Musuh Rasulullah yang menjadi pendukung nabi
Ikramah bin abu jahal
REPUBLIKA.CO.ID, Ikrimah berusia 30 tahun ketika Rasulullah mulai menyampaikan dakwah Islam secara terbuka. Ia adalah seorang bangsawan Quraisy yang dihormati, kaya, dan berasal dari keturunan ningrat.
Kalaulah tidak terhalang oleh sikap ayahnya yang sangat keras menentang Islam, mungkin Ikrimah telah masuk Islam lebih awal, sebagaimana putra-putra Makkah yang berpandangan luas dan maju, seperti Saad bin Abi Waqqash dan Mush’ab bin Umair.
Ikrimah dikenal sebagai pemuda Quraisy yang gagah berani dan seorang penunggang kuda yang mahir. Ia memusuhi Rasulullah hanya karena didorong oleh sikap keras ayahnya yang sangat membenci Nabi.
Oleh sebab itu, Ikrimah turut memusuhi Rasulullah lebih keras lagi dan menganiaya para sahabat lebih kejam dan bengis, untuk menyenangkan hati ayahnya.
Sejak kematian ayahnya dalam Perang Badar, sikap dan pandangan Ikrimah terhadap kaum Muslimin berubah. Kalau dulu ia memusuhi kaum Muslimin lantaran untuk menyenangkan hati ayahnya, kini ia memusuhi kaum Muslimin karena dendam atas kematian ayahnya. Dendam itu ia lampiaskan dalam Perang Uhud.
Ketika Perang Khandaq meletus, kaum musyrikin Quraisy mengepung kota Madinah selama berhari-hari. Ikrimah bin Abu Jahal tak sabar dengan pengepungan yang membosankan itu.
Lalu, ia nekad menyerbu benteng kaum Muslimin. Usahanya sia-sia, bahkan merugikannya hingga ia lari terbirit-birit di bawah hujan panah kaum Muslimin.
Ketika Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah), kaum Quraisy memutuskan tidak akan menghalangi Rasulullah dan kaum Muslimin masuk kota Makkah. Tapi Ikrimah dan beberapa orang pengikutnya tak mengindahkan keputusan itu.
Mereka menyerang pasukan besar kaum Muslimin. Namun, serangan itu dapat dipatahkan oleh Panglima Khalid bin Walid. Ikrimah melarikan diri ke Yaman lantaran takut dihukum mati oleh Rasulullah.
Ummu Hakim, istri Ikrimah, menemui Rasulullah untuk meminta ampunan. Rasulullah memenuhi permohonan itu. Maka Ummu Hakim pun berangkat menyusul Ikrimah.
Setelah bertemu dengan Ikrimah di tempat pengasingannya, Ummu Hakim membujuk suaminya agar mau kembali ke Makkah. Ummu Hakim juga mengabarkan bahwa Rasulullah telah mengampuni dan memaafkannya.
Ketika Ikrimah dan istrinya hampir tiba di kota Makkah, Rasulullah berkata kepada para sahabat, "Ikrimah bin Abu Jahal akan datang ke tengah-tengah kalian sebagai Mukmin dan Muhajir. Karena itu, janganlah kalian memaki ayahnya. Sebab memaki orang yang sudah meninggal berarti menyakiti orang yang hidup. Padahal makian itu tidak terdengar oleh orang yang sudah meninggal."
Ketika Ikrimah dan istrinya memasuki majelis Rasulullah, beliau menyambutnya dengan gembira. Ketika Rasulullah duduk kembali, Ikrimah duduk pula di hadapan beliau dan mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda keislamannya.
Setelah itu, Ikrimah memohon kepada Rasulullah untuk mendoakannya agar Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahannya yang telah lalu. Rasulullah pun memenuhi permintaan Ikrimah itu.
