Perkembangan Psikologi Agama



Nama : Nisa Asri Amalia
NIM : 12.02.0068
Semester : 7A

Perkembangan Psikologi Agama
Tahun 1500-500 SM di Yunani Mesir, Mesopotamia Purba, lahirlah berbagai agama. Agama Brahma menyuruh pengikutnya menyembah Dewa Tunggal, Agama Budha (400-750 M) menyembah Naga dan Raksasa, Agama Hindu di India(1500) SM menyembah banyak Dewa. Di Tiongkok (551-479 SM) lahir pula agama Khonghucu dikembangkan oleh Confusius. Pada tahun 560 SM, berkembang pula agamaBudha di Kapilawastu, oleh Budha Guatama. Sekitar tahun 660-583 SM, lahir agama Majusi dibawa oleh Zarathustraketurunan Iran suku Spitama. Selanjutnya di Jepang pada abat ke-6, muncul agama Shinto. Pada tahun 1570-1450 SM muncul agama Yahudi ditanah Arab wilayah Palestina, Mesir. Kurang lebih 21 abat yang lalu lahirlah agama Nasrani. Nama ini berasal dari kota Nazareth, yaitu kota kecil yang terletak kaki sebuah bukit. Agama ini dinamakan juga dinamakan agama Kristen (Chistten) yaitu diambil dari nama Nabinya Jesus Kristus, gelar kehormatan keagamaan buat Juses dari Nazareth pembawa agama ini. Kristus adalah bahasa Yunani. Rasul yang membawa agama Kristen ini adalah Isa Almasih atau Jesus Kristus. Pada abad ke 6 M, lahirlah agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Agama ini mengajarkan agar penganutnya menyembah Allah SWT.  Kitab Pegangannya adalah Al-Quran dan Hadist Rasulullah.
Penelitian agama sacara ilmu jiwa (psikologi modern) relatif masih muda. Para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikolgi agama mulai popular sekitar abat ke-19. Ketika itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat membantu pemahaman terhadap cara bertingkah laku, berfikir, dan mengemukakan perasaan keagamaan.

Perkembangan Psikologi Agama Umum
A.    Agama Hindu
1.      Sejarah Singkat Agama Hindu
Agama Hindu adalah agama yang berkembang pesat di India dengan usia yang paling panjang diantara agama lainnya. Agama hindu telah melahirkan kebudayaan yang kompleks di bidang astronomi, ilmu filsafat dan ilmu-ilmu lainnnya. Karena luas dan terlalu mendetailnya jangkauan dan pemaparan dari agama hindu, kadang terasa sulit untuk dipahami, sehingga para ahli-pun belum dapat memastikan dan menemukan kesepakatan dalam menentukan kapan tepatnya agama Hindu diwahyukan.
Pada hakekatnya agama hindu di india mempunyai empat fase yakni zaman waeda, zaman brahmana, zaman upanesad, dan zaman budha. Zaman waeda dimulai pada waktu bangsa arya berada di pujab di lembah sungai sindu, sekitar 2500-1500 tahun sebelum masehi. Pada zaman brahmana, kekuasaan kaum brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan. Kitab brahmana adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Pada zaman Upanisad lebih meningkat pada pengetahuan batin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Pada zaman ini muncul ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa, dan Purana.
Sebagian besar pengetahuan kuno India berasal dari kitab Veda, yang merupakan sekumpulan pelajaran, hymne, puisi, dan prosa yang dikompilasikan dari pengajian lisan, empat kitab Veda masih bertahan, yakni :
·         Rig-Veda : berisi hymne-hymne pemujaan
·         Sama-Veda : berisi pengetahuan tentang melodi
·         Yajur-Veda : berisi ritual pengorbanan
·         Atharva-Veda : berisi hal-hal magis (Magics)
Tiap kitab Veda terbagi dalam empat sektor, yakni : Mantras (hymne), Brahmanas (doa-doa ritual), Aranyaka (teks khusus untuk pertapa) dan Upanishads (kajian untuk para filsuf).
Rig-Veda mungkin adalah yang paling populer sebagai literatur karena memuat banyak hymne dan puisi pemujaan pada berbagai objek ibadah, matahari, bulan, angin, fajar dan api. Ketidakpercayaan pada kemampuan intelektual dan pengetahuan indrawi menjadi topik yang dominan, sebagai pencarian atas pengendalian diri, kesatuan, dan pengetahuan universal. Proses pencapaian tujuan ini melibatkan penumpahan segala ilmu, partisipasi, bahkan kesadaran partikular yang hanya berlangsung sebentar saja.
Dugaan untuk mewujudkan tujuan tersebut disebut Atman yang menggambarkan jiwa dari segala jiwa. Atman juga sebagai karakter yang tak berbentuk, sangat tersembunyi, sebuah definisi teraplikasi pada intisari individual, sehingga dikatakan kita bukanlah mind, body atau keduanya tetapi kita impersonal, netral dan menyerap realitas.

