Konsep Dasar Pembelajaran



Nama : Nisa Asri Amalia
Fak/Semester : FAI / IV A
NIM : 12.02.0068
Konsep Dasar Pembelajaran

Uraian Materi
Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara ilmiah. Jika teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraian tentang konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran. Melalui landasan ilmiah yang disebut dengan konsep dasar inilah maka semua pihak akan memahami apa itu pembelajaran. Pada uraian ini akan dibahas beberapa tema yang berkaitan dengan pembekalan terhadap pemahaman tentang pembelajaran.
1.    Hakikat Belajar
Belajar adalah aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakuka sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.
a.    Proses
Pelajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan, seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Perlu diingat bahwa belajar tidak hanya dengan mendengarkan penjelasan guru saja karena belajar dapat dilakukan siswa dengan berbagai macam cara dan kegiatan, asal terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan.
b.    Perubahan Perilaku
Hasil belajar akan tampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilanna akan beratambah dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya akan bertambah pula.
c.    Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya. Baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah lingkungan disekitar individu baik dalan bentuk alam sekitar maupun dalam bentuk hasil ciptaan manusia.


2.    Hakikat Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari iistilah pengajaran, dan istilah belajar mengajar yang dapat kita debatkan atau kita abaikan saja yang penting makna dari ketiganya. Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar.

3.    Landasan Konsep Pembelajaran
a.    Filsafat
Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam membentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan dalam kehidupannya. Secara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, marasakan, mengkaji, melakukan, dan meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Belajar diperlukan oleh individu manusia akan tetapi belajar juga harus dipahami sebagai sesuatu kegiatan dalam mencari dan membuktikan kebenaran. Harapan para filosofis bahwa dengan belajar maka segala kebenaran dialam semesta ini bisa dinikmati oleh manusia yang pada akhirnya akan menyadari manusia bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan.

b.    Psikologis
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala kejiwaaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam proses belajar. Diantara psikologi yang banyak dan memang masih bertahan menjadi landasan pokok dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yaitu psikologi kognitif dan behavioristik.

c.    Sosiologis
Manusia adalah mahluk individu dan sosial, maka melalui belajar individu bisa mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan akhirnya melalui belajar manusia mampu membangun masayarakat sampai dengan negara dan bangsa. Jika dalam belajar tanpa arah tujuan pada makna hidup manusia sebagai mahluk sosial, maka belajar akan dijadikan cara untuk saling menguasai, memusnahkan, karena segala sesuatu yang dipelajari, diketahui dipahami melalui belajar tidak digunakan dalam menciptakan kondisi kedamaian dunia.

d.    Komunikasi
Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu memberikan pemaknaan terhadap yang lainnya. Dalam prakteknya proses belajar atau pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dnegan siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu proses komunikasi. Macam ragam pesan baik langsung maupun tidak langsung, bersumber dari media atau manusia secara langsung pasti akan bisa ditangkap, dipahami, dicerna, diolah dan didefinisikan dalam memori manusia menjadi bentuk hasil pemahaman belajar. Proses inilah yang masih berkembang saat ini di dunia riset yaitu bagaimana seorang guru mampu melakukan variasi komunikasi dalam proses pembelajaran yang tentunya dengan memperhatikan komponen pembelajran lainnya khususnya peserta didik, dan model pembelajaran yang digunakan

e.    Teknologi
Pembelajaran erat kaitannya dengan penggunaan teknologi pendidikan, pembemelajaran yang komprehensif harus memperhatikan perbedaan nterest siswa, di mana siswa ada yang tipe auditif, visual, dan kinestik. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran akan menjembatani keempat minat siswa tersebut, sehingga pembelajaran lebih akomodatif dan menyenangkan, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Seorang guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dapat melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan teknologi canggih seperti lcd projektor, penggunaan komputer dalam pembelajaran seperti e-learning, pembelajaran online.