Maka wajah Ikrimah pun berseri-seri. Kemudian ia berkata, "Demi Allah, ya Rasulullah. Tak satu sen pun dana yang telah saya keluarkan untuk memberantas agama Allah di masa lalu, melainkan mulai saat ini akan saya tebus dengan dengan mengorbankan hartaku berlipat ganda untuk menegakkan agama Allah. Dan tak seorang pun kaum Muslimin yang telah gugur di tanganku, melainkan akan kutebus dengan membunuh kaum musyrikin berlipat ganda, demi untuk menegakkan agama Allah."
Sejak itu, Ikrimah menggabungkan diri ke dalam barisan dakwah sebagai anggota pasukan berkuda yang cekatan dan gagah berani di medan perang. Disamping itu, Ikrimah juga menjadi seorang ahli ibadah dan pembaca Alquran yang tekun di masjid.
Ketika terjadi Perang Yarmuk, Ikrimah maju berperang seperti kesetanan. Melihat tindakan nekat itu, Khalid bin Walid, yang menjadi panglima pasukan segera mengejar, "Ikrimah, kamu jangan bodoh! Kembali! Kematianmu adalah kerugian besar bagi kaum Muslimin."
Namun Ikrimah tidak mempedulikan peringatan tersebut. "Biarkan saja, ya Khalid. Biarkan aku menebus dosa-dosaku yang telah lalu. Aku telah memerangi Rasulullah di beberapa medan peperangan. Pantaskah setelah masuk Islam, aku lari dari tentara Romawi ini? Tidak, sesekali tidak!" Kemudian dia berteriak, "Siapakah yang berani mati bersamaku?"
Beberapa orang segera melompat ke samping Ikrimah, kemudian menerjang ke depan, menghalau pasukan lawan yang terus maju. Akhirnya, walau korban berjatuhan, mereka berhasil memukul mundur pasukan Romawi dengan kemenangan yang gemilang.
Di akhir pertempuran, di bumi Yarmuk berjejer tiga mujahid Muslim yang terkapar dalam keadaan kritis. Mereka menderita luka yang sangat parah; Al-Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Al-Harits meminta air minum. Ketika air didekatkan ke mulutnya, ia melihat Ikrimah dalam keadaan seperti yang ia alami. "Berikan dulu kepada Ikrimah," kata Al-Harits.
Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat Ayyasy menengok kepadanya. "Berikan dulu kepada Ayyasy!" ujarnya.
Ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, dia telah meninggal. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Harits dan Ikrimah, namun keduanya pun telah meninggal pula.
Abu Sofyan
Mungkin orang akan beranggapan bahwa hubungan kekerabatan yang sangat dekat akan menjadikan Abu Sufyan menjadi pendukung utama ajaran Rasulullah dari awal. Namun kenyataannya tidak demikian. Sejak awal Rasulullah berdakwah, Abu Sufyan memusuhi Rasulullah saw. Ia menjadi musuh utama Rasulullah.
Ia terus menerus memerangi dakwah Rasulullah. Saat kaum Quraisy menindas pengikut Rasulullah, Abu Sufyan selalu turut serta. Dalam setiap peperangan, ia selalu berusaha untuk membunuh Rasulullah. Pada masa itu, Abu Sufyan adalah seorang yang memiliki keahlian dalam membuat syair puisi. Dengan itu, ia sering kali menggunakan syair untuk mencemooh Rasulullah dan kaum muslim. Kadang kala, syairnya berisi sindirin terhadap ajaran Islam, kadang kala berisi tentang kata-kata kotor yang menyakitkan hati.
Abu Sufyan memusuhi Rasulullah dan kaum muslim selama 20 tahun. Selama itu, ia berusaha dengan segala cara untuk menindas kaum muslim. Setelah sekian lama memusuhi kaum muslim, Allah memberikan hidayah kepadanya. Ia pun menjadi insaf dan memeluk agama Islam.
Saat itu, Abu Sufyan mendengar bahwa Rasulullah dan kaum muslim telah berhasil menduduki wilayah Abwa yang berada diantara kota Mekkah dan kota Madinah. Tanpa berpikir panjang Abu Sufyan dan anaknya yang bernama Ja’far pergi ke Abwa. Ia memacu kudanya dengan kencang agar cepat sampai di Abwa.