2.      Psikologi Timur dalam Pendidikan Agama Hindu
Pendidikan agama hindu adalah usaha yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan anak dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama hindu. Apabila dikaji tentang makna pendidikan mengandung pengertian mengantarkan anak ke tingkat dewasa, atau kedewasaan baik jasmani maupun rohani. Pendidikan agama hindu sangat erat kaitannya dengan psikologi agama dalam menangani berbagai kasus yang membentuk krisis moral. Dengan demikian kedua ilmu ini akan memberikan kontribusi yang menanamkan konsep nilai dan norma. Dalam agama hindu manusia sejak dilahirkan telah membawa potensi keberagamaan dan potensi ini baru dalam bentuk sederhana, yaitu berupa kecendrungan untuk mengabdi kepada sesuatu. Dan didalam agama hindu pendidikan dilakukan pada saat sebelum bayi (pranatal) dilahirkan dan sesudah bayi dilahirkan. Jika kita mencoba mengaitkan antara psikologi agama dengan salah satu pembagian daripada Panca Srada yaitu percaya dengan adanya Moksa yang adalah kebebasan dengan ikatan keduniawian dari belenggu Karma Pala dari Samsara. Pendekatan psikologi dalam pendidikan agama Hindu telah ada sejak dulu, dan mempunyai sejarah yang cukup tua. Hal ini dapat dibuktikan dari naskah-naskah hindu kuno, seperti kitab suci weda, upanisad, ramayana, dan maha brata.
Psikologi Hindu tampak jelas pada zaman Upanishads karena Upanishads lebih menekankan pada kebijaksanaan ajaran Hindu dalam kaitannya manusia dengan dunianya dan memakai metode spriritual yang menyelamatkan kita dari terlepasnya ikatan antara particular dan material. Perpindahan esensi manusia dipandang sebagai hukuman atas kehidupan iblis dan reinkarnasi merupakan jalan pelepasan ikatan tersebut. Dengan menghilangkan keinginan individual melalui kehidupan pertapa, kita dapat keluar dari individualisme dan terserap kembali ke dalam kesatuan menyeluruh dari “Yang Ada” (Being) .
Tujuan-tujuan yang diungkapkan dalam Upanishads mengarahkan pada psikologi yang sangat bertentangan dengan dasar filosofis ajaran Barat. Namun lambat laun Upanishads mengakui bahwa individu menegaskan dirinya sendiri sebagai proses adaptasi dan perkembangan yang sempurna.
Implikasi penting filsafat Hindu dalam psikologi :
·         Individu memiliki karakteristik sebagai bagian dari kesatuan yang lebih besar.
·         Penegasan individualitas dipandang bukan hanya berarti bagi dirinya sendiri, tapi lebih kepada sebuah aktivitas yang diminimalkan dan dihindari.
·         Penekanan pada humanisme yang berdasar pada konsep dasar Hindu.

B.     Agama Budha
1.      Sejarah Singkat Agama Budha
Sejarah agama Budha dimulai dari abad ke-6 sebelum masehi sampai sekarang dari lahirnya sang Budha Sidharta Gautama di India. India India menjadi sebuah storehouse pengetahuan-pengetahuan yang mendalam dan bervariasi.
Budha adalah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsur kebudayaan india, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), asia tengah, asia timur dan asia tenggara. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia. Sejarah agama Budha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama diantaranya adalah aliran tradisi Theravada, Mahayana dan Vajrayana (Bajrayana) yang sejarahnya ditandai dengan masa pasang dan surut.

2.      Kajian Agama Budha dengan Psikologi Timur
Filsafat yang mendasari psikologi di India terekspresikan dalam enam sistem, yaitu :
·         The Nyaya System (argumen/alasan), metode investigasi dan berpikir di India, tujuan utamanya mencapai Nirvana, menggunakan silogisme bahwa ilmu dapat membimbing
·         The Vaisheshika System, menyatakan bahwa kenyataan merupakan komposisi dari atom dan kehampaan.
·         The Sankhya System, sistem tertua yang mengidentifikasikan 25 realitas yang menyokong dunia. Tubuh diskemakan secara terperinci sebagai substansi yang mengandung intelektualitas, kemampuan indrawi, mind, organ perasaan dan tindakan. Jiwa (spirit) digambarkan sebagai seorang manusia, prinsip fisik yang memberi substansi sebuah kehidupan, bersifat universal dan plural, bukan individual.
·         The Yoga System, membebaskan tubuh manusia dari hasrat/nafsu badaniah dan pengetahuan indrawi melalui kekuatan supernatural dengan jalan meditasi.
·         The Purva-Mumansa System, menggunakan mind untuk mensari kebenaran.
·         The Vendanta System, merupakan perluasan kitab Veda yang menyatakan prisnsip pertamanya bahwa Tuhan dan jiwa (soul) adalah suatu kesatuan, merngaplikasikan ajarannya pada pencarian insight, keterbukaan, disiplin diri dan keinginan untuk menemukan kesatuan dan kebahagiaan dalam Tuhan.
Perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat selama kurun waktu satu abad terakhir membuat sebagian umat budha mempertanyakan kondisi sebenarnya agama budha dalam pandangan sains. Agama budha mempunyai peranan besar dalam bidang psikologi karena agama budha dikatakan sebagai sains mengenai pikiran. Agama budha digunakan dalam studi seperti terapi gangguan tidur, penyembuhan terhadap pemikiran dan bentuk-bentuk mental yang negatif, pemahaman terhadap proses terjadinya mimpi, tidur, dan proses kematian oleh banyak neurosientist dan psokoterapist terkemuka.

