karya-karya Al Kindi :
Sebagai
seorang filsuf yang sangat produktif, diperkirakan karya yang pernah di tulis
oleh al-kindi dalam berbagai bidang tidak kurangb dari 270 buah. Dalam bidang filasafat
diantaranya adalah :
a.
Kitab al-falsafah al-Ddakhilat wa al-Masa`il
al-Mantiqiyah wa al-Muqtashah wa ma fawqa al-Thabiiyyah (tentang filsafat yang
diperkenalkan dan masalah – masalah logika dan muskil, serta metafisika).
b.
Kitab al-kindi ila al-Mu`tashim Billah fi
al-falsafah al-Ula (tentang filsafat pertama).
c.
Kitab Fi Annahu al-Falsafah illa bi` jlm
al-Riyadiyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu
pengetahuan dan matyematika).
d.
Kitab fi qashd Aristhathalisfi al-Maqulat
(tentang maksud-maksud Aristoteles dalam kategori- kategorinya).
e.
Kitab fi Ma`iyyah al-Ilm wa Aqsamihi (tantang
sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya).
f.
risalah fi Hudud al-Asyya`wa Rusumilah ( tentang
definisi benda – benda dan uraiannya).
g.
Risalah
fi Annahu jawahir la Ajsam(tentang substansi – substansi tanpa badan).
h.
Kitab
fi ibarah al-jawami` al-Fikriyah(tentang ungkapan-ungakapan mengenai ide-ide
komprehensif).
i.
Risalah al Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah(sebuah
tulisan filosofis tentang rahasia – rahasia spiritual).
j.
Risalah fi al-Ibanah an al-Illat al-Fa`ilat
al-Qaribah li al-kawn wa al Fasad(tentang penjelasan mengenai sebab dekat yang
aktif terhadap alam dan kerusakannya).[9]
f.
KH.Ahmad Dahlan
Nama
lengkap : Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis
Tempat
dan tanggal lahir : Yogyakarta, 1 Agustus 1868
Tokoh
bidang : Pendiri muhammadiyah dan Pahlawan Nasional
Pemikiran
dibidang pendidikan : Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam
membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan,
maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional
dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu
ialah sebagai berikut:
KH.
Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya
sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat; Dengan organisasi
Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni
kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi
masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;
Usahanya
`memberi warna” pada Budi Utomo yang cenderung kejawen dan sekuler, tidaklah
sia-sia. Terbukti kemudian dengan munculnya usulan dari para muridnya untuk
mendirikan lembaga pendidikan sendiri, lengkap dengan organisasi pendukung.
Hal
itu dimaksudkan untuk menghindari kelemahan pesantren yang biasanya ikut mati
jika kiainya meninggal. Maka pada 18 Nopember 1912 berdirilah sekolah Madrasah
Ibtidaiyah dan Madrasah Diniyah. Sekolah tersebut mengambil tempat di ruang
tamu rumahnya sendiri ukuran 2,5 x 6 M di Kauman.
Madrasah
tersebut merupakan sekolah pertama yang dibangun dan dikelola oleh pribumi
secara mandiri yang dilengkapi dengan perlengkapan belajar mengajar modern
seperti; bangku, papan tulis, kursi (dingklik; kursi berkaki empat dari kayu
dengan tempat duduk panjang), dan sistem pengajaran secara klasikal.
Cara
belajar seperti itu, merupakan cara pengajaran yang asing di kalangan
masyarakat santri, bahkan tidak jarang dikatakan sebagai sekolah kafir. Pernah
dia kedatangan seorang tamu guru ngaji dari Magelang yang mengejeknya dengan
sebutan kiai kafir, dan kiai palsu karena mengajar dengan menggunakan alat-alat
sekolah milik orang kafir. Kepada guru ngaji yang mengejeknya itu Dahlan sempat
bertanya, “Maaf, Saudara, saya ingin bertanya dulu. Saudara dari Magelang ke sini tadi berjalankah atau
memakai kereta api?”
“Pakai kereta api, kiai,” jawab guru ngaji. “Kalau
begitu, nanti Saudara pulang sebaiknya dengan berjalan kaki saja,” ujar Dahlan.
“Mengapa?” tanya sang tamu keheranan. “Kalau saudara naik kereta api, bukankah
itu perkakasnya orang kafir?” kata Dahlan telak.
