Ilmu Pendidikan Islam : Strategi Metode Model Pembelajaran Terbaru, Tokoh – Tokoh Islam, Kelebihan dan Kekurangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam

ILMU PENDIDIKAN ISLAM
 ( Makalah ini untuk Memenuhi Nilai Tugas)

Dosen Pembimbing:
Drs. Amron Nasution, M.Pd


Disusun Oleh:
Nisa Asri Amalia
12.02.0068
Semester/Kelas : 3 / A

Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Attahiriyah Jakarta
2014 M / 1435 H


KATA PENGANTAR


Segala puji dan puncak kekaguman serta keagungan hanya kepada Allah SWT, yang telah menganugerahkan Al-Qur’an sebagai hudan li an-nas, rahmatan li al-‘amin. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Baginda Rosul Muhammad SAW, dan manusia pilihan-Nya.
Alhamdulillah atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya sebagai bentuk realisasi dari tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan para pembacanya mengenai “Macam-macam Metode Pembelajaran yang Efektif” di lingkup pembelajaran sekolah. Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Amron Nasution, Mpd selaku dosen mata kuliah serta rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaianmakalah ini selama prosesnya. Tentu  dengan kehadiran makalah ini sama sekali tidak membelenggu minat baca pembaca, namun harus memperluas wawasan engan menggali rujukan yang lainnya.
Kiranya makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik serta saran bagi pembaca sekalian. Semoga dengan adnya makalh ini dapat menambah sedikit wawasan dan bermanfaat bagi pembaca, Aamiin.
Jakarta,  Januari 2014

Penulis


DAFTAR ISI


                   

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Islam merupakan komponen terpenting untuk membentuk dan mewarnai corak hidup masyarakat. Pendidikan Islam sangat penting bagi ummat Islam karena dapat mempelajari ilmu pengetahuan dan yang lainnya. Pendidikan Islam dikenal sejak zaman Nabi sampai sekarang. Di Indonesia mengenal pendidikan Islam sejak Islam datang ke Indonesia. Pendidikan ini memakai sistem sorongan/perorangan dan berlangsung secara sangat sederhana serta tidak mengenal strata atau tingkatan seperti pada pesantren dan kemudian berkembang dengan sistem kelas seperti pada pendidikan madrasah.
Kalau kita berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan metode pembelajaran, tokoh tokoh sejarah filsafat serta lembaga-lembaga pendidikan karena suatu pendidikan pasti ada cara, sejarah serta lembaga yang membantu. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan.
Filsafat sering mencapai pasang surut sesuai masanya. Ada kalanya filsafat mendapatkan tempat yang cukup tinggi di suatu peradaban masyarakat, namun ada kalanya pula filsafat diabaikan, tidak dianggap keberadaannya, bahkan sampai mati sama sekali, dan dapat kembali muncul berkat perjuangan dan pemikiran para filsuf yang berperan sangat besar untuk perkembangan filsafat tersebut.
Lembaga pendidikan Islam adalah wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan, dan itu dimulai dari lingkungan keluarga.
Ada macam metode yang efektif, lembaga islam, dan banyak tokoh yang mengikuti suatu aliran filsafat tertentu serta ide yang dicetuskannya, yang idenya akan dipaparkan dalam makalah ini. Untuk  lebih lanjutnya akan dipaparkan pada BAB berikutnya dan semoga dengan hadirnya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca.



PEMBAHASAN



Strategi Metode Model Pembelajaran Terbaru


a.     Metode Pembelajaran

I.                   Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sagala, S. (2003:169) mengemukakan, metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya. Surakhmad, W. (1979:75) mengemukakan metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Namun menurut Hatimah, I. (2000:10) metode pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, melainkan berfungsi juga untuk pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya minat belajar, penyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang kondusif, tenaga untuk melahirkan kreativitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar, dan pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar. [1]
II.                Efektivitas Pemilihan Metode Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif salah satunya ditentukan oleh pemilihan metode pembelajaran. Kemahiran guru untuk memilih metode pembelajaran yang serasi dengan kebutuhan menurut Riwajatna, J. (2003:51) ditentukan oleh pengalamannya, keluasan pemahaman guru tentang bahan pelajaran, tersedianya media, pemahaman guru tentang karakteristik siswa, dan karakteristik belajar. Surakhmad, W. (1979:76) mengemukakan penggunaan metode pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: tujuan, anak didik, situasi, fasilitas, dan pribadi guru.
Metode pembelajaran apapun yang digunakan oleh guru menurut Majid, A. (2005:136) hendaknya dapat mengakomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip pembelajaran:
a.       Berpusat pada anak didik (student oriented).
b.      Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Suatu kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama. Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan.
c.       Belajar dengan melakukan (learning by doing).
d.      Supaya proses belajar menyenangkan guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.
e.       Mengembangkan kemampuan sosial.
f.       Proses pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together).
g.      Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi.
h.      Proses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik. Juga mampu memompa daya imajinasi anak didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
i.        Mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah.


III.             Karakteristik Belajar Yang Efektif
Untuk mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting untuk mengetahui cirri-cirinya yaitu:
a.       Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta dan lain-lain.
b.      Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas menjadi hidup.
c.       Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
d.      Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain.
e.       Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
f.       Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.
g.      Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika diperlukan.
Selain itu Ciri pengajaran Efektif juga dapat diketahui dengan:
a.       Berpusat pada siswa
b.      Interaksi eduktaif, Guru-Siswa
c.       Suasana demokratis
d.      Metode yang bervariasi
e.       Bahan belajar bermanfaat
f.       Lingkungan kondusif
g.      Suasana belajar menunjang
Selain mengetahui karakteristik belajar yang efektif perlu diketahui Karakteristik Guru Efektif, yang berguna untuk mengetahui keahlian dan keprofesionalan seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif. Adapun karakteristknya yaitu:
a.       Memiliki minat terhadap mata pelajaran
b.      Memiliki kecakapan untuk menafsirkan suasana/iklim psikologis siswa
c.       Menumbuhkan semangat belajar
d.      Memiliki imajinasi dalam menjelaskan
e.       Menguasai metode/strategi pembelajaran
f.       Memiliki sikap terbuka terhadap siswa

b.     Macam Macam Metode Pembelajaran

Guru merupakan seorang pendidik dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas/performance guru di kelas. Guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran agar PBM dapat menyenangkan.
Adapun macam-macam metode pembelajaran sebagai berikut:

1.     Metode Debat

Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

2.     Metode Role Playing

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:

Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
·         Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
·         Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
·         Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
·         Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

3.     Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
a.       Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
b.      Berpikir dan bertindak kreatif.
c.       Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d.      Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e.       Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f.       Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
g.      Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut
a.       Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
b.      Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

4.     Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
a.       Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b.      Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c.       Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d.      Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e.       Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
a.       Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
b.      Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
c.       Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
a.       Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
b.      Membutuhkan banyak waktu dan dana.
c.       Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

5.     Cooperative Script

Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
a.       Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b.      Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c.       Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d.      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e.       Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
f.       Kesimpulan guru.
g.      Penutup.

Kelebihan:
a.       Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
b.      Setiap siswa mendapat peran.
c.       Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
a.       Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
b.      Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

6.     Picture And Picture

Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
a.       Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b.      Menyajikan materi sebagai pengantar.
c.       Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
d.      Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e.       Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f.       Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g.      Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
a.       Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
b.      Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:
a.       Memakan banyak waktu.
b.      Banyak siswa yang pasif.

7.     Numbered Heads Together

Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
a.       Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b.      Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c.       Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
d.      Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
e.       Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f.       Kesimpulan.
Kelebihan:
a.       Setiap siswa menjadi siap semua.
b.      Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c.       Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
a.       Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b.      Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

8.     Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.  Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah  metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b.      Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c.       Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d.      Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e.       Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f.       Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

 

9.     Metode Jigsaw

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

 

10.                        Metode Team Games Tournament (Tgt)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
a.       Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b.      Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
c.       Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
d.      Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
e.       Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

11.                         Model Student Teams – Achievement Divisions (Stad)

Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
a.       Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
b.      Guru menyajikan pelajaran.
c.       Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d.      Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e.       Memberi evaluasi.
f.       Penutup.
Kelebihan:
a.       Seluruh siswa menjadi lebih siap.
b.      Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
a.       Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
b.      Membedakan siswa.