4.    Proses Pembelajaran
Bila semua paradigma masyarakat Perguruan Tinggi telah memahami dengan baik tentang proses pembelajaran mahasiswa aktif, learning how to learn, penyiapan sumber daya telah diatur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah. Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan dan menggunakan sarana serta mengikuti mekanisme yang telah diatur dengan baik dalam SAP. Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajar telah ditata dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian untuk terus membenahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka didalam ruang kelas dan dapat melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan di dalam SAP. Proses pembelajaran melalui internet mendorong mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran karena harus berkomunikasi secara maya dengan para dosen, dan mahasiswa lain disamping mengembara didalam dunia pengetahuan lain.
Pembelajaran (Instruction)) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (Learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem. sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen- komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Davis (l974:30) bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan. Demikian halnya juga dengan teaching system, di mana komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan. Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Ketiga katagori kegiatan dalam proses pembelajaran ini berkait erat dengan aplikasi dan konsep sistem informasi manajemen.
Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran proses pembelajaran. Agnew dkk (l996:17) mengungkapkan bahwa belajar adalah kemampuan untuk mampu mengorganisasi informasi merupakan hal yang mendasar bagi seseorang peserta didik. Meier (2002: 103 ) mengemukakan bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empatunsur, yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation),pelatihan (Practice), penampilan hasil (performance).

a.    Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Namun karena terlalu bersemangat untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan, sehingga mengganggu pembelajaran yang baik. Persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat. Demikian juga dalam pembelajaran jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka hasilnya diasumsikan akan lebih optimal. Tahap ini penting mengingat bahwa untuk medekati situasi belajar, misalnya, pesertabelajar harus menghadapi segala macam rintangan yang potensial dapat mengganggu. Seperti tidak merasakan adanya manfaat, takut gagal, benci pada topik pelajaran, dipaksa hadir, merasa sudah tahu, dan merasa bosan. Semua rintangan ini dan yang lainnya dapat menyebabkan stress, beban otak dan kemerosotan dalam kemampuan belajar.
Berdasarkan hal diatas, maka tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan minat peserta belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang danmenempatkannya dalam situasi optimal untuk belajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi manfaat, memberikan tujuan yang jelas dan bermakna. Tahap ini juga bertujuan membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan fisik, emosional, sosial yang positif. Menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar, banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa ingin tahu dan mengajak belajar penuh dari awal. Banyak orang mempunyai perasaan negatif tentang belajar. Kenangan tak sadar mereka mengaitkan belajar dengan rasa sakit, terhina, terkurung dan sebagainya. Jika mereka tidak menggantikan sugesti negatif inidengan yang positif, maka pembelajaran mereka akan terhalang. Hal ini dikarenakan gambaran negatif semacam itu cenderung mewarnaipengalaman dengan asumsi.
Asumsi negatif cenderung menciptakan pengalaman negatif dan asumsi positif cenderung menciptakan pengalaman positif. Sugesti tidak boleh berlebihan, menimbulkan kesan bodoh, dangkal, tetapi harus realistik, jujur dan tidak bertele-tele. Dalam kejadian apapun,jika sudah menetapkan hati untuk mencapai hasil positif, kemungkinan besar hasil positif yang akan dicapai. Ketika asumsi negatif sudah digantikan dengan yang positif, maka rasa gembira dan lega dapat mempercepat pembelajaran me reka (Merton, 11986:235).
Sugesti, baik positif maupun negatif, akan tercipta oleh lingkungan belajar itu sendiri. Pengaturan ruang kelas sering menimbulkan sugesti negatif. Jika lingkungan fisik mengilhami perasaan negatif dan dan mengingatkan orang pada pengalaman yang tidak manusiawi, maka lingkungan itu akan memberi pengaruh negatif pada pembelajaran. Sehingga diperlukan alternatif lingkungan yang memberi kesan gembira, positif dan membangkitkan semangat. Sebuah lingkungan yang menimbulkan asosiasi positif dan berperasaan dalam setiap orang. Seperti dengan menata tempat duduk secara dinamis, menghiasi ruang belajar, atau apa yang ada dalam lingkungan belajar yang dapat menambah warna, keindahan, minat serta rangsangan belajar peserta didik. Termasuk dengan kehangatan musik, sebagaimana banyak dilakukan dalam inovasi-inovasi pembelajaran modern saat ini. Pem belajaran memerlukan gambaran yang jelas tentang tujuan suatu pelajaran dan apa yang akan dapat mereka lakukan sebagai hasilnya. Hal ini dapat dijelaskan dengan kata, gambar, contoh, demo atau apa saja yang dapat membuat tujuan itu tampak nyata dan kongkrit bagi peserta belajar.
Ada garis lurus antara tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung dikaitkan dengan apa, sedangkan manfaat dikaitkan dengan “mengapa”. Peserta belajar dapat belajar paling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pembelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka secara pribadi. Orang belajar untuk mendapatkan hasil bagi diri sendiri. Jika mereka tidak melihat ada hasilnya, mengapa harus belajar. Oleh karena itu, penting sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar orang merasa terkait dengan topik pelajaran itu secara positif. Dalam banyak kasus, persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulainya program belajar. Jika dapat diusahakan, peserta belajar di beri sarana persiapan sebelum belajar yang berisi aneka pilihan peralatan untuk membantu mereka agar siap untuk belajar. Sarana itu dapat membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan, menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu dan minat, serta menciptakan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang. Untuk membantu mempersiapkan orang mendapatkan pengalaman belajar yang optimal, diperlukan lingkungan kerja sama sejak awal. Kerjasama membantu peserta belajar mengurangi stres dan lebih banyak memanfaatkan energinya untuk belajar. Kerjasama antar peserta belajar menciptakan sinergi manusiawi yang memungkinkan berbagai wawasan, gagasan, dan informasi mengalir bebas.
Hubungan atau interaksi selama pembelajaran dapat dikatakan sebagai inti kecerdasan. Semakin sering orang saling menghubungkan pengetahuan dan wawasan mereka, semakin cerdaslah ia. Interaksi sangat penting dalam membangun komunitas belajar. Hal ini dapat dimulai dengan program tugas kelompok yang dikaitkan dengan pengenalan, tujuan, manfaat bagi peserta belajar atau penilaian pengetahuan. Selain itu, aktivitas belajar membutuhkan peran serta semua pihak. Bagaimanapun, belajar bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif menciptakan pengetahuan dan keterampilan. Upaya belajar benar-benar bergantung pada peserta belajar dan bukan merupakan tanggung jawab perancang atau fasilitatornya. Salah satu tujuan penyiapan peserta belajar adalah mengajaknya memasuki kembali dunia kanak-kanak mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang sendiri.
Dunia kanak-kanak ditandai dengan keterbukaan, kebebasan, kegembiraan dan rasa ingin tahu yang sangat besar. Inilah yang diasumsikan akan membantu dalam menumbuhkan percepatan berpikir dan belajar Accelerated Learning (Rose and Nicholl, 1997:181-183). Merangsang rasa ingin tahu peserta belajar sangat membantu upaya mendorong peserta belajar agar terbuka dan siap belajar. Pembelajaran akan mandeg jika tidak ada sesuatu yang bisa menimbulkan rasa ingin tahu. Jika rasa ingin tahu berkembang, maka ini akan membuat individu kembali hidup dan membuat mereka siapmelebihi diri mereka sebelumnya dan inilah inti pembelajaran yangbaik. Selanjutnya , mereka dapat mencari jalan baru, membuat temuan baru, mempelajari keterampilan baru, dan kembali menjadi manusia yang tumbuh dan berkembang normal.