Di sinilah Ahmad Dahlan menerapkan Al Qur’an surah 96
ayat 1 yang memberi penekanan arti pentingnya membaca, diterjemahkan dengan
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Ahmad Dahlan berfikir dengan pendidikan
buta huruf diberantas. Apabila umat Islam tidak lagi buta huruf, maka mereka
akan mudah menerima informasi lewat tulisan mengenai agamanya.
g.
KH.Hasyim Asy’ari
Nama
lengkap : Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie
Tempat
dan tanggal lahir : 10 April 1875, Desa Gedang, Kecamatan
Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur
Tokoh
bidang : Pendiri Nahdlatul Ulama dan Pahlawan Nasional
Pemikiran
dibidang pendidikan : Hasyim Asy’ari
yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren, serta banyak
menuntut ilmu dan berkecimpung secara langsung di dalamnya, di lingkungan
pendidikan agama Islam khususnya.
Hasyim asy’ari
adalah seorang penulis yang produktif dalam semua bidang keilmuan islam, namun
dari sudut epistemoliginya ada kesimpulan dari pemikirannya yaitu dia memiliki
pemikiran yang khas dan tipikal, ia selalu konsisten mengacu pada rujukan yang
memliki sumber otoritatif, yakni Al-qur’an dan Al-Hadits, disamping itu yang
menjadi tipikal karya karyanya adalah kecenderungannya terhadap madzhaab
Syafi’i. Salah satu karya monumental Hasyim Asy’ari yang berbicara tentang
pendidikan adalah kitabnya yang berjudul Adab al Alim wa al Muta’allim,
pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih beliau tekankan pada masalah etika
dalam pendidikan, meski tidak menafikan beberapa aspek pendidikan lainnya. Di
antara pemikiran beliau dalam masalah pendidikan adalah:
a) Signifikasi pendidikan
Signifikasi
pendidikan menurut KH Hasyim Asy’ari adalah upaya memanusiakan manusia secara
utuh, sehingga manusia bisa taqwa kepada Allah SWT, dengan benar benar
mengamalkan segala perintahnya dan menegakkan keadilan dimuka bumi, beramal
shaleh dan maslahat, pantas menyandang predikat sebagai makhluk yang paling
mulia dan lebih tinggi derajatnya dari segala jenis makhluk Allah yang lainnya.
b) Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan
meurut Hasyim Asy’ari adalah menjadi insan yang bertujuan mendekatkan diri
kepada Allah SWT serta insan yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat. [10]
c) Karakteristik guru
KH. Hasyim Asy’ari
menyebutkan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain:
1)
Cakap dan professional
2)
Kasih sayang
3)
Berwibawa
4)
Takut pada
Allah, tawadhu’, zuhud dan khusyu’
|
Ø Menjaga
dari hal yang menurunkan martabat
Ø
Pandai mengajar
Ø
Berwawasan luas
Ø
Mengamalkan
ajaran Al- Qur’an dan Al-Hadist
|
d) Tugas dan Tanggung Jawab Murid
Etika dalam belajar
|
Etika terhadap guru
|
Etika terhadap pelajaran
|
Membersihkan hati
|
Memperhatikan guru
|
Memperhatikan ilmu yang
bersifat fardhu ‘ain
|
Membersihkan niat
|
Mengikuti jejak guru
|
Berhati-hati dalam
menanggapi ikhtilaf para ulama
|
Pandai mengatur waktu
|
Memuliakan guru
|
Bercita cita tinggi
|
Menyederhanakan makan
dan minum
dan Berhati-hati |
Bersabar terhadap
kekerasan guru
|
Senantiasa
menganalisa dan menyimak ilmu
|
Menyedikitkan tidur
|
Duduk dengan rapi
|
Menanyakan apa yang
tidak difahami
|
Menghindari kemalasan
|
Berbicara sopan
|
Selalu membawa catatan
|
Meninggalkan hal-hal
yang kurang berfaedah
|
Tidak menyela guru
|
Belajar
secara continue, dan menanamkan rasa antusias belajar.