Saat hampir tiba, Abu Sufyan menyamar agar dirinya tidak dikenali oleh pasukan muslim. Ia melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Suatu ketika, ia melihat Rasulullah yang dikawal oleh beberapa tentara muslim. Abu Sufyan pun memberanikan diri tampil di depan Rasulullah dan membuka topengnya. Saat Rasulullah mengenali Abu Sufyan, Rasulullah memalingkan wajahnya dari pandangan Abu Sufyan. Abu Sufyan berpindah tempat hingga Rasulullah dapat melihat dirinya lagi. Namun, Rasulullah kembali memalingkan wajahnya. Kejadian itu berlangsung beberapa kali. Ketika melihat Rasulullah memalingkan wajahnya, kaum muslim yang lain juga turut memalingkan wajahnya dari Abu Sufyan. Abu Sufyan tidak berputus asa. Abu Sufyan ingin sekali memberitahukan kepada Rasulullah bahwa dirinya telah memeluk agama Islam.
Kaum muslim yang berada di sana tidak hanya memalingkan wajahnya. Beberapa di antaranya mencemooh Abu Sufyan dengan berkata, “Hai musuh Allah! Engkau telah menyakiti Rasulullah. Kejahatanmu telah sampai ke ujung timur dan ujung barat bumi ini.”
Suatu saat Abu Sufyan melihat pamannya, Abbas. Ia pun segera menghampiri pamannya ini. Ia meminta tolong kepada Abbas agar dirinya bertemu dengan Rasulullah. Namun Abbas tidak mampu memenuhi permintaan Abu Sufyan. Penolakan Abbas membuat Abu Sufyan sangat sedih.
Kemudian, Abu Sufyan mendatangi saudara sepupunya yaitu Ali bin Abu Thalib. Ia pun meminta tolong agar dirinya dapat bertemu dengan Rasulullah. Ali juga tidak bersedia mengabulkan permintaan Abu Sufyan.
Setelah itu, Abu Sufyan kembali mendatangi pamannya Abbas. Ia mengadukan cemoohan terhadap dirinya. Ia meminta agar Abbas mencegah orang yang mencemooh dirinya atau orang yang menghasut orang lain untuk mencemooh dirinya. Setelah mengetahui orang yang dimaksud Abbas segera mendatanginya. Kepada orang yang mencemooh Abu Sufyan , Abbas berkata, “Sungguh, Abu Sufyan adalah anak paman Rasulullah, Jika hari ini Rasulullah marah kepadanya, mungkin besok Rasulullah akan ridha kepadanya. Oleh karena itu, berhentilah mencemoohnya.”
Saat Rasululllah masuk ke dalam sebuah rumah, Abu Sufyan dan anaknya, Ja’far, menunggunya di depan pintu rumah tersebut. Ia berharap dapat menemui Rasulullah. Namun saat Rasulullah keluar dari rumah itu, ia tetap memalingkan wajahnya dari Abu Sufyan. Abu Sufyan tidak berputus asa. Setiap kali Rasulullah masuk ke sebuah rumah, ia akan menunggunya di depan rumah. Namun tetap saja Rasulullah memalingkan wajahnya. Hal itu berlangsung beberapa lama. Lama kelamaan, Rasulullah merasa kasihan dengan Abu Sufyan. Sampai suatu ketika Rasulullah keluar rumah dan memandang Abu Sufyan dengan lembut.
Saat sampai di kota Mekkah, Abu Sufyan mengikuti rombongan pasukan Rasulullah. Saat Rasulullah masuk ke dalam masjid, Abu Sufyan terus mengiringi Rasulullah dan sama sekali tidak bisa pisah dengan Rasulullah sebentar pun.
Ketika terjadi Perang Hunaian, Abu Sufyan turut berjuang bersama Rasulullah. Saat itulah, ia merasa harus menebus dosa-dosanya. Abu Sufyan ikut serta dalam rombongan pengawal Rasulullah. Pada awal perang berkecamuk, tentara musuh berhasil mendesak tentara muslim. Tentara muslim dibuat kocar-kacir. Sementara itu, Rasulullah juga mendapat serangan bertubi-tubi. Abu Sufyan yang berada disampingnya, tidak sedikitpun mundur dari medan perang. Ia terus mendampingi Rasulullah untuk menangkis serangan musuh.