12.                        Model Examples Non Examples

Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
a.       Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b.      Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
c.       Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
d.      Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
e.       Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f.       Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g.      Kesimpulan.
Kebaikan:
a.       Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
b.      Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
c.       Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
a.       Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
b.      Memakan waktu yang lama.

13.                        Model Lesson Study

Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a.       Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
b.      Perencanaan.
c.       Praktek mengajar.
d.      Observasi.
e.       Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
f.       Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
g.      Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
h.      Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
i.        Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
j.        Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).

Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
a.       Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
b.      Dapat dilaksanakan antar/lintas




Tokoh – Tokoh Islam

a.               Ibnu Khaldun

Nama lengkap : Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami (عبد الرحمن بن محمد بن خلدون الحضرمي)
Tempat dan Tanggal Lahir : Tunisia 27 Mei 1332/732H, wafat 19 Maret 1406/808H)
Tokoh dibidang :  seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).[2]
Pemikiran dibidang pendidikan : Pemikiran Ibn Khaldun dalam bidang pendidikan meliputi tentang manusia didik, ilmu, metode pengajaran, dan spesialisasi. Dalam melihat manusia ia tidak terlalu menekankan kepada kepribadiannya akan tetapi kepada hubungannya dan interaksinya terhadap kelompok yang ada dalam masyarakat. Dalam konsep ini sering disebut sebagai salah satu pendiri sosiolaogi dan antropologi. Ibn Khaldun berpandangan   bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir. Oleh karena itu mampu melahirkan ilmu dan teknologi, dan sifat-sifat ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Selanjutnya ia berpaendapat bahwa pertumbuhan pendidikan dan ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh peradaban Berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Ibn Khaldun membagi menjadi tiga macam yaitu ilmu lisan, ilmu Tujuan Pendidikan
a)      Tujuan peningkatan pemikiran
Beliau memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan aktivitas yang dapat dilakukan melalui proses menuntut ilmu dan ketrampilan sehingga dapat meningkatkan potensi akal. Melalui proses belajar manusia mencoba meneliti pengetrahuan dan informasi yang diperoleh oleh pendahulunya, mengumpulkan fakta, dan menginventarisasikan ketrampilan yang dikuasainya untuk memperoleh lebih banyak warisan pengetahuan yang semakinmeningkat sepanjang masa sebagai hasil dari aktivitas akal manusia. Atas dasar pemikiran tersebut, maka tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah peningkatan kecerdasan manusia dan kemampuannya berfikir.
b)       Tujuan peningkatan kemasyarakatan
Dari segi peningkatan kemasyarakatan, ia berpendapat bahwa ilmu dan pengajaran adalah lumrah bagi peradaban manusia. Ilmu dan pengajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Semakin dinamis budaya masyarakat, maka akan semakin mutu dan dinamis pula ketrampilan di masyarakat tersebut. Jadi, eksistensi pendidikan menurutnya merupakan satu sarana yang dapat membantu menuju kemajuan dan kecemerlangan serta mendorong terciptanya tatanan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.
c)      Tujuan pendidikan dari segi kerohanian
Tujuan pendidikan dari segi kerohanian adalah dengan meningkatkan kerohanian manusia dengan menjalankan praktik ibadah, zikir, khalwat (menyendiri) dan mengasingkan diri dari khalayak ramai sedapat mungkin untuk tujuan ibadah sebagaimana para sufi.



v  Kurikulum Pendidikan dan Klasifikasi Ilmu
Kurikulum dan sistem pendidikan yang tidak selaras dengan akal dan kejiwaan peserta didik akan menjadikan malas dan enggan belajar. Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi tiga macam :
1)      Kelompok Ilmu Lisan (bahasa) : tentang tata bahasa / gramatika, sastra dan bahasa yang tersusun secara puitis (syair).
2)      Kelompok Ilmu Naqli : Ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi. Menurutnya, Al-Qur’an adalah ilmu yang pertama kali diajarkan pada anak, tentang syariat Islam yang dipegang teguh oleh para ahli agama dan dijunjung tinggi oleh setiap umat Islam. Ilmu Naqli hanya ditujukan untuk dipelajari pemeluk Islam. Walaupun dalam setiap agama-agama sebelumnya, ilmu-ilmu tersebut telah ada. Akan tetapi berbeda dengan yang terdapat dalam Islam.
3)      Kelompok Ilmu Aqli : Ilmu yang diperoleh manusia melalui kemampuan berfikir. Proses perolehan tersebut dilakukan melalui panca indera dan akal.
Ilmu Aqli dibagi dalam empat kelompok, yaitu :
a)      Ilmu Logika (Mantiq)
b)      Ilmu Fisika termasuk di dalamnya kedokteran dan pertanian
c)      Ilmu Metafisika (‘Ilm Al-Ilahiyat)
d)     Ilmu Matematika termasuk di dalamnya ilmu geografi, aritmatika, aljabar, dan astronomi
Ibnu Khaldun berupaya menyusun ilmu-ilmu tersebut berdasarkan urgensi dan faedahnya bagi peserta didik, yaitu :
a)      Ilmu syariah dengan semua jenisnya
b)      Ilmu filsafat (rasio) ; Ilmu alam (fisika) ; dan ilmu ketuhanan (metafisika)
c)      Ilmu alat yang membantu ilmu agama, ilmu bahasa dan gramatika
d)     Ilmu alat yang membantu ilmu falsaffah (rasio), ilmu mantiq dan ushul fiqh.
Ibnu Khaldun membagi keempat ilmu tersebut menjadi dua golongan, yaitu ilmu pokok dan ilmu alat. Ilmu syariah dan ilmu filsafat berada pada satu klasifikasi. Ia menamakannya dengan ilmu pokok. Namun demikian, ia lebih mengutamakan ilmu syariat daripada ilmu filsafat karena merupakan asas dari ilmu-ilmu. Menurutnya, ilmu syariat datang dari Allah dengan perantaraan para Nabi dan manusia hendaknya menerima apa yang dibawa para Nabi serta mengikutinya untuk tercapainya kebahagiaan. Adapun golongan ketiga dan keempat, Ibnu Khaldun mengklasifikasikan ke dalam ilmu alat. Ia dengan tegas mengutamakan ilmu alat untuk mempelajari ilmu agama karena sangat penting untuk memahami teks-teks mulia, Al-Qur’an dan Al-Hadits, terutama ilmu bahasa Arab dengan berbagai jenisnya. Ia meletakkan ilmu Filsafat pada posisi terakhir. Ia menganjurkan peserta didik untuk mempelajari ilmu ala, ilmu-ilmu bhasa Arab dengan berbagai jenisnya dan ilmu rasio sekedar untuk memahami ilmu syariah yang merupakan ilmu pokok.

Metode Mengajar
Menurutnya, mengajarkan pengetahuan pada peserta didik hanyalah akan bermanfaat apabila dilakukan berangsur-angsur, setapak demi setapak, sedikit demi sedikit. Dalam hubungannya denga proses mengajarkan ilmu pada peserta didik, Ibnu Khladun mengnjurkan agar para pendidik mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan metode yang baik dan mengetahui faedah yang digunakannya. Pendidik tidak boleh mengajar peserta didik dengan kasar dan dengan makian. Bila hal tersebut dilakukan, maka akan menyebabkan anak menjadi pemalas, pembohong, tidak bisa mandiri, kasar, tidak berakhlak mulia, keras kepala, suka membantah dan lainn sebagainya.
Sejalan dengan metode diatas, Ibnu Khaldun menganjurkan agat pendidik bersikap sopan dan bijaksana terhadap peserta didiknya. Demikian pula dengan orangtua agar memilki sikap tersebut dalam menghadapi anaknya. Ini sangat penting dikarenakan orangtua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam upaya pembentukan kepribadian seorang anak.
Beliau mengajurkan untuk mempergunakan jalan pengajaran konsentris untuk mata pelajaran tertentu dalam proses belajar mengajar. Lanhkah pertama yang harus ditempuh adalah peserta didik diberi pelajaran tentang soal-soal mengenai setiap cabang pembahsan yang dipelajarinya. Keterangan terhadapa materi pelajaran yang diberikan hendaknya bersifat umum, yaitu dengan memperharikan kekuatan pemikiran peserta didik dan kesanggupannya memahami apa yang diberikan kepadanya. Apabila dengan jalan tersebut seluruh pembahasan pokok telah dipahami, maka berarti peserta didik telah memperoleh keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan tersebut. Jika pembahasan yang diberikan belum mampu tercapai secara maksimal, maka harus diulang kembali hingga dikuasai secara rinci, luas dan mendalam.