|
e) Sistem pendidikan
Pendidikan KH
Hasyim Asy’ari berlandaskan Al-qur’an sebagai paradigma nya dalam hal ini,
karena dengan berlandaskan dengan wahyu tuhan terwujud suatu sitem pendidikan
yang koomperhensif yaitu meliputi tiga aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik, Ada beberapa nilai nilai yang harus dikembangkan dalam
pengelolahan sistem pendidikan islam, antara lain : nilai teosentris, nilai
sukarela dan mengabdi, nilai keaarifan, nilai kesederhanaan, nilai kebersamaan,
restu pemimpin (kyai).
f) Kurikulum pendidikan
Kurikulum yang
ditetapkan oleh KH Hasyim Asy’ari adalah; Al-Qur’an dan Hadist, fiqih, ushul
fiqih, nahwu, shorof, dan cenderung menerapkan system kurikulum pendidikan yang
mengajarkan kitab kitab klasik.
g) Metode pengajaran
Untuk menentukan
pilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dan mempertimbangkan tujuan,
materi, maupun lingkungan pendidikan, bila mengacu pada pesantren maka metode
yang digunakan adaalah metode yang konvensional yaitu sistem sorogan,
bandongan, wetonan, dengan kajian pokok kitab kitab klasik.
h) Proses belajar mengajar
Keberhasilan dalam
proses belajar mmengajar sangat dipengarui oleh berbagai faktor di antaranya;
guru, murid, tujuan pendidikan, kurikulum dan metode, dalam hal ini pemikiran
KH Hasyim Asy’ari bisa dikatakan masih bersifat tradisionalis, karena dia
memposisikan guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek, guru tidak hanya
sebagai transmitor pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga sebagai pihak
yang memberi pengaruh secara signifikan terhadap pembentukan prilaku (etika)
peserta didik.
i) Evaluasi
KH Hasyim Asy’ari
dalam proses evaluasi tidak hanya untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pengusaan murid terhadap materi namun juga untuk mengetahui sejauh mana upaya
internalisasi nilai nilai dalam peserta didik bias diserap dalam kehidupan
sehari hari. Adapun untuk mengukur tingkat keberhasilan seorang guru dalam
mendidik akhlak pada peserta didik lebih ditekankan kepada pengamatan kehidupan
santri sehari harinya. Sehingga mengenai hal evaluasi tidak menggunakan
standarisasi nilai, namun mereka sudah dianggap baik bila mereka sudah bisa
mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari hari.
Kelebihan dan Kekurangan
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam
a.
Pondok Pesantren Tradisional
Pengertian Tradisional
menunjukkan bahwa lembaga ini hidup sejak ratusan tahun (300-400 tahun) yang
lalu dan telah menjadi bagian yang mendalam dari sistem kehidupan sebagian
besar umat Islam Indonesiayang merupakan golongan mayoritas bangsa indonesia
dan telah mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan umat
bukan tradisional dalam arti tetap tanpa mengalami penyesuaian.Kata salaf atau
salafiyyah itu sendiri diambil dari numenklatur Arab salafiyyun untuk sebutan
sekelompok umat Islam yang ingin kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan Assunnah sebagaimana
praktik kehidupan generasi pertama Islam (Assalafussholeh).
kelemahan yang dimiliki
oleh pesantren salaf pada umumnya antara lain:
- Menutup diri akan
perubahan zaman, dan bersifat kolot dalam merespon modernisasi.
- Lebih menekankan ilmu
fiqh, tasawuf dan ilmu alat
- Adanya
penurunan kualitas dan kuantitas pesantren salaf
- Penggunaan metode
pembelajaran yang masih bersifat tradisional seperti sorogan,
bandungan(halaqah), dan wetonan.
- Kurangnya penekanan
kepada aspek pentingnya membaca dan menulis.
- Peran kyai yang
dominan dan sumber utama dalam pembelajaran
kelebihan-kelebihan dari
pesantren salaf antara lain adalah sebagai berikut:
- Ketakdziman seorang
santri terhadap kyainya begitu kental
- Tempat mencetak
kader-kader islam yang berakhlakul karimah dan mumpuni terhadap
kajian-kajian agama seperti ilmu fiqh, tasawuf ataupun ilmu alat
- Sebagai tempat sentral
belajar ilmu agama
- Tempat pendidikan yang
tak mengenal strata social
- Mengajarkan semangat
kehidupan demokrasi, bekerja sama, persaudaraan, persamaan, percaya diri
dan keberanian hidup.[11]
b.