b.    Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk memepertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Presentasi berarti pertemuan, dimana fasilitator dapat memimpin, tetapi peserta belajar yang harus menjalani pertemuan itu. Pembelajaran berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seorang peserta belajar dengan pelajaran, dan bukan dari mendengarkan presentasi guru atau dosen saja. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus utama.
Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan peserta belajar dalam menciptakan pengetahuan disetiap langkahnya. Sedangkan tujuan tahap penyampaian adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan penca indra dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan, pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluruh otak dan tubuh peserta belajar. Selain itudapat dilakukan dengan presentasi interaktif, melalui aneka macam cara yang disesuaikan dengan seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar berdasarkan-kemitraan dan berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan memberi pengalaman belajar didunia nyata yang kontekstual serta melalui pelatihan memecahkan masalah. Dimana saat ini telah banyak berkembang seperti munculnya quantum learning dan quantum teaching, (Bobi DeForter, 2000), Integrated learning, collaborative learning, (Campbell ,1983) accelerated learning, (Rose & J. Nicholl, 1997), dan sejenisnya. Persentase fasilitator berhasil jika dapat menimbulkan minat, menggugah rasa ingin tahu, dan memicu pembelajaran. Dalam beberapa kasus, peserta belajar menemukan informasi atau keterampilan baru sebelum mengikuti presentasi resmi dari seorang fasilitator.