Sifat-Sifat Pendidik
Seorang pendidik akan berhasil dalam tugaanya apabila memiliki sifat-sifat yang mendukung profesionalismenya. Adapun sifat-sifat tersebut adalah:
1)      Pendidik hendaknya lemah lembut, senantiasa menjauhi sifat kasar, serta menjauhi hukuman yang merusak fisik, dan psikis peserta didik, terutama terhadap anak-anak yang masih kecil.
2)      Pendidik hendaknya menjadikan dirinya sebagai uswah alhasanah atau suri tauladan bagi pesetta didik.
3)      Pendidik hendaknya memperhatikan kondisi peserta didik dalam meberikan pengajarn, sehingga metode dan materi dapat disesuaika secara proporsional.
4)      Pendidik handaknya mengisi waktu luang dengan aktivitas yang berguna.
Pendidik harus profesional dan memilki wawasan yang luas tentang peserta didik, terutama yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwanya, serta kesiapan untuk menerima pelajaran.naqli dan ilmu aqli.

Karya-karya Ibnnu Khaldun :
Berikut ini beberapa karya Ibnu Khaldun yang cukup terkenal, antaralain;
a.       Kitab al-I’bar wa Dhuan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-’Arab wa al-’Ajam wa al-Barbar wa man ‘Asharahiim min Dzawi al-Suthan al-Akbar.
Karya yang dilihat dari judulnya mempunyai gaya sajak yang tinggi ini dapat diterjemahkan menjadi; Kitab contoh-contoh dan rekaman tentang asal-usul dan peristiwa hari-hari arab, Persia, Barbar dan orang-orang yang sezaman dengan mereka yang memiliki kekuatan besar. Oleh karena judulnya terlalu panjang, orang sering menyebutnya dengan kitab al- ‘Ibar saja, atau kadang cukup dengan sebutan Tarikh Ibnu Khaldun.
b.      Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun.
Dalam volume tujuh jilid, kajian yang dikandung begitu luas menyangkut masalah-maslah sosial, para Khaldunian cenderung menganggapnya sebagai ensiklopedia.
c.       Kitab al-Ta ‘rif lbnu Khaldun wa Rihlatuhu Garban wa Syarqan.
Adalah kitab otobiografi Ibnu Khaldun secara lengkap di mana ia dipandang sebagai orang besar abad pertengahan yang paling sempurna meninggalkan riwayat hidupnya.
d.      Karya-karya lain
Selain karya yang telah disebutkan di atas, Ibnu Khaldun sebenarnya memiliki karya-karya lainnya seperti; Burdah al-Bushairi,tentang logika dan aritmatika dan beberapa resume ilmu fiqih. Sementara itu masih ada dua karya Ibnu Khaldun yang masih sempat dilestarikan yaitu sebuah ikhtisar yang ditulis Ibnu Khaldun dengan tangannya sendiri ini diberijudul Lubab al-Muhashal fl Ushul al-Din. Dan kitab Syifa al-Sailfi Tahdzib al-Masatt yang ditulis Ibnu Khaldun ketika berada di Fez, adalah karya pertama yang berbicara tentang teologi skolastik dan karya kedua membahas tentang mistisisme konvensional.

b.              Ibnu Sina

Nama lengkap : Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā
Tempat dan tanggal lahir : 980 M, di Afsyahnah
Tokoh bidang : seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia[3]
Pemikiran dibidang pendidikan : Menurut Hasan Langgulung pemikiran pendidikan Ibnu Sina dalam falsafat praktisnya (ilmu praktis) memuat tentang ilmu akhlak, ilmu tentang urusan rumah tangga, politik dan syariah. Karya tersebut ada prinsipnya berkaitan dengan cara mengatur dan membimbing manusia dalam berbagai tahap dan sistem. Pembahasan diawali dari pendidikan individu. Yaitu bagaimana seseorang mengendalikan diri (akhlak). Kemudian dilanjutkan dengan bimbingan kepada keluarga (takbiral-manzil), lalu meluas ke masyarakat (tadbir al-madinat) dan akhirnya kepada seluruh umat manusia. Maka menurut Ibnu Sina, pendidikan yang diberikan oleh nabi pada hakikatnya adalah pendidikan kemanusiaan. Disini dapat dilihat bahwa pemikiran pendidikan Ibnu Sina bersifat komprehensif. Sementara itu pandangan-pandangan Ibnu Sina dalam bidang politik hampir tidak dapat dipisahkan dari pandangan nya dalam bidang agama, karena menurutnya hampir semua cabang ilmu keislaman berhubungan dengan politik, ilmu ini selanjutnya ia bagi menjadi empat cabang yaitu ilmu akhlak, ilmu cara mengatur rumah tangga, ilmu tata negara dan ilmu tentang kenabian. Ke dalam ilmu politik ini juga termasuk ilmu. Ilmu. Pendidikan, karena ilmu pendidikan merupakan ilmu yang berada pada garis terdepan dalam menyiapkan kader-kader yang siap untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan[ Pemikiran Ibnu Sina dalam pendidikan antara lain berkenaan dengan tujuan pendidikan, kurikulum, metode pengajaran, guru dan pelaksanaan hukuman dalam pendidikan.
  1. Tujuan Pendidikan
Menurut Ibnu Sina, bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahluian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan dan kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
  1. Kurikulum
Konsep Ibnu Sina tentang kurikulum didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik. Untuk anak usia 3 sampai 5 tahun misalnya, menurut Ibnu Sina perlu diberikan mata pelajaran olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni suara dan kesenian. Selanjutnya kurikulum untuk anak usia 6 sampai 14 tahun menurut Ibnu Sina adalah mencakup pelajarn membaca dan menghafal Al-Qur’an, pelajaran agama, pelajaran sya’ir, dan pelajaran olahraga.
Sedangkan kurikulum untuk anak usia 14 tahun keatas. Pandangan Ibnu Sina terhadap mata pelajaran yang harus diberikan kepada anak usia 14 tahun keatas berbeda dengan mata pelajaran yag harus diberikan kepada anak usia sebelum 14 tahun sebagaimana telah disebutkan diatas. Mata pelajaran yang dapat diberikan kepada anak usia 14 tahun keatas, amat banyak jumlahnya, namun pelajaran tersebut perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat si anak.
  1. Metode Pengajaran
Ibnu Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada bermacam-macam anak didik dengan salah satu cara saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai cara sesuai dengan perkembangan psikologisnya.
Penyampaian materi pelajaran pada anak menurutnya harus disesuaikan dengan sifat dari materi pelajaran tersebut, sehingga antara metode dengan materi yang diajarkan tidak ak kehilangan daya relevansinya. Metode pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, magang dan penugasan.
  1. Konsep Guru
Konsep guru yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain berkisar tentang guru yang baik. Dalam hubungan ini Ibnu Sina mengatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, bersih dan suci murni.
  1. Konsep Hukuman dalam Pelaksanaanya
Ibnu Sina pada dasarnya tidak berkenan menggunakan hukuman dalam kegiatan pengajaran. Hal ini didasarkan pada sikapnya yang sangat menghargai martabat manusia. Namun dalam keadaan terpaksa hukuman dapat dilakukan dengan cara yang amat hati-hati. Ibnu Sina menyadari sepenuhnya, bahwa manusia memiliki naluri yang selalu ingin disayang, tidak suka diperlakukan kasar dan lebih suka diperlakukan halus. Atas dasar pandangan kemanusiaan inilah maka Ibnu Sina sangat mebatasi pelaksanaan hukuman.
Ibnu Sina membolehkan pelaksanaan hukuman dengan cara yang ekstra hati-hati, dan hal itu hanya boleh dilakukan dalam  keadaan terpaksa atau tidak normal. Sedangkan dalam keadaan normal, hukuman tidak boleh dilakukan. Sikap humanistic ini amat sejalan dengan alam demokrasi yang amat menuntut keadilan, kemanusiaan, kesederajatan dan sebagainya.
Karya-karya Ibnu Sina :  
a.       Bidang logika “Isaguji”, “The Isagoge”, ilmu logika Isagoge.
b.      Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah (On the Divisions of the Rational Sciences) tentang pembahagian ilmu-ilmu rasional.
c.       Bidang metafizika, “Ilahiyyat” (Ilmu ketuhanan)
d.      Bidang psikologi, “Kitab an-Nayat” (Book of Deliverence) buku tentang kebahagiaan jiwa.
e.       Fiad-Din yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi “Liber de Mineralibus” yakni tentang pemilikan (mimeral).
f.       Bidang sastera arab “Risalah fi Asab Huduts al-Huruf” ,risalah tentang sebab-sebab terjadinya huruf.
g.      Bidang syair dan prosa “Al-Qasidah al- Aniyyah” syair-syair tentang jiwa manusia.
h.      Cerita-cerita roman fiktif , “Risalah ath-Thayr” cerita seekor burung.
i.        Bidang politik “Risalah as-Siyasah” (Book on Politics) – Buku tentang politik.[4]
Karangan Ibnu Sina             :
Adapun karangan yang telah dibuat Ibnu Sina adalah:
a.       Asy-Syifa.
Buku ini adalah buku filsafat yang terpenting dan terbesar Ibnu Sina, dan terdiri dari empat bagian. yaitu logik, fisika, matematika dan metafisika (ketuhanan). Buku tersebut mempunyai beberapa naskah yang tersebar di berbagai perpustakaan di Barat dan Timur.
b.      An-Najat
Buku ini merupakan keringkasan buku Asy-Syifa, dan pernah  diterbitkan bersama-sama dengan buku Al-Qanun dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 M di Roma dan pada tahun 1331 M di Mesir.
  1. Al-Isyart wa Tanbihat
Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling baik, dan pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892 M, dan sebagiannya diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis. Kemudian, diterbitkan lagi di Kairo pada tahun 1947 di bawah asuhan Dr. Sulaiman Dunia
  1. Al-Hikmat Al-Masyriqiiyyah
Buku ini banyak dibicarakan orang, karena tidak jelasnya maksud judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih memuat bagian logika. Menurut Carlos Nallino, buku ini berisi filsafat Timur sebagai imbangan dari filsafat Barat.a
  1. Al-Qanun atau Canon of Medicine,
Buku ini pernah di terjemahkan dalam bahasa latin dan pernah menjadi buku standar untuk universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ke tujuh belas Masehi. Buku tersebut pernah diterbitkan di Roma tahun 1593 M, dan India tahun 1323 H. Risalah-risalaj lain yang banyak jumlahnya dalam lapangan filsafat, etika, logika dan fsikologi.[5]