Pondok Pesantren Modern
Pesantren khalafiyah
(modern) adalah pesantren yang mengadopsi sistem madrasah atau sekolah yang
memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau
pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD,
MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya. Dengan demikian
pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atas
pesantren salaf, sebagai institusi pendidikan asli Indonesia yang lebih tua
dari Indonesia itu sendiri, adalah 'legenda hidup' yang masih eksis hingga hari
ini. Sedangkan menurut penulis pesantren modern itu dapat diartikan bahwa
pesantren modern adalah pesantren yang berusaha menyeimbangkan pendidikan agama
dengan pendidikan umum, metode yang digunakan tidak lagi seperti dulu, materi
yang diajarkanpun juga lebih banyak dibanding pesantren salaf.
kelebihan-kelebihan yang
lain dapat dituliskan sebagai berikut:
- Adanya perubahan yang
signifikan dalam system, metode serta kurikulumnya.
- Mau membuka tangan
untuk menerima perubahan zaman.
- Semangat untuk
membantu perkembangan pendidikan di Indonesia tidak hanya dalam pendidikan
agama saja.
- Dibangunnya
madrasah-madrasah bahkan perguruan tinggi guna mengembangkan pendidikan
baik agama ataupun umum dalam lingkungan pesantren.
- Mampu merubah sikap
kekolotan pesantren yang terdahulu menjadi lebih fleksibel.
- Perubahan terhadap out
putnya yang tidak hanya menjadi seorang guru ngaji,ataupun guru agama di
desa. Sekarang merambah ke dalam dunia politik, ekonomi dan beberapa
bidang lainnya.
kekurangan-kekurangan
tersebut seperti dibawah ini:
- Kurang takdzimnya
santri kepada kyai, karena santri lebih patuh pada peraturan pesantren.
- Ketatnya
peraturan-peraturan yang dibuat, yang menyebabkan ketidaknyamanan santri
dalam belajar.
- Ilmu-ilmu agama yang
diberikan tidak lagi diberikan secara intensif.
- Terdapatnya
kecenderungan santri yang semakin kuat untuk mempelajari IPTEK.
- Tradisi “ngalap berkah
kyai” sudah tidak lagi menjadi fenomena yang dalam pesantren.[12]
c.
Madrasah
Madrasah (Bahasa Arab)
berarti tempat untuk belajar. Persamaan Madrasah alam bahasa Indonesia adalah
“sekolah”, dengan konotasi yang khusus yaitu sekolah-sekolah agama Islam.
Tempat belajar adalah tempat untuk mengajarkan dan mempelajari ajaran-ajaran
agama Islam, ilmu pengetahuan, dan keahlian lainnya yang berkembang pada
zamannya.
Kelebihan Madrasah:
- Aspek Organisasi
Undang- Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyejajarkan madrasah
dengan sekolah dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum
Pendidikan yang memberikan otonomi luas dapat dijadikan sebagai pijakan yang
kuat bagi pengembangan madrasah.
- Aspek Manajeman
Manajemen yang efektif,
transparan, partisipatif, dan akuntable telah dikembangkan dengan
sungguh-sungguh untuk menjamin eksistensi madrasah yang mampu memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat.
- Aspek Sumber Daya
Manusia
Semangat pengembangan
kompetensi professional yang dimiliki segenap personal memberikan harapan bagi
peningkatan mutu madrasah ke depan.
Kekurangan Madrasah:
Sedangkan madrasah dewasa ini sangat terlihat kekurangan-
kekurangannya yang antara lain:
- Visi dan misi, tak
jarang kepala sekolah / madrasah belum faham Visi dan Misi ,sebagai
titik arah dan pengerucutan dari
setiap langkahnya, ``Segenap manusia yang terlibat dalam proyek pendidikan
harus mengacu ke arah di ejawantahkannya visi dan misi diatas``, tidak
sedikit kepala sekolah/madrasah
yang tidak memiliki `` Visi dan Misi yang Jelas kemana pendidikan mau akan
dibawa dan dikembangkan``. Hampir dapat dikatakan bahwa Madrasah pada dewasa
ini hanya merupakan/tidak lebih sebagai sekolah Umum yang bercirikan
Islam, akhirnya madrasah memberikan
beban berat yang harus dipikul
siswa, pembelajaran menjadi tumpang tindih dan sarat dengan pemaksaan
,tanpa mengetahui arah yang jelas
mau dibawa kemana.