Abu Sufyan melompat dari kudanya ketika melihat Rasulullah sendirian. Tangan kiri Abu Sufyan memegang tali kendali hewan kendaraan Rasulullah dan tangan kanannya memegang pedang untuk melindungi Rasulullah. Sementara itu, pamannya, Abbas, memegang tali kendali yang satunya.
Rasulullah melihat kegigihan Abu Sufyan dalam memerangi musuh. Kemudian, Rasulullah bertanya. “Siapakah dia, paman?” Abbas menjawab, “Dia adalah saudaramu, Abu Sufyan bin Harits. Ya Rasulullah ridhakanlah dia.” Rasulullah menjawab, ‘Aku telah meridhainya. Allah telah mengampuni dosa-dosanya dan permusuhannnya kepadaku selama ini.” Mendengar hal itu, Abu Sufyan segera mencium kaki Rasulullah. Rasulullah memandang Abu Sufyan dan berkata, “Engkau adalah benar-benar saudaraku.” Setelah itu, Abu Sufyan kembali menyerang tentara musuh dengan penuh semangat.
Sejak peristiwa itu, Abu Sufyan mengamalkan ajaran agama Islam dengan kesungguhan . Kehidupannya menjadi bahagia dan penuh dengan kemuliaan. Orang-orang yang memeluk agama Islam adalah orang-orang yang mendapat rahmat dari Allah. Jika Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk memeluk agama Islam.
Pada suatu hari Rasulullah masuk ke dalam masjid dan melihat Abu Sufyan disana. Kemudian, Rasulullah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Aisyah, tahukah kamu, siapa itu ?” Aisyah menjawab, “Tidak, ya Rasulullah.” Rasulullah berkata, “Dia adalah Abu Sufyan bin Harits, anak pamanku. Perhatikanlah ! Dia adalah orang yang paling dahulu masuk masjid dan paling belakang keluar. Pandangannya tidak pernah berpindah dan tetap menunduk ke tempat sujud.” Demikianlah, Abu Sufyan menjalani kehidupannya dengan terus beribadah.
Pada saat Rasulullah wafat, Abu Sufyan menangis. Suara tangisnya sungguh menyayat hati. Ia menangis bagaikan seorang ibu ditinggalkan oleh anak satu-satunya. Kesedihannya terpencar dari bait sajak yang ia buat. Setiap orang yang membacanya atau mendengarnya akan mengetahui kepiluan hati Abu Sufyan.
Abu Sufyan meninggal pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab. Sebelum meninggal, Abu Sufyan berpesan kepada istri dan anak-anaknya, “Jangan engkau menangisi aku karena semenjak aku memeluk agama Islam, aku tidak pernah berbuat dosa.” Kemudian, Abu Sufyan menghembuskan napasnya yang terakhir. Demikianlah, Abu Sufyan meninggal dalam keadaan beriman kepada Allah swt, dan berbekal ketaatannya menjalankan ibadah.
REPUBLIKA.CO.ID, Ikrimah berusia 30 tahun ketika Rasulullah mulai menyampaikan dakwah Islam secara terbuka. Ia adalah seorang bangsawan Quraisy yang dihormati, kaya, dan berasal dari keturunan ningrat.
Kalaulah tidak terhalang oleh sikap ayahnya yang sangat keras menentang Islam, mungkin Ikrimah telah masuk Islam lebih awal, sebagaimana putra-putra Makkah yang berpandangan luas dan maju, seperti Saad bin Abi Waqqash dan Mush’ab bin Umair.
Ikrimah dikenal sebagai pemuda Quraisy yang gagah berani dan seorang penunggang kuda yang mahir. Ia memusuhi Rasulullah hanya karena didorong oleh sikap keras ayahnya yang sangat membenci Nabi.
Oleh sebab itu, Ikrimah turut memusuhi Rasulullah lebih keras lagi dan menganiaya para sahabat lebih kejam dan bengis, untuk menyenangkan hati ayahnya.