c.               Al-Farabi

Nama lengkap : Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi
Tempat dan tanggal lahir : 872 M, Otrar, Kazakhstan
Tokoh bidang             : Beliau terkemuka dalam bidang falsafah, logik, dan sosiologi.[6]
Pemikiran dibidang pendidikan : Al Ghazali memberi  perhatian yang sangat besar untuk menempatkan pemikiran Islam dalam pendidikan. Menurutnya, seluruh metode pendidikan harus berpegang teguh pada syariat Islam. Menurutnya, tujuan manusia adalah mencapai kebahagian dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan kata lain, berbagai macam tujuan manusia untuk mendapatkan kekayaan, kekuasaan sosial, ilmu pengetahuan, hanyalah sebuah ilusi jika semua itu hanya berhubungan dan ditujukan untuk pencapaian dunia fana.
Menurut beliau, bayi lahir dalam keadaan jernih, lalu tumbuh menjadi anak-anak yang membutuhkan kepribadian, karakter, dan tingkah laku saat hidup dan berinteraksi dengan lingkungan. Keluarga mengajarkan anak-anak tentang bahasa, adat-istiadat, tradisi agama, dan semua pengaruh dari ajaran tersebut tidak mungkin lenyap hingga mereka dewasa. Oleh karena itu, yang paling bertanggung jawab terhadap buruk atau baiknya pendidikan seorang anak adalah orangtua mereka. Orang tua merupakan mitra dalam mendidik anak-anak dan mereka harus membaginya dengan para guru anak-anak tersebut.
Al-Ghazali menekankan pentingnya pembentukan karakter. Dengan memberikan pendidikan karakter yang baik maka orang tua sudah membantu anak-anaknya untuk hidup sesuai jalan yang lurus. Namun, pendidikan yang buruk akan membuat karakter anak-anak menjadi tidak baik dan berpikiran sempit sehingga sulit membawa mereka menuju jalan yang benar kembali. Oleh karena itu, anak-anak harus belajar di sekolah dasar sehingga pengetahuan yang diperoleh sejak masih kecil akan melekat kuat bagai ukiran di atas batu. Selain itu, anak-anak juga harus diyakinkan bahwa mereka harus selalu mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Anak-anak terus berkembang, pada usia remaja mereka akan merasa tertarik dengan lawan jenis, lalu pada usia 20 tahun, mereka merindukan menjadi pemimpin, dan pada usia 40 tahun orang membutuhkan kedekatan dan kesenangan terhadap pengetahuan akan Tuhannya.
Pada masa anak-anak, orang tua harus mengajari mereka ilmu Alquran dan hadis. Selain itu, mereka harus dijaga dari  puisi-puisi cinta. Sebab hal itu, kata dia, bisa menjadi bibit yang buruk bagi jiwa seorang anak laki-laki. Mereka juga harus diajari mematuhi nasehat orang tua, gurun, serta orang-orang yang lebih tua. Selain itu mereka juga harus diajarkan menjadi orang yang jujur, sederhana, dermawan, dan beradab. Selain itu, anak-anak sebaiknya memiliki teman yang bermoral baik, berkarakter baik, pandai, serta jujur.
Karya-karya Al-Farabi :
Karya al-Farabi tentang logika menyangkut bagian-bagian berbeda dari karya Aristoteles Organon, baik dalam bentuk komentar maupun ulasan panjang. Kebanyakan tulisan ini masih berupa naskah dan sebagian besar naskah-naskah ini belum ditemukan. Sedang karya dalam kelompok kedua menyangkut berbagai cabang pengetahuan filsafat, fisika, matematika, dan politik. Kebanyakan pemikiran yang dikembangkan oleh al-Farabi sangat berafiliasi dengan sistem pemikiran Hellenik berdasarkan Plato dan Aristoteles. Dianatara judul karya al-Farabi yang terkenal adalah:
  1. Maqalah fi Aghradhi ma Ba’da al-Thabi’ah
  2. Ihsha’ al-Ulum
  3. Kitab Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadhilah
  4. Kitab Tahshil al-Sa’adah
  5. ‘U’yun al-Masa’il
  6. Risalah fi al-Aql
  7. Kitab al-Jami’ bain Ra’y al-Hakimain : al-Aflatun wa Aristhu
  8. Risalah fi Masail Mutafariqah
  9. Al-Ta’liqat
  10. Risalah fi Itsbat al-Mufaraqat.