- Managemen yang belum Profesional, sekolah/
madrasah belum mampu menyelenggarakan Pembelajaran dan Penyelenggaraan
Pendidikan yang Efektif dan Berkwalitas.
Terjadinya berbagai macam bentuk
manipulasi nilai , administrasi menunjukkan betapa lemahnya
managemen sekolah/ madrasah, sehingga menimbulkan suasana tidak sehat dan
jauh dari tujuan pendidikan. ``Semua pihak harus merasa prihatin dan
segera melakukan perubahan manakala perkembangan menunjukkan
sebaliknya``.`` Ilmu merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan
membenci kebohongan,Oleh sebab itu.maka ilmu di Indonesia sukar berkembang
selama kita suka berbohong``
- Kompetensi dan figur
Guru yang kurang memadai ,guru adalah merupakan unsur yang terpenting
dalam kegiatan belajar mengajar, disini kompetensi guru seharusnya tidak
hanya, mumpuni dalam bidang materi,metodologi dan ketrampilan dalam
mengajar tetapi juga dituntut harus dapat dijadikan teladan dalam sikap
sehari- hari (digugu dan ditiru) .
- Kurikulum dan Waktu
sangat terbatas, yang akan menghambat sekolah/ madrasah dalam
memberikan keleluasaan
mengaplikasikan dalam kehidupan konkrit di muka bumi, ``pemikiran
keislaman jangan selalu bersifat transendental eskapis, tetapi juga
mempertautkan dan menyentuhkan pemikiran transcendental tersebut kearah
sosial budaya yang konkret dan kontestual``.Untuk mewujudkan Pendidikan
Agama Islam yang mampu menciptakan manusia yang berkepribadian, berakhlaq, berwatak dan
berkeyakinan muslim, harus menjauhi batasan dan keterkungkungan yang
selalu menghimpit setiap gerak dalam menentukan kemana arah dan tujuan
pendidikan, diluar batasan waktu tersebut seharusnya dapat digunakan untuk
memperbanyak pembiasaa-pembiasan dan mengaplikasikan ilmu yang didapat kedalam kehidupan
sehari-hari yang akan menuju kearah kepribadian, akhlaq, watak dan
keyakinan yang mantap.
d.
Sekolah Islam Terpadu
Sekolah Islam Terpadu pada
hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan islam
berlandaskan Al-Quran dan As sunnah. Dalam aplikasinya Sekolah Islam Terpadu
diartikan sebagai sekolah yang menerapkan pendekatan penyelenggaraannya dengan
memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi suatu jalinan kurikulum.
Sekolah Islam Terpadu juga menekankan keterpaduan dalam metode pembelajaran
sehingga dapat mengoptimalkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sekolah
Islam Terpadu juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah. Dalam
penyelenggaraannya memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan
belajar yaitu sekolah, rumah dan masyarakat.[13]
Kelebihan-Kelebihan
tersebut didasari oleh beberapa alasan.
- Materi pelajaran
menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami
sekaligus melakukannya.
- Siswa juga dengan
mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang
satu dengan mata pelajaran lainnya.
- Dengan bekerja dalam
kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek
afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
- Pembelajaran terpadu
mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
- Dengan pendekatan
pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa
aktif sebagai metode pembelajaran.
Kekurangan-kekurangan
sekolah islam terpadu
- Aspek Guru: Guru harus
berwawasan luas, memiliki
kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan
berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut
untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan
diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak
terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka
pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
- Aspek peserta didik:
Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif
“baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini
terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan
analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan
eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila
kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini
sangat sulit dilaksanakan.
- Aspek
sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan
bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin
juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan
mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka
penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
- Aspek
kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan
pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi).
Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
- Aspek
penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh
(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari
beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru
selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan
penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk
berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru
yang berbeda.
- Suasana
pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah
satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata
lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan
menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan
pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri[14]
PENUTUP
Kesimpulan
Belajar atau pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan
dan diberikan kepada peserta didik. Karena ia merupakan kunci sukses unutk
menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan
ilmu pengetahuan yang tinggi, sehingga akan berguna bagi bangsa, negara, dan
agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan
efisien adalah sebuah keharusanagar PBM akan berjalan menyenangkan dan tidak
membosankan.