Sejak kematian ayahnya dalam Perang Badar, sikap dan pandangan Ikrimah terhadap kaum Muslimin berubah. Kalau dulu ia memusuhi kaum Muslimin lantaran untuk menyenangkan hati ayahnya, kini ia memusuhi kaum Muslimin karena dendam atas kematian ayahnya. Dendam itu ia lampiaskan dalam Perang Uhud.
Ketika Perang Khandaq meletus, kaum musyrikin Quraisy mengepung kota Madinah selama berhari-hari. Ikrimah bin Abu Jahal tak sabar dengan pengepungan yang membosankan itu.
Lalu, ia nekad menyerbu benteng kaum Muslimin. Usahanya sia-sia, bahkan merugikannya hingga ia lari terbirit-birit di bawah hujan panah kaum Muslimin.
Ketika Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah), kaum Quraisy memutuskan tidak akan menghalangi Rasulullah dan kaum Muslimin masuk kota Makkah. Tapi Ikrimah dan beberapa orang pengikutnya tak mengindahkan keputusan itu.
Mereka menyerang pasukan besar kaum Muslimin. Namun, serangan itu dapat dipatahkan oleh Panglima Khalid bin Walid. Ikrimah melarikan diri ke Yaman lantaran takut dihukum mati oleh Rasulullah.
Ummu Hakim, istri Ikrimah, menemui Rasulullah untuk meminta ampunan. Rasulullah memenuhi permohonan itu. Maka Ummu Hakim pun berangkat menyusul Ikrimah.
Setelah bertemu dengan Ikrimah di tempat pengasingannya, Ummu Hakim membujuk suaminya agar mau kembali ke Makkah. Ummu Hakim juga mengabarkan bahwa Rasulullah telah mengampuni dan memaafkannya.
Ketika Ikrimah dan istrinya hampir tiba di kota Makkah, Rasulullah berkata kepada para sahabat, "Ikrimah bin Abu Jahal akan datang ke tengah-tengah kalian sebagai Mukmin dan Muhajir. Karena itu, janganlah kalian memaki ayahnya. Sebab memaki orang yang sudah meninggal berarti menyakiti orang yang hidup. Padahal makian itu tidak terdengar oleh orang yang sudah meninggal."
Ketika Ikrimah dan istrinya memasuki majelis Rasulullah, beliau menyambutnya dengan gembira. Ketika Rasulullah duduk kembali, Ikrimah duduk pula di hadapan beliau dan mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda keislamannya.
Setelah itu, Ikrimah memohon kepada Rasulullah untuk mendoakannya agar Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahannya yang telah lalu. Rasulullah pun memenuhi permintaan Ikrimah itu.
Maka wajah Ikrimah pun berseri-seri. Kemudian ia berkata, "Demi Allah, ya Rasulullah. Tak satu sen pun dana yang telah saya keluarkan untuk memberantas agama Allah di masa lalu, melainkan mulai saat ini akan saya tebus dengan dengan mengorbankan hartaku berlipat ganda untuk menegakkan agama Allah. Dan tak seorang pun kaum Muslimin yang telah gugur di tanganku, melainkan akan kutebus dengan membunuh kaum musyrikin berlipat ganda, demi untuk menegakkan agama Allah."
Sejak itu, Ikrimah menggabungkan diri ke dalam barisan dakwah sebagai anggota pasukan berkuda yang cekatan dan gagah berani di medan perang. Disamping itu, Ikrimah juga menjadi seorang ahli ibadah dan pembaca Alquran yang tekun di masjid.
Ketika terjadi Perang Yarmuk, Ikrimah maju berperang seperti kesetanan. Melihat tindakan nekat itu, Khalid bin Walid, yang menjadi panglima pasukan segera mengejar, "Ikrimah, kamu jangan bodoh! Kembali! Kematianmu adalah kerugian besar bagi kaum Muslimin."