d.              Al-Ghazali

Nama lengkap : Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i
Tempat dan tanggal lahir : Thus; 1058 / 450 H
Tokoh bidang : seorang filosof dan teolog muslim Persia[7]
Pemikiran dibidang pendidikan : Al-Ghazali adalah orang yang banyak mencurahkan perhatiannya terhadap bidang pengajaran dan pendidikan. Oleh karena itu ia melihat bahwa ilmu itu sendiri adalah keutamaan dan melebihi segala-galanya. Oleh sebab itu menguasai ilmu baginya termasuk tujuan pendidikan dengan melihat nilai-nilai yang dikandungnya dan karena ilmu itu merupakan jalan yang akan mengantarkan anda kepada kebahagiaan di akhirat serta sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Oleh karena itu ia menyimpulkan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampi akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap di mana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Maka sistem pendidikan itu haruslah mempunyai filsafat yang mengarahkan kepada tujuan yang jelas. Mengingat pendidikan itu penting bagi kita, maka al-Ghazali menjelaskan juga tentang tujuan pendidikan, yaitu :
a.       Mendekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunah.
b.      Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia.
c.       Mewujudkan profesionalitas manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya.
d.      Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.
e.       Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama, sehingga menjadi manusia yang manusiawi.
Bertolak dari pengertian pendidikan menurut al-Ghazali, dapat di mengerti bahwa pendidikan merupakan alat bagi tercapainya suatu tujuan. Pendidikan dalam prosesnya memerlukan alat, yaitu pengajaran atau ta’lim. Sejak awal kelahiran manusia sampai akhir hayatnya kita selalu bergantung pada orang lain. Dalam hal pendidikan ini, orang (manusia) yang bergantung disebut murid sedangkan yang menjadi tempat bergantung disebut guru. Murid dan guru inilah yang disebut sebagai subyek pendidikan.
Oleh karena itu arahan pendidikan al-Ghazali menuju manusia sempurna yang dapat mendcapai tujuan hidupnya yakni kebahagiaan dunia dan akhirat yanghal ini berlangsung hingga akhir hayatnya. Hal ini berarti bahwa manusia hidup selalu berkedudukan sebagai murid.
Manusia adalah subyek pendidikan, sedangkan pendidikan itu sangat penting bagi manusia, maka dalam pendidikan itu harus diperhatikan tentang kurikulumnya. Kurikulumnya pendidikan menurut al-Ghazali adalah materi keilmuan yang disampaikan kepada murid hendaknya secara berurutan, mulai dari hafalan dengan baik, mengerti, memahami, meyakini, dan membenarkan terhadap apa yang diterimanya sebagai pengetahuan tanpa memerlukan bukti atau dalil. Sehingga dengan pentahapan ini melahirkan metode khusus pendidikan, menurut al-Ghazali yaitu :
1. Metode khusus pendidikan agama
Menurut al-Ghazali metode ini pada prinsipnya di mulai dengan hafalan dan pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil dan keterangan yang bisa menunjang penguatan akidah.
2. Metode khusus pendidikan ahklak
Akhlak menurut al-Ghazali adalah : suatu sikap yang mengakar dalam jiwanya yang melahirkan berbagai perbuatan tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.
Dengan adanya metode tersebut, maka al-Ghazali menyimpulkan bahwa pendidikan itu harus mengarah kepada pembentukan akhlak mulia, sehingga Ia menjadikan al-Qur’an sebagai kurikulum dasar dalam pendidikan. Ia juga menyimpulkan bahwa tujuan akhir pendidikan dan pembinaan itu ada 2 yaitu :
1. Kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah.
2. Kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Karya-Karya al-Ghazali       :
1.    Di Bidang Filsafat
a.       Maqashidu –ul falasifah (tujuan ilmu filsafat)
b.      Tahafut –ul falasifah (kesesatan ilmu filsafat)
c.       Al-Ma’rifatul ‘Aqliyah (ilmu pengetahuan yang rasional)
2.     Di Bidang Agama
a.       Ihya’ Ulumuddin (menghidup-hidupkan ilmu agama)
b.      Al-Mungis minal dhalal (terlepas dari kesesatan)
c.       Minhaj ul abidien (jalan mengabdi Tuhan)
d.      Kitab-kitab akhlak dan tasawuf.
3.    Dalam Bidang Kenegaraan
a.       Mustazh – hiri
b.      Sirrul ‘alamain (rahasia dua dunia yang berbeda)
c.       Suluk us Sulthanah (cara menjalankan pemerintahan)
Nashihat et muluk (nasihat untuk kepala-kepala negara)

e.               Al-Kindi

Nama lengkap : Abdul Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Ash-Shabah bin ‘Imran bin Isma’il bin Muhammad bin al-Asy’ats bin Qais al-Kindi.
Tempat dan tanggal lahir : Kufah sekitar tahun 185 H (801 M)
Tokoh bidang : Al-Kindi menganut paham Mu’tazilah dan kemudian belajar filsafat. Selain belajar filsafat ia juga menekuni dan ahli dalam bidang ilmu astronomi, ilmu ukur, ilmu alam astrologi, ilmu pasti, ilmu seni musik, meteorologi, optika, kedokteran, politik dan matematika.[8]
Pemikiran dibidang pendidikan : Al-Kindi menganggap bahwa tujuan terakhir filsafat terletak pada hubungan hubungannya dengan moralitis . sedangkan tujuan dari filosof adalah untuk mengetahui kebenaran dan kemudian berbuat sesuai dengan kebenaran tersebut. Dengan demikian kearifanj, perbuatan dan renungan sebagai aspirasi tertyinggi manusia terpadu dalam dirinya, tampa menyamakan pengetahuan dan kebijaksanaan seperti yang dilakukan oleh sokrates.
Oleh karena itu menurut al-Kindi sendiri maksud ilmu pengetahuan etika ialah untuk memperoleh kebijakan dan menghindari keburukan. Pengethauan tidak hanya untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan, tetapi turut membantu kemurnian jiwa yang merupakan satu-satunya sara untuk menyatukan kedua hal tersebut. Dan konsepsi kefilsafat al-Kindi juga tidak terlepas dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Melihat pemamparan pemikiran alkindi diatas ketika kita sambungkan dengan pendidikan bisa disimpulkan yang pertama dan utama tugas pendidik kepada peserta didik adalah penanaman etika dulu dengan cara perbaikan jiwa atau nafs.
Karya-karya Al Kindi :
Sebagai seorang filsuf yang sangat produktif, diperkirakan karya yang pernah di tulis oleh al-kindi dalam berbagai bidang tidak kurangb dari 270 buah. Dalam bidang filasafat diantaranya adalah :
a.       Kitab al-falsafah al-Ddakhilat wa al-Masa`il al-Mantiqiyah wa al-Muqtashah wa ma fawqa al-Thabiiyyah (tentang filsafat yang diperkenalkan dan masalah – masalah logika dan muskil, serta metafisika).
b.      Kitab al-kindi ila al-Mu`tashim Billah fi al-falsafah al-Ula (tentang filsafat pertama).
c.       Kitab Fi Annahu al-Falsafah illa bi` jlm al-Riyadiyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matyematika).
d.      Kitab fi qashd Aristhathalisfi al-Maqulat (tentang maksud-maksud Aristoteles dalam kategori- kategorinya).
e.       Kitab fi Ma`iyyah al-Ilm wa Aqsamihi (tantang sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya).
f.       risalah fi Hudud al-Asyya`wa Rusumilah ( tentang definisi benda – benda dan uraiannya).
g.      Risalah fi Annahu jawahir la Ajsam(tentang substansi – substansi tanpa badan).
h.      Kitab fi ibarah al-jawami` al-Fikriyah(tentang ungkapan-ungakapan mengenai ide-ide komprehensif).
i.        Risalah al Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah(sebuah tulisan filosofis tentang rahasia – rahasia spiritual).
j.        Risalah fi al-Ibanah an al-Illat al-Fa`ilat al-Qaribah li al-kawn wa al Fasad(tentang penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif terhadap alam dan kerusakannya).[9]