Kesimpulannya, tidak
ada satupun metode pengajaran dan penyampain materi ke anak didik yang
sempurna. Buktinya, tiap-tiap metode memiliki celah dan kelemahan di sana-sini.
Jadi, semuanya tergantung tenaga pendidik dalam mengoptimalisasikan kelebihan
yang tersedia serta meminimalisir berbagai kelemahan yang ada pada tiap-tiap
metode. Dengan adanya keserasian antara metode yang diterapkan dengan kemampuan
yang dimiliki oleh tenaga pendidik jauh lebih ampuh dalam mencapai hasil
optimal dalam proses belajar mengajar.
Filsafat merupakan
kegiatan olah fikir yang sangat mendalam terhadap suatu persoalan kecil yang
dianggap penting oleh seseorang, yang mungkin dianggap sebagai hal yang tidak
penting oleh orang lain dan mungkin tidak dapat memberikan kontribusi secara
langsung dalam kehidupan seseorang. Filasafat Islam di bagian Timur Dunia Islam
(Masyriqi) berbeda dengan filsafat Islam diMaghribi ( bagian Dunia Barat).
Di antara filosof Islam di kedua kawasan terdapat sebuah perselisihan pendapat
tentang berbagai pokok pengertian. Di Timur ada filosof terkemuka,
al-Kindi, al-Farabi dan Ibnu Sina. Di Barat juga ada filosof terkemuka, Ibnu
Bajah, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd.
Sebagai akibat
adanya peradaban yang berpusat di Syam dan Persia setelah sebelumnya berpusat
di Athena dan Iskandariyah. Setelah Islam datang, orang Arab menguasai daerah
Persia, Syam, dan Mesir. Kemudian pusat kekhalifaan pindah dari Hijaz (Madinah)
ke Damaskus (Syam), sebuah kota yang yang dari politik menjadi pusat kekuasaan
Bani Ummayah. Pada masa itu muncul dua kota besar meaminkan peranan penting
dalam sejarah pemikiran Islam, yaitu Bashrah dan Kufah. Hingga datangnya
kekuasaan orang-orang Bani Abbas, dua kota tersebut memimpin tetap memimpin
kehidupan kebudayaan di seluruh dunia. Setelah para penguasa daulat Abbasyiah
membangun kota Baghdad, dua kota pusat kebudayaan Islam Bashrah dan Kufah
berpindah ke kota Baghdad. Sejak itu Baghdad menjadi pusat kekhalifaan di
samping menjadi pusat kegiatan ilmu, filsafat dan peradaban. Kaum
cendekiawan dan para ahli fikir dari berbgai pelosok dunia banyak yang tertarik
ke Baghdad, sehingga kota itu mirip denga Athena pada abad ke-5 SM, atau mirip
dengan Paris dalam abad ke-19 Masehi, yaitu sebagai pusat kebudayaan manusia.
Sebagai sejarah
perkembangan dan pertumbuhan pendidikan Islam di Indonesia antara lain ditandai
oleh adanya lembaga-lembaga pendidikan Islam (pesantren dan madrasah) yang amat
bervariasi, namun kedua-duanya memiliki hubungan subtansial dan fungsional yang
tidak bisa dipisahkan. Dinamika pertumbuhan dan perkembaanga lembaga-lembaga
pendidikan Islam tersebut selain dipengaruhi oleh faktor internal dari para
pendirinya, juga tidak lepas dari pengaruh eksternal yang bersifat global.
Kedua pengaruh ini satu dan yang lainya secara akumulatif berpadu menjadi satu
dan menghasilkan bentuk dan corak dari lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Secara
faktual, pembenahan lembaga pendidikan Islam yang dilakukan mengalami
perubahan secara terus menerus. Tentunya ini terjadi karena pengaruh yang amat
kuat dari luar seperti; persaingan pendidikan formal dan globalisasi yang
sangat dan menuntut adanya perubahan itu sendiri. Dengan konsep lembaga
pendidikan Islam terpadu merupaka salah satu solusi yang alternatif agar mampu
memberikan terobosan pendidikan Islam lebih maju dan kompetitif. Kondisi
faktual obyektif pendidikan saat ini, ketiga unsur pelaksana tersebut belum
berjalan secara sinergis di samping masing-masing unsur tersebut juga belumlah
berfungsi secara benar. Sinergi negatif antar ketiganya, memberikan pengaruh
kualitas proses pendidikan secara keseluruhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Me. 2012. “Metode Pembelajaran Efektif”.