Namun Ikrimah tidak mempedulikan peringatan tersebut. "Biarkan saja, ya Khalid. Biarkan aku menebus dosa-dosaku yang telah lalu. Aku telah memerangi Rasulullah di beberapa medan peperangan. Pantaskah setelah masuk Islam, aku lari dari tentara Romawi ini? Tidak, sesekali tidak!" Kemudian dia berteriak, "Siapakah yang berani mati bersamaku?"
Beberapa orang segera melompat ke samping Ikrimah, kemudian menerjang ke depan, menghalau pasukan lawan yang terus maju. Akhirnya, walau korban berjatuhan, mereka berhasil memukul mundur pasukan Romawi dengan kemenangan yang gemilang.
Di akhir pertempuran, di bumi Yarmuk berjejer tiga mujahid Muslim yang terkapar dalam keadaan kritis. Mereka menderita luka yang sangat parah; Al-Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Al-Harits meminta air minum. Ketika air didekatkan ke mulutnya, ia melihat Ikrimah dalam keadaan seperti yang ia alami. "Berikan dulu kepada Ikrimah," kata Al-Harits.
Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat Ayyasy menengok kepadanya. "Berikan dulu kepada Ayyasy!" ujarnya.
Ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, dia telah meninggal. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Harits dan Ikrimah, namun keduanya pun telah meninggal pula.
Abu Sofyan
Abu Sufyan bin Harits adalah saudara sepupu
Rasulullah. Ayah Abu Sufyan, Al Harits dan ayah Rasulullah, Abdullah
adalah kakak beradik putra dari Abdul Muthalib. Abu Sufyan dan
Rasulullah juga disusui oleh wanita yang sama yaitu Halimatus Sa’diah.
Bahkan keduanya sebaya dan tumbuh dikeluarga yang sama. Jadi, keduanya
memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat.
Mungkin orang akan beranggapan bahwa hubungan kekerabatan yang sangat dekat akan menjadikan Abu Sufyan menjadi pendukung utama ajaran Rasulullah dari awal. Namun kenyataannya tidak demikian. Sejak awal Rasulullah berdakwah, Abu Sufyan memusuhi Rasulullah saw. Ia menjadi musuh utama Rasulullah.
Ia terus menerus memerangi dakwah Rasulullah. Saat kaum Quraisy menindas pengikut Rasulullah, Abu Sufyan selalu turut serta. Dalam setiap peperangan, ia selalu berusaha untuk membunuh Rasulullah. Pada masa itu, Abu Sufyan adalah seorang yang memiliki keahlian dalam membuat syair puisi. Dengan itu, ia sering kali menggunakan syair untuk mencemooh Rasulullah dan kaum muslim. Kadang kala, syairnya berisi sindirin terhadap ajaran Islam, kadang kala berisi tentang kata-kata kotor yang menyakitkan hati.
Abu Sufyan memusuhi Rasulullah dan kaum muslim selama 20 tahun. Selama itu, ia berusaha dengan segala cara untuk menindas kaum muslim. Setelah sekian lama memusuhi kaum muslim, Allah memberikan hidayah kepadanya. Ia pun menjadi insaf dan memeluk agama Islam.
Abu Sufyan bin Harits Insyaf
Pada suatu masa, ajaran agama Islam telah semakin kokoh di Madinah dan
wilayah Arab lainnya. Kemudian Rasulullah dan kaum muslim bermaksud
untuk menaklukkan Kota Mekkah. Mendengar berita itu, Abu Sufyan
merasakan kebimbangan yang nyata. Timbul pemikiran untuk meninggalkan
Kota Mekkah. Oleh karena itu, Abu Sufyan meminta istri dan anak-anaknya
untuk bersiap diri meninggalkan Kota Mekkah. Namun mereka justru
menyarankan agar Abu Sufyan memeluk agama Islam. Istri dan anak-anaknya
terus membujuk Abu Sufyan agar dirinya beriman pada ajaran Rasulullah.
Lama kelamaan hati Abu Sufyan menjadi luluh juga, Ia mendapatkan hidayah
dari Allah sehingga mau menerima ajaran agama Islam dengan hati ikhlas.