f.                KH.Ahmad Dahlan

Nama lengkap : Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis
Tempat dan tanggal lahir : Yogyakarta, 1 Agustus 1868
Tokoh bidang             :  Pendiri muhammadiyah dan Pahlawan Nasional
Pemikiran dibidang pendidikan : Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:
KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat; Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;
Usahanya `memberi warna” pada Budi Utomo yang cenderung kejawen dan sekuler, tidaklah sia-sia. Terbukti kemudian dengan munculnya usulan dari para muridnya untuk mendirikan lembaga pendidikan sendiri, lengkap dengan organisasi pendukung.
Hal itu dimaksudkan untuk menghindari kelemahan pesantren yang biasanya ikut mati jika kiainya meninggal. Maka pada 18 Nopember 1912 berdirilah sekolah Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Diniyah. Sekolah tersebut mengambil tempat di ruang tamu rumahnya sendiri ukuran 2,5 x 6 M di Kauman.
Madrasah tersebut merupakan sekolah pertama yang dibangun dan dikelola oleh pribumi secara mandiri yang dilengkapi dengan perlengkapan belajar mengajar modern seperti; bangku, papan tulis, kursi (dingklik; kursi berkaki empat dari kayu dengan tempat duduk panjang), dan sistem pengajaran secara klasikal.
Cara belajar seperti itu, merupakan cara pengajaran yang asing di kalangan masyarakat santri, bahkan tidak jarang dikatakan sebagai sekolah kafir. Pernah dia kedatangan seorang tamu guru ngaji dari Magelang yang mengejeknya dengan sebutan kiai kafir, dan kiai palsu karena mengajar dengan menggunakan alat-alat sekolah milik orang kafir. Kepada guru ngaji yang mengejeknya itu Dahlan sempat bertanya, “Maaf, Saudara, saya ingin bertanya dulu. Saudara dari Magelang ke sini tadi berjalankah atau memakai kereta api?”
“Pakai kereta api, kiai,” jawab guru ngaji. “Kalau begitu, nanti Saudara pulang sebaiknya dengan berjalan kaki saja,” ujar Dahlan. “Mengapa?” tanya sang tamu keheranan. “Kalau saudara naik kereta api, bukankah itu perkakasnya orang kafir?” kata Dahlan telak.
Di sinilah Ahmad Dahlan menerapkan Al Qur’an surah 96 ayat 1 yang memberi penekanan arti pentingnya membaca, diterjemahkan dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Ahmad Dahlan berfikir dengan pendidikan buta huruf diberantas. Apabila umat Islam tidak lagi buta huruf, maka mereka akan mudah menerima informasi lewat tulisan mengenai agamanya.



g.              KH.Hasyim Asy’ari

Nama lengkap : Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie
Tempat dan tanggal lahir : 10 April 1875, Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur
Tokoh bidang : Pendiri Nahdlatul Ulama dan Pahlawan Nasional
Pemikiran dibidang pendidikan : Hasyim Asy’ari yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren, serta banyak menuntut ilmu dan berkecimpung secara langsung di dalamnya, di lingkungan pendidikan agama Islam khususnya.
Hasyim asy’ari adalah seorang penulis yang produktif dalam semua bidang keilmuan islam, namun dari sudut epistemoliginya ada kesimpulan dari pemikirannya yaitu dia memiliki pemikiran yang khas dan tipikal, ia selalu konsisten mengacu pada rujukan yang memliki sumber otoritatif, yakni Al-qur’an dan Al-Hadits, disamping itu yang menjadi tipikal karya karyanya adalah kecenderungannya terhadap madzhaab Syafi’i. Salah satu karya monumental Hasyim Asy’ari yang berbicara tentang pendidikan adalah kitabnya yang berjudul Adab al Alim wa al Muta’allim, pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih beliau tekankan pada masalah etika dalam pendidikan, meski tidak menafikan beberapa aspek pendidikan lainnya. Di antara pemikiran beliau dalam masalah pendidikan adalah:
        a)     Signifikasi pendidikan
Signifikasi pendidikan menurut KH Hasyim Asy’ari adalah upaya memanusiakan manusia secara utuh, sehingga manusia bisa taqwa kepada Allah SWT, dengan benar benar mengamalkan segala perintahnya dan menegakkan keadilan dimuka bumi, beramal shaleh dan maslahat, pantas menyandang predikat sebagai makhluk yang paling mulia dan lebih tinggi derajatnya dari segala jenis makhluk Allah yang lainnya.
        b)     Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan meurut Hasyim Asy’ari adalah menjadi insan yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT serta insan yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. [10]
         c)     Karakteristik guru
KH. Hasyim Asy’ari menyebutkan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain:
   1)          Cakap dan professional
   2)          Kasih sayang
   3)          Berwibawa
   4)          Takut pada Allah, tawadhu’, zuhud dan khusyu’
Ø  Menjaga dari hal yang  menurunkan martabat
Ø  Pandai mengajar
Ø  Berwawasan luas
Ø  Mengamalkan ajaran Al- Qur’an dan Al-Hadist
        d)     Tugas dan Tanggung Jawab Murid
Etika dalam belajar
Etika terhadap guru
Etika terhadap pelajaran
Membersihkan hati
Memperhatikan guru
Memperhatikan ilmu yang bersifat fardhu ‘ain
Membersihkan niat
Mengikuti jejak guru
Berhati-hati dalam menanggapi ikhtilaf para ulama
Pandai mengatur waktu
Memuliakan guru
Bercita cita tinggi
Menyederhanakan makan dan minum
dan Berhati-hati
Bersabar terhadap kekerasan guru
Senantiasa menganalisa dan menyimak ilmu
Menyedikitkan tidur
Duduk dengan rapi
Menanyakan apa yang tidak difahami
Menghindari kemalasan
Berbicara sopan
Selalu membawa catatan
Meninggalkan hal-hal yang kurang berfaedah
Tidak menyela guru
Belajar secara continue, dan menanamkan rasa antusias belajar.
        e)     Sistem pendidikan
Pendidikan KH Hasyim Asy’ari berlandaskan Al-qur’an sebagai paradigma nya dalam hal ini, karena dengan berlandaskan dengan wahyu tuhan terwujud suatu sitem pendidikan yang koomperhensif yaitu meliputi tiga aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, Ada beberapa nilai nilai yang harus dikembangkan dalam pengelolahan sistem pendidikan islam, antara lain : nilai teosentris, nilai sukarela dan mengabdi, nilai keaarifan, nilai kesederhanaan, nilai kebersamaan, restu pemimpin (kyai).
          f)     Kurikulum pendidikan
Kurikulum yang ditetapkan oleh KH Hasyim Asy’ari adalah; Al-Qur’an dan Hadist, fiqih, ushul fiqih, nahwu, shorof, dan cenderung menerapkan system kurikulum pendidikan yang mengajarkan kitab kitab klasik.
        g)     Metode pengajaran
Untuk menentukan pilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dan mempertimbangkan tujuan, materi, maupun lingkungan pendidikan, bila mengacu pada pesantren maka metode yang digunakan adaalah metode yang konvensional yaitu sistem sorogan, bandongan, wetonan, dengan kajian pokok kitab kitab klasik.
        h)     Proses belajar mengajar
Keberhasilan dalam proses belajar mmengajar sangat dipengarui oleh berbagai faktor di antaranya; guru, murid, tujuan pendidikan, kurikulum dan metode, dalam hal ini pemikiran KH Hasyim Asy’ari bisa dikatakan masih bersifat tradisionalis, karena dia memposisikan guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek, guru tidak hanya sebagai transmitor pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga sebagai pihak yang memberi pengaruh secara signifikan terhadap pembentukan prilaku (etika) peserta didik.
          i)     Evaluasi
KH Hasyim Asy’ari dalam proses evaluasi tidak hanya untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengusaan murid terhadap materi namun juga untuk mengetahui sejauh mana upaya internalisasi nilai nilai dalam peserta didik bias diserap dalam kehidupan sehari hari. Adapun untuk mengukur tingkat keberhasilan seorang guru dalam mendidik akhlak pada peserta didik lebih ditekankan kepada pengamatan kehidupan santri sehari harinya. Sehingga mengenai hal evaluasi tidak menggunakan standarisasi nilai, namun mereka sudah dianggap baik bila mereka sudah bisa mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari hari.