http://11124acs.blogspot.com/2012/03/metode-pembelajaran-efektif.html. Artikel
diakses pada hari Kamis 12 Desember 2013
“Wikipedia”.http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Khaldun. Artikel diakses pada hari Jumat
13 Desember 2013
“Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina. Artikel diakses pada hari Jumat
13 Desember 2013
Vennacyaabid. 2012. “Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina”. http://vennacyaabid.blogspot.com/2012/07/analisis-pemikiran-pendidikan-ibnu-sina.html
Waazin. 2012. “Ibnu Sina Tokoh Intelektual Islam”. http://waazin.blogspot.com/2012/12/ibnu-sina-tokoh-intelektual-islam.html
“Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi. Artikel diakses pada hari Jumat
13 Desember 2013
“Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina. Artikel diakses pada hari Jumat
13 Desember 2013
“Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina.
Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
Zentadacon. 2011.
“Pemikiran Al-Kindi”. http://zentadacon.wordpress.com/makulzen/filsafat-islampokok-pemikiran-al-kindi/
Muthoharoh,
Mifthahul. 2011. “Pemikiran KH Hasyim
Asya’ari”. http://miftahul-muthoharoh.blogspot.com/2011/11/pemikiran-khhasyim-asyari-tentang.html
Cak Bakri,. 2013. “Tantangan Pesantren Salaf Dan Modern” http://pendidikanuntukperbedaan.blogspot.com/2013/01/tantangan-pesantren-salaf-dan-modern.html
Al Farizi, Salman. 2012.”Pengertian Sekolah Islam Terpadu”. http://sditsalmanalfarisi2.wordpress.com/2012/02/07/pengertian-sekolah-islam-terpadu/
Fatoni. 2010. “Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu”.
http://fatonipgsd071644221.wordpress.com/2010/04/26/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran-terpadu/
[1] Me. 2012. “Metode Pembelajaran
Efektif”. http://11124acs.blogspot.com/2012/03/metode-pembelajaran-efektif.html. Artikel diakses pada
hari Kamis 12 Desember 2013
[2] “Wikipedia”.http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Khaldun. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
[3]
“Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
[4]
Vennacyaabid.
2012. “Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina”.
http://vennacyaabid.blogspot.com/2012/07/analisis-pemikiran-pendidikan-ibnu-sina.html
[5]Waazin. 2012. “Ibnu
Sina Tokoh Intelektual Islam”. http://waazin.blogspot.com/2012/12/ibnu-sina-tokoh-intelektual-islam.html
[6]
“Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi. Artikel diakses
pada hari Jumat 13 Desember 2013
[7]
“Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina. Artikel diakses
pada hari Jumat 13 Desember 2013
[8]
“Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
[9] Zentadacon. 2011. “Pemikiran Al-Kindi”. http://zentadacon.wordpress.com/makulzen/filsafat-islampokok-pemikiran-al-kindi/
[10]Muthoharoh,
Mifthahul. 2011. “Pemikiran KH Hasyim
Asya’ari”. http://miftahul-muthoharoh.blogspot.com/2011/11/pemikiran-khhasyim-asyari-tentang.html
[11]Cak
Bakri,. 2013. “Tantangan Pesantren Salaf
Dan Modern” http://pendidikanuntukperbedaan.blogspot.com/2013/01/tantangan-pesantren-salaf-dan-modern.html
[12]Cak
Bakri,. 2013. “Tantangan Pesantren Salaf
Dan Modern” http://pendidikanuntukperbedaan.blogspot.com/2013/01/tantangan-pesantren-salaf-dan-modern.html
[13]Al Farizi, Salman.
2012.”Pengertian Sekolah Islam Terpadu”. http://sditsalmanalfarisi2.wordpress.com/2012/02/07/pengertian-sekolah-islam-terpadu/
[14]Fatoni. 2010. “Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran
Terpadu”. http://fatonipgsd071644221.wordpress.com/2010/04/26/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran-terpadu/
Comments
Post a Comment
Jangan lupa komentar yaaa !!!