Saat itu, Abu Sufyan mendengar bahwa Rasulullah dan kaum muslim telah berhasil menduduki wilayah Abwa yang berada diantara kota Mekkah dan kota Madinah. Tanpa berpikir panjang Abu Sufyan dan anaknya yang bernama Ja’far pergi ke Abwa. Ia memacu kudanya dengan kencang agar cepat sampai di Abwa.
Saat hampir tiba, Abu Sufyan menyamar agar dirinya tidak dikenali oleh pasukan muslim. Ia melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Suatu ketika, ia melihat Rasulullah yang dikawal oleh beberapa tentara muslim. Abu Sufyan pun memberanikan diri tampil di depan Rasulullah dan membuka topengnya. Saat Rasulullah mengenali Abu Sufyan, Rasulullah memalingkan wajahnya dari pandangan Abu Sufyan. Abu Sufyan berpindah tempat hingga Rasulullah dapat melihat dirinya lagi. Namun, Rasulullah kembali memalingkan wajahnya. Kejadian itu berlangsung beberapa kali. Ketika melihat Rasulullah memalingkan wajahnya, kaum muslim yang lain juga turut memalingkan wajahnya dari Abu Sufyan. Abu Sufyan tidak berputus asa. Abu Sufyan ingin sekali memberitahukan kepada Rasulullah bahwa dirinya telah memeluk agama Islam.
Kaum muslim yang berada di sana tidak hanya memalingkan wajahnya. Beberapa di antaranya mencemooh Abu Sufyan dengan berkata, “Hai musuh Allah! Engkau telah menyakiti Rasulullah. Kejahatanmu telah sampai ke ujung timur dan ujung barat bumi ini.”
Suatu saat Abu Sufyan melihat pamannya, Abbas. Ia pun segera menghampiri pamannya ini. Ia meminta tolong kepada Abbas agar dirinya bertemu dengan Rasulullah. Namun Abbas tidak mampu memenuhi permintaan Abu Sufyan. Penolakan Abbas membuat Abu Sufyan sangat sedih.
Kemudian, Abu Sufyan mendatangi saudara sepupunya yaitu Ali bin Abu Thalib. Ia pun meminta tolong agar dirinya dapat bertemu dengan Rasulullah. Ali juga tidak bersedia mengabulkan permintaan Abu Sufyan.
Setelah itu, Abu Sufyan kembali mendatangi pamannya Abbas. Ia mengadukan cemoohan terhadap dirinya. Ia meminta agar Abbas mencegah orang yang mencemooh dirinya atau orang yang menghasut orang lain untuk mencemooh dirinya. Setelah mengetahui orang yang dimaksud Abbas segera mendatanginya. Kepada orang yang mencemooh Abu Sufyan , Abbas berkata, “Sungguh, Abu Sufyan adalah anak paman Rasulullah, Jika hari ini Rasulullah marah kepadanya, mungkin besok Rasulullah akan ridha kepadanya. Oleh karena itu, berhentilah mencemoohnya.”
Saat Rasululllah masuk ke dalam sebuah rumah, Abu Sufyan dan anaknya, Ja’far, menunggunya di depan pintu rumah tersebut. Ia berharap dapat menemui Rasulullah. Namun saat Rasulullah keluar dari rumah itu, ia tetap memalingkan wajahnya dari Abu Sufyan. Abu Sufyan tidak berputus asa. Setiap kali Rasulullah masuk ke sebuah rumah, ia akan menunggunya di depan rumah. Namun tetap saja Rasulullah memalingkan wajahnya. Hal itu berlangsung beberapa lama. Lama kelamaan, Rasulullah merasa kasihan dengan Abu Sufyan. Sampai suatu ketika Rasulullah keluar rumah dan memandang Abu Sufyan dengan lembut.
Saat sampai di kota Mekkah, Abu Sufyan mengikuti rombongan pasukan Rasulullah. Saat Rasulullah masuk ke dalam masjid, Abu Sufyan terus mengiringi Rasulullah dan sama sekali tidak bisa pisah dengan Rasulullah sebentar pun.