 



Kelebihan dan Kekurangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam


a.     Pondok Pesantren Tradisional

Pengertian Tradisional menunjukkan bahwa lembaga ini hidup sejak ratusan tahun (300-400 tahun) yang lalu dan telah menjadi bagian yang mendalam dari sistem kehidupan sebagian besar umat Islam Indonesiayang merupakan golongan mayoritas bangsa indonesia dan telah mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan umat bukan tradisional dalam arti tetap tanpa mengalami penyesuaian.Kata salaf atau salafiyyah itu sendiri diambil dari numenklatur Arab salafiyyun untuk sebutan sekelompok umat Islam yang ingin kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan Assunnah sebagaimana praktik kehidupan generasi pertama Islam (Assalafussholeh).
kelemahan yang dimiliki oleh pesantren salaf pada umumnya antara lain:
  1. Menutup diri akan perubahan zaman, dan bersifat kolot dalam merespon modernisasi.
  2. Lebih menekankan ilmu fiqh, tasawuf dan ilmu alat
  3. Adanya penurunan kualitas dan kuantitas pesantren salaf
  4. Penggunaan metode pembelajaran yang masih bersifat tradisional seperti sorogan, bandungan(halaqah), dan wetonan.
  5. Kurangnya penekanan kepada aspek pentingnya membaca dan menulis.
  6. Peran kyai yang dominan dan sumber utama dalam pembelajaran
kelebihan-kelebihan dari pesantren salaf antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Ketakdziman seorang santri terhadap kyainya begitu kental
  2. Tempat mencetak kader-kader islam yang berakhlakul karimah dan mumpuni terhadap kajian-kajian agama seperti ilmu fiqh, tasawuf ataupun ilmu alat
  3. Sebagai tempat sentral belajar ilmu agama
  4. Tempat pendidikan yang tak mengenal strata social
  5. Mengajarkan semangat kehidupan demokrasi, bekerja sama, persaudaraan, persamaan, percaya diri dan keberanian hidup.[11]

b.    Pondok Pesantren Modern

Pesantren khalafiyah (modern) adalah pesantren yang mengadopsi sistem madrasah atau sekolah yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya. Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atas pesantren salaf, sebagai institusi pendidikan asli Indonesia yang lebih tua dari Indonesia itu sendiri, adalah 'legenda hidup' yang masih eksis hingga hari ini. Sedangkan menurut penulis pesantren modern itu dapat diartikan bahwa pesantren modern adalah pesantren yang berusaha menyeimbangkan pendidikan agama dengan pendidikan umum, metode yang digunakan tidak lagi seperti dulu, materi yang diajarkanpun juga lebih banyak dibanding pesantren salaf.
kelebihan-kelebihan yang lain dapat dituliskan sebagai berikut:
  1. Adanya perubahan yang signifikan dalam system, metode serta kurikulumnya.
  2. Mau membuka tangan untuk menerima perubahan zaman.
  3. Semangat untuk membantu perkembangan pendidikan di Indonesia tidak hanya dalam pendidikan agama saja.
  4. Dibangunnya madrasah-madrasah bahkan perguruan tinggi guna mengembangkan pendidikan baik agama ataupun umum dalam lingkungan pesantren.
  5. Mampu merubah sikap kekolotan pesantren yang terdahulu menjadi lebih fleksibel.
  6. Perubahan terhadap out putnya yang tidak hanya menjadi seorang guru ngaji,ataupun guru agama di desa. Sekarang merambah ke dalam dunia politik, ekonomi dan beberapa bidang lainnya.
kekurangan-kekurangan tersebut seperti dibawah ini:
  1. Kurang takdzimnya santri kepada kyai, karena santri lebih patuh pada peraturan pesantren.
  2. Ketatnya peraturan-peraturan yang dibuat, yang menyebabkan ketidaknyamanan santri dalam belajar.
  3. Ilmu-ilmu agama yang diberikan tidak lagi diberikan secara intensif.
  4. Terdapatnya kecenderungan santri yang semakin kuat untuk mempelajari IPTEK.
  5. Tradisi “ngalap berkah kyai” sudah tidak lagi menjadi fenomena yang dalam pesantren.[12]

c.      Madrasah

Madrasah (Bahasa Arab) berarti tempat untuk belajar. Persamaan Madrasah alam bahasa Indonesia adalah “sekolah”, dengan konotasi yang khusus yaitu sekolah-sekolah agama Islam. Tempat belajar adalah tempat untuk mengajarkan dan mempelajari ajaran-ajaran agama Islam, ilmu pengetahuan, dan keahlian lainnya yang berkembang pada zamannya.
Kelebihan Madrasah:
  1. Aspek Organisasi
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyejajarkan madrasah dengan sekolah dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan yang memberikan otonomi luas dapat dijadikan sebagai pijakan yang kuat bagi pengembangan madrasah.
  1. Aspek Manajeman
Manajemen yang efektif, transparan, partisipatif, dan akuntable telah dikembangkan dengan sungguh-sungguh untuk menjamin eksistensi madrasah yang mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
  1. Aspek Sumber Daya Manusia
Semangat pengembangan kompetensi professional yang dimiliki segenap personal memberikan harapan bagi peningkatan mutu madrasah ke depan.
Kekurangan Madrasah:
Sedangkan madrasah  dewasa ini sangat terlihat kekurangan- kekurangannya yang antara lain:
  1. Visi dan misi, tak jarang kepala sekolah / madrasah belum faham Visi dan Misi ,sebagai titik  arah dan pengerucutan dari setiap langkahnya, ``Segenap manusia yang terlibat dalam proyek pendidikan harus mengacu ke arah di ejawantahkannya visi dan misi diatas``, tidak sedikit kepala  sekolah/madrasah yang tidak memiliki `` Visi dan Misi yang Jelas kemana pendidikan mau akan dibawa dan dikembangkan``. Hampir dapat dikatakan bahwa Madrasah pada dewasa ini hanya merupakan/tidak lebih sebagai sekolah Umum yang bercirikan Islam, akhirnya madrasah  memberikan beban  berat yang harus dipikul siswa, pembelajaran menjadi tumpang tindih dan sarat dengan pemaksaan ,tanpa mengetahui arah yang  jelas mau dibawa kemana.

  1. Managemen  yang belum Profesional, sekolah/ madrasah belum mampu menyelenggarakan Pembelajaran dan Penyelenggaraan Pendidikan yang Efektif dan Berkwalitas.  Terjadinya berbagai macam bentuk  manipulasi nilai , administrasi menunjukkan betapa lemahnya managemen sekolah/ madrasah, sehingga menimbulkan suasana tidak sehat dan jauh dari tujuan pendidikan. ``Semua pihak harus merasa prihatin dan segera melakukan perubahan manakala perkembangan menunjukkan sebaliknya``.`` Ilmu merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan,Oleh sebab itu.maka ilmu di Indonesia sukar berkembang selama kita suka berbohong``

  1. Kompetensi dan figur Guru yang kurang memadai ,guru adalah merupakan unsur yang terpenting dalam kegiatan belajar mengajar, disini kompetensi guru seharusnya tidak hanya, mumpuni dalam bidang materi,metodologi dan ketrampilan dalam mengajar tetapi juga dituntut harus dapat dijadikan teladan dalam sikap sehari- hari (digugu dan ditiru) .