c.    Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengarruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh instruktur atau pendidik. Peranan instruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan menciptaan suasana yang mendukung kelancaran pelatihan. Dengan kata lain tugas instruktur atau pendidik adalah menyusun konteks tempat peserta belajar dapat menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas.
Peranan instruktur adalah mengajak peserta belajar yang baru dengan cara yang dapat membantu mereka memadukannya kedalam struktur pengetahuan makna dan keterampilan internal yang tertanam di dalam dirinya. Membangun struktur makna yang baru dari pengalaman dapat mengambil dari berbagai bentuk dan pengalaman belajar sebelumnya. Yang terbaik adalah jika hal ini melibatkan seluruh aspek sistem tubuh atau pikiran.
Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Seperti aktifitas pemrosesan , permainan dalam belajar, aktifitas pemecahan masalah dan refleksi dan artikulasi individu, dialog berpasangan atau kelompok, pengajaran dan tinjauan kolaboratif termasuk aktifitas praktis dalam membangun keterampilan lainnya. Dalam hal ini Rose&J. Nicholl, (1997) telah banyak menyentuhnya dalam upaya memberikan perlakukan (treatment) tertentu untuk mempercepat belajar seseorang.

d.    Penampilan Hasil (Performance)
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap program belajar terungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak yang mengabaikan tahap ini. Padahal ini sangat penting disadari bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri, organisasi dan klien organisasi. Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu peserta belajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat seperti; penerapan di dunia maya dalam tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktifitas penguatan penerapan. Pelatihan terus menerus, usaha balik dan evaluasi kerja aktivitas dukungan kawan, perubahan organisasi lingkungan yang mendukung. Dengan demikian sejalan dengan konsep pembelajaran yang berkembang, maka hakekat inovasi pembelajaran dapat ditelusuri dari keempat unsur tersebut. Artinya jika keempat unsur tersebut ada, maka pembelajaran dapat dikatakan berlangsung.
Persoalannya dalam dunia pendidikan di persekolahan banyak yang menyalahi proses ini. Padahal jika salah satu dari empat tahap tersebut tidak ada, maka belajarpun cenderung merosot atau terhenti sama sekali. Pembelajaran akan tergangu jika peserta belajar tidak terbuka dan tidak siap untuk belajar, tidak menyadari manfaat belajar untuk diri sendiri, tidak memiliki minat, atau terhambat oleh rintangan belajar. Mengenai rintangan ini, banyak orang yang menyimpan perasaan negatif mengenai belajar tanpa menyadarinya. Berdasarkan pengalaman masa lalu, mereka mungkin mengaitkan situasi belajar formal dengan pengurungan, kebosanan, hal-hal yang tidak relevan, rasa takut dipermalukan, dan stress. Jika rintangan-rintangan ini tidak diatasi, maka belajar cepat dan efektif akan terhenti sebelum dimulai.
Pembelajaran juga akan terganggu jika orang tidak memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam cara yang bermakna bagi mereka dan yang melibatkan diri mereka sepenuhnya. Jika mereka diperlakukan sebagai konsumen pasif dan bukan kreator aktif dalam proses belajar, kegiatan belajar mereka akan berjalan pincang atau malah terhenti. Hal yang sama terjadi jika gaya belajar pribadi seseorang tidak diperhatikan dalam tahap penyampaian. Misalnya, orang harus bergerak dan aktif ketika sedang belajar tidak akan banyak belajar dari kuliah panjang, kecuali jika dia disuruh melakukan sesuatu.
Pembelajaran akan terganggu jika orang tidak diberi cukup waktu untuk menyerap pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam struktur diri mereka saat itu kedalam organisasi internal mereka menyangkut makna, kepercayaan dan kerampilan. Untuk itu belajar yang sebenarnya adalah yang dikatakan dan dilakukan peserta belajar. Dengan demikian cukup beralasan jika mengajar ditegaskan bukanlah memerintah, bukan pula tindakan konsumtif. Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap peserta belajar, tetapi pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan peserta belajar. Maka untuk memperolehnya peserta belajar akan membutuhkan waktu untuk berintegrasi dengan pengetahuan tersebut.
Sementara itu, konsekuensi dari pemikiran diatas, maka pembelajaran juga akan tergangu jika orang tidak mempunyai kesempatan untuk segera menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Jika tidak segera menerapk an pengetahuan dan keterampilan yang baru mereka pelajari tersebut kedalam dunia nyata, maka sebagian besar pengetahuan tersebut akan menguap. Dalam satu studi dilaporkan bahwa tanpa penerapan segera dan upaya untuk memperkuatnya, hanya sekitar 5% dari pelajaran di kelas yang tetap diingat. Akan tetapi dengan penerapan segera dan bimbingan serta dukungan yang tepat maka 90% pelajaran akan tetap melekat,(Gerlach&Ely, 1980).