Ketika terjadi Perang Hunaian, Abu Sufyan turut berjuang bersama Rasulullah. Saat itulah, ia merasa harus menebus dosa-dosanya. Abu Sufyan ikut serta dalam rombongan pengawal Rasulullah. Pada awal perang berkecamuk, tentara musuh berhasil mendesak tentara muslim. Tentara muslim dibuat kocar-kacir. Sementara itu, Rasulullah juga mendapat serangan bertubi-tubi. Abu Sufyan yang berada disampingnya, tidak sedikitpun mundur dari medan perang. Ia terus mendampingi Rasulullah untuk menangkis serangan musuh.
Abu Sufyan melompat dari kudanya ketika melihat Rasulullah sendirian. Tangan kiri Abu Sufyan memegang tali kendali hewan kendaraan Rasulullah dan tangan kanannya memegang pedang untuk melindungi Rasulullah. Sementara itu, pamannya, Abbas, memegang tali kendali yang satunya.
Rasulullah melihat kegigihan Abu Sufyan dalam memerangi musuh. Kemudian, Rasulullah bertanya. “Siapakah dia, paman?” Abbas menjawab, “Dia adalah saudaramu, Abu Sufyan bin Harits. Ya Rasulullah ridhakanlah dia.” Rasulullah menjawab, ‘Aku telah meridhainya. Allah telah mengampuni dosa-dosanya dan permusuhannnya kepadaku selama ini.” Mendengar hal itu, Abu Sufyan segera mencium kaki Rasulullah. Rasulullah memandang Abu Sufyan dan berkata, “Engkau adalah benar-benar saudaraku.” Setelah itu, Abu Sufyan kembali menyerang tentara musuh dengan penuh semangat.
Sejak peristiwa itu, Abu Sufyan mengamalkan ajaran agama Islam dengan kesungguhan . Kehidupannya menjadi bahagia dan penuh dengan kemuliaan. Orang-orang yang memeluk agama Islam adalah orang-orang yang mendapat rahmat dari Allah. Jika Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk memeluk agama Islam.
Abu Sufyan bin Harits Yang Taat Beribadah
Semenjak memeluk agama Islam, Abu Sufyan menjadi seorang muslim yang
taat beribadah. Ia juga senantiasa mengingat dosa-dosanya pada masa
sebelum memeluk agama Islam. Bila demikian, ia benar-benar menyesalinya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ia mengisi hari-harinya dengan
shalat, membaca dan memahami ayat-ayat Al-Quran, dan amalan-amalan
saleh lainnya.
Pada suatu hari Rasulullah masuk ke dalam masjid dan melihat Abu Sufyan disana. Kemudian, Rasulullah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Aisyah, tahukah kamu, siapa itu ?” Aisyah menjawab, “Tidak, ya Rasulullah.” Rasulullah berkata, “Dia adalah Abu Sufyan bin Harits, anak pamanku. Perhatikanlah ! Dia adalah orang yang paling dahulu masuk masjid dan paling belakang keluar. Pandangannya tidak pernah berpindah dan tetap menunduk ke tempat sujud.” Demikianlah, Abu Sufyan menjalani kehidupannya dengan terus beribadah.
Pada saat Rasulullah wafat, Abu Sufyan menangis. Suara tangisnya sungguh menyayat hati. Ia menangis bagaikan seorang ibu ditinggalkan oleh anak satu-satunya. Kesedihannya terpencar dari bait sajak yang ia buat. Setiap orang yang membacanya atau mendengarnya akan mengetahui kepiluan hati Abu Sufyan.
Abu Sufyan meninggal pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab. Sebelum meninggal, Abu Sufyan berpesan kepada istri dan anak-anaknya, “Jangan engkau menangisi aku karena semenjak aku memeluk agama Islam, aku tidak pernah berbuat dosa.” Kemudian, Abu Sufyan menghembuskan napasnya yang terakhir. Demikianlah, Abu Sufyan meninggal dalam keadaan beriman kepada Allah swt, dan berbekal ketaatannya menjalankan ibadah.
Comments
Post a Comment
Jangan lupa komentar yaaa !!!