  1. Kurikulum dan Waktu sangat terbatas, yang akan menghambat sekolah/ madrasah dalam memberikan  keleluasaan mengaplikasikan dalam kehidupan konkrit di muka bumi, ``pemikiran keislaman jangan selalu bersifat transendental eskapis, tetapi juga mempertautkan dan menyentuhkan pemikiran transcendental tersebut kearah sosial budaya yang konkret dan kontestual``.Untuk mewujudkan Pendidikan Agama Islam yang mampu menciptakan manusia yang  berkepribadian, berakhlaq, berwatak dan berkeyakinan muslim, harus menjauhi batasan dan keterkungkungan yang selalu menghimpit setiap gerak dalam menentukan kemana arah dan tujuan pendidikan, diluar batasan waktu tersebut seharusnya dapat digunakan untuk memperbanyak pembiasaa-pembiasan dan mengaplikasikan  ilmu yang didapat kedalam kehidupan sehari-hari yang akan menuju kearah kepribadian, akhlaq, watak dan keyakinan yang mantap.

d.    Sekolah Islam Terpadu

Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan islam berlandaskan Al-Quran dan As sunnah. Dalam aplikasinya Sekolah Islam Terpadu diartikan sebagai sekolah yang menerapkan pendekatan penyelenggaraannya dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi suatu jalinan kurikulum. Sekolah Islam Terpadu juga menekankan keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sekolah Islam Terpadu juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah. Dalam penyelenggaraannya memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan belajar yaitu sekolah, rumah dan masyarakat.[13]
Kelebihan-Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
  1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
  2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
  3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
  4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
  5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
Kekurangan-kekurangan sekolah islam terpadu
  1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas,  memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal,  rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan  yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.

  1. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.


  1. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.

  1. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

  1. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

  1. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri[14]


PENUTUP


Kesimpulan

Belajar atau pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan dan diberikan kepada peserta didik. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi, sehingga akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusanagar PBM akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.

Kesimpulannya, tidak ada satupun metode pengajaran dan penyampain materi ke anak didik yang sempurna. Buktinya, tiap-tiap metode memiliki celah dan kelemahan di sana-sini. Jadi, semuanya tergantung tenaga pendidik dalam mengoptimalisasikan kelebihan yang tersedia serta meminimalisir berbagai kelemahan yang ada pada tiap-tiap metode. Dengan adanya keserasian antara metode yang diterapkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga pendidik jauh lebih ampuh dalam mencapai hasil optimal dalam proses belajar mengajar.

Filsafat merupakan kegiatan olah fikir yang sangat mendalam terhadap suatu persoalan kecil yang dianggap penting oleh seseorang, yang mungkin dianggap sebagai hal yang tidak penting oleh orang lain dan mungkin tidak dapat memberikan kontribusi secara langsung dalam kehidupan seseorang. Filasafat Islam di bagian Timur Dunia Islam (Masyriqi) berbeda dengan filsafat Islam diMaghribi ( bagian Dunia Barat). Di antara filosof Islam di kedua kawasan terdapat sebuah perselisihan pendapat tentang berbagai  pokok pengertian. Di Timur ada filosof terkemuka, al-Kindi, al-Farabi dan Ibnu Sina. Di Barat juga ada filosof terkemuka, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd.

Sebagai akibat adanya peradaban yang berpusat di Syam dan Persia setelah sebelumnya berpusat di Athena dan Iskandariyah. Setelah Islam datang, orang Arab menguasai daerah Persia, Syam, dan Mesir. Kemudian pusat kekhalifaan pindah dari Hijaz (Madinah) ke Damaskus (Syam), sebuah kota yang yang dari politik menjadi pusat kekuasaan Bani Ummayah. Pada masa itu muncul dua kota besar meaminkan peranan penting dalam sejarah pemikiran Islam, yaitu Bashrah dan Kufah. Hingga datangnya kekuasaan orang-orang Bani Abbas, dua kota tersebut memimpin tetap memimpin kehidupan kebudayaan di seluruh dunia. Setelah para penguasa daulat Abbasyiah membangun kota Baghdad, dua kota pusat kebudayaan Islam  Bashrah dan Kufah berpindah ke kota Baghdad. Sejak itu Baghdad menjadi pusat kekhalifaan di samping menjadi pusat  kegiatan ilmu, filsafat dan peradaban. Kaum cendekiawan dan para ahli fikir dari berbgai pelosok dunia banyak yang tertarik ke Baghdad, sehingga kota itu mirip denga Athena pada abad ke-5 SM, atau mirip dengan Paris dalam abad ke-19 Masehi, yaitu sebagai pusat kebudayaan manusia.

Sebagai sejarah perkembangan dan pertumbuhan pendidikan Islam di Indonesia antara lain ditandai oleh adanya lembaga-lembaga pendidikan Islam (pesantren dan madrasah) yang amat bervariasi, namun kedua-duanya memiliki hubungan subtansial dan fungsional yang tidak bisa dipisahkan. Dinamika pertumbuhan dan perkembaanga lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut selain dipengaruhi oleh faktor internal dari para pendirinya, juga tidak lepas dari pengaruh eksternal yang bersifat global. Kedua pengaruh ini satu dan yang lainya secara akumulatif berpadu menjadi satu dan menghasilkan bentuk dan corak dari lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Secara faktual, pembenahan lembaga pendidikan Islam yang dilakukan mengalami perubahan secara terus menerus. Tentunya ini terjadi karena pengaruh yang amat kuat dari luar seperti; persaingan pendidikan formal dan globalisasi yang sangat dan menuntut adanya perubahan itu sendiri. Dengan konsep lembaga pendidikan Islam terpadu merupaka salah satu solusi yang alternatif agar mampu memberikan terobosan pendidikan Islam lebih maju dan kompetitif.  Kondisi faktual obyektif pendidikan saat ini, ketiga unsur pelaksana tersebut belum berjalan secara sinergis di samping masing-masing unsur tersebut juga belumlah berfungsi secara benar. Sinergi negatif antar ketiganya, memberikan pengaruh kualitas proses pendidikan secara keseluruhan.


DAFTAR PUSTAKA


Me. 2012. “Metode Pembelajaran Efektif”. http://11124acs.blogspot.com/2012/03/metode-pembelajaran-efektif.html. Artikel diakses pada hari Kamis 12 Desember 2013
Wikipedia”.http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Khaldun. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
Vennacyaabid. 2012. “Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina”. http://vennacyaabid.blogspot.com/2012/07/analisis-pemikiran-pendidikan-ibnu-sina.html
Waazin. 2012. “Ibnu Sina Tokoh Intelektual Islam”. http://waazin.blogspot.com/2012/12/ibnu-sina-tokoh-intelektual-islam.html
Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
Muthoharoh, Mifthahul. 2011. “Pemikiran KH Hasyim Asya’ari”. http://miftahul-muthoharoh.blogspot.com/2011/11/pemikiran-khhasyim-asyari-tentang.html
Al Farizi, Salman. 2012.”Pengertian Sekolah Islam Terpadu”.  http://sditsalmanalfarisi2.wordpress.com/2012/02/07/pengertian-sekolah-islam-terpadu/
Fatoni. 2010. “Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu”. http://fatonipgsd071644221.wordpress.com/2010/04/26/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran-terpadu/



[1] Me. 2012. “Metode Pembelajaran Efektif”. http://11124acs.blogspot.com/2012/03/metode-pembelajaran-efektif.html. Artikel diakses pada hari Kamis 12 Desember 2013
[2] Wikipedia”.http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Khaldun. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
[3] Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
[4] Vennacyaabid. 2012. “Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina”. http://vennacyaabid.blogspot.com/2012/07/analisis-pemikiran-pendidikan-ibnu-sina.html
[5]Waazin. 2012. “Ibnu Sina Tokoh Intelektual Islam”. http://waazin.blogspot.com/2012/12/ibnu-sina-tokoh-intelektual-islam.html
[6] Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
[7] Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
[8] Wikipedia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina. Artikel diakses pada hari Jumat 13 Desember 2013
[10]Muthoharoh, Mifthahul. 2011. “Pemikiran KH Hasyim Asya’ari”. http://miftahul-muthoharoh.blogspot.com/2011/11/pemikiran-khhasyim-asyari-tentang.html
[13]Al Farizi, Salman. 2012.”Pengertian Sekolah Islam Terpadu”.  http://sditsalmanalfarisi2.wordpress.com/2012/02/07/pengertian-sekolah-islam-terpadu/
[14]Fatoni. 2010. “Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu”. http://fatonipgsd071644221.wordpress.com/2010/04/26/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran-terpadu/

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Ilmu Hadits Riwayah Dan Dirayah

Pengalaman tes di Bank Mandiri

Tabel Z Skor Positif dan Negatif