5.    Hasil Belajar dari Pembelajaran
Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Maka penulis merasa perlu untuk menguraikan apa yang dihasilkan dari suatu proses pembelajaran. Berikut uraian dari kaitanantara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua masyarakat belajar khususnya peserta didik.
a.Hasil Belajar
Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Blomm menyebutkan 6 tingkatan yaitu “1) Pengetahuan; 2) Pemahaman; 3)Pengertian; 4) Aplikasi; 5) Analisa; 6) Sintesa, dan 7) Evaluasi”. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognetif, afektif maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.
Adapun Bloom yang banyak mendapat pengaruh dari Carrol Dalam “Model of School Learning”-nya berusaha untuk mengatakan sejumlah kecil variabel yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar Thesis Central Model. Blomm menyatakan bahwa variasi dalam “ Cognitive Entry Behaviours” dan “Afektif Entry Characteristics” Dan kualitas pengajaran menentukan hasil belajar, Blomm yakin bahwa variabel kualitas pengajaran yang tercermin dalam penyajian bahan petunjuk latihan (tes formatif), proses balikan dan perbaikan panguatan partisipasi siswa harus sesuai dengan kebutuhan siswa, (Bloom, 1976:11 dalam Max Darsono, 1989:88).
Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada diluar diri pelajar, Yang tergolong faktor internal ialah:
1.    Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.

2.    Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi:
a.    Faktor intelektual terdiri atas :
·         Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.
·         Faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.

b.    Faktor nonintelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebisaaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri,emosional, dan sebagainya.

3.    Faktor kematangan baik fisik maupun psiki, yang tergolong faktor eksternal ialah:
a.    Faktor sosial yang terdiri atas:
·         Faktor lingkungan keluarga
·         Faktor lingkungan sekolah
·         Faktor lingkungan masyarakat
·         Faktor kelompok

b.    Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya.
c.    Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya.
d.    Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil balajar yang dicapai seseorang. Karena adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, inteligensi dan kecemasan.

b. Motivasi Menuju Hasil Proses Pembelajaran
Pengaruh motivasi di sini adalah motivasi baik intern maupun ekstern terhadap hasil belajar yang dimaksud yaitu hasil belajar bahasa Inggris. Menurut Hilgard, motif merupakan tenaga penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu prilaku. (I.L Pasaribu, 1988:46). Sedangkan McClelland (1953) yang dikutip oleh Max Darsono, (1989:99) menyatakan bahwa motif adalah suatu “energizer” (sumber tenaga,penggerak) suatu konsep yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas organisme. Motif umumnya dipandang suatu diposisi pribadi artinya bersifat potensial. Dalam hal ini Wrightman (1975:281) menjelaskan:
“Motive as an energizing condition of the organisme that serves to direct that organism, usually toward a goal of goals or a certain class and motive is sometimes used interchangeably with the term “need” and “drive”.
Pada pernyataan tersebut di atas motif merupakan suatu sumber tenaga dalam kondisi tertentu yang bisanya dimiliki oleh setiap individu secara langsung, dan motif ini biasanya memberikan arah untuk memilih kesiapan tindakan yang akan dilakukan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan arahan. Menurut jenisnya, motif dibedakan menjadi motif primer dan sekunder, yang dikutif oleh Syamsudin (1990), yang dikutif oleh Subhana, membedakan motif sebagai berikut:
1) Motif primer (primary motive) atau motif dasar (basic motive) menunjukan kepada motif yang tidak dipelajari (unlearned motive) yang sering juga digunakan istilah dorongan (drive).
2) Motif skunder (secondary motives) menunjukan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement). Kedalam golongan ini termasuk:
·         Takut yang dipelajari (learning fears).
·         Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, conformitas, afiliasi, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya)
·         Motif-motif objektif dan interest (eksplorasi, manipulasi, minat).
·         Maksud (purposes) dan aspirasi.
·         Motif berprestasi (achievement motive).
Sesuai dengan masalah yang dikaji dalam studi ini maka konsep dari motif ini keduanya dipakai baik motif primer, maupun motif sekunder. Kajiannya dalam hal besar dan kecil pengaruhnya terhadap hasil belajar bahasa Inggri

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Ilmu Hadits Riwayah Dan Dirayah

Pengalaman tes di Bank Mandiri

Tabel Z Skor Positif dan Negatif