C.     Agama Kristen
1.      Sejarah Singkat Agama Kristen
Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih. Agama ini meyakini bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia yang dapat menebus manusia dari dosa. Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Agama Kristen termasuk salah satu dari agama Abrahamik yang berdasarkan hidup, ajaran, kematian dengan penyaliban, kebangkitan, dan kenaikkan Yesus dari Nazaret ke Surga. Kekristenan adalah monotheisme, yang percaya akan tiga pribadi  (dalam bahasa Yunani Hipostasis) Tuhan atau Tritunggal. Tritunggal pertama kali pada Konsili Nicea Pertama yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I. Kata Kristen sendiri memiliki arti “pengikut Kristus atau pengikut Yesus”.
Dalam kepercayaan Kristen Yesus Kristus adalah pendiri gereja dan kepemimpinan gereja yang abadi. Umat Kristen juga percaya bahwa Yesus Kristus akan datang pada kedua kalinya sebagai Raja dan Hakim di dunia ini.

2.      Kajian Agama Kristen dengan Psikologi Timur
The Cristian of Assosiation for Psychological Studies (CAPS) menyatakan bahwa ada kesulitan bahwa tidak menemukan teori yang jelas mengenai kekristenan.  Mereka menyatakan bahwa semua kebenaran adalah milik Tuhan


Perkembangan Psikologi Agama Islam
Didunia Timur, khususnya diwilayah-wilayah kekuasaan Islam, tulisan-tulisan yang memuat kajian tentang hal serupa belum sempat dimasukkan. Padahal, tulisan Muhammad Ishaq ibn Yasar diabat ke-7 masehi berjudul Al-Siyar wa al- Maghazimemuat berbagai fragmen dari biografi Nabi Muhammad SAW, atau pun Risalah Hayy Ibn Yaqzan fi Asrar al-Hikmat al-Masyriqiyyat yang juga ditulis oleh Abu Bark Muhammad ibn Abd-Al-Malin ibn Tufai (1106-1185 M) juga memuat masalah yang erat kaitannya dengan materi psikologi agama.
Demikian pula karya besar Abu Hamid Muhammad al-ghazali (1059-1111 M) berjudul Ihya' 'Ulum al-Din, dan juga bukunya Al-Munqidz min al-Dhalal (Penyelamat dari Kesesatan) yang sebenarnya, kaya akan muatan permasalahan yang berkaitan dengan materi kajian psikologi agama Diperkirakan masih banyak tulisan-tulisan ilmuwan Muslim yang berisi kajian mengenai permasalah serupa, namun sayangnya karya-karya tersebut tidak dapat dikembangkan menjadi disiplin ilmu tersendiri, yaitu psikologi agama seperti halnya yang dilakukan oleh kalangan ilmuwan Barat. Karya penulis Musli pada zaman modern, seperti bukunya Al-Maghary yang berjudul Tatawwur al-Syu'ur al-Diny 'Inda Tifl wa al-Murahid(Perkembangan Rasa Keagamaan pada Anak dan Remaja), bagaimanapun dapat disejajarkan dengan karya-karya yang dihasilkan oleh ahli-ahli psikologi agama lainnya. Karya lain yang lebih khusus mengenai psikologi agama adalah Ruh al-Din al-Islamy (Jiwa Agama Islam) karangan Alif Abd Al-Fatah, tahun 1956.
Dalam agama Islam telah terkandung pengaruh agama pada jiwa. Dalam Al Qur'an misalnya, terdapat ayat- ayat yang menceritakan keadaan jiwa orang- orang beriman, orang-orang kafir, sikap serta tingkah lakunya. Namun, tercatat bahwa Al Farabi dan Al Kindi, pada zaman keemasan Islam, meneliti ilmu jiwa pada manusia.
Pada zaman kekinian yang lebih mengedepankan metodologi ilmiah, contohnya Abdul Mun'in Abdul Aziz al Malighy, yang menulis kajian perkembangan jiwa beragama pada anak-anak dan remaja. Sementara di Indonesia, pada 1970-an tulisan tentang psikologi agama Islam baru muncul. Seperti misalnya, Ilmu Jiwa Agama (Prof. Dr. Zakiah Daradjat), Agama dan Kesehatan Jiwa (prof. Dr. Aulia, 1961), Islam dan Psikosomatik (S.S. Djami'an), Al Qur'an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Dadang Hawari), dll.
Sebab kemunduran islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut:
1.        Bangsa Barat mengambil alih IPTEK dari umat islam pada abad kejayaan 9M dan 13M.
2.        Bangsa Barat senantiasa gemar bereksperimen sedangkan umat islam cenderung pasif.
3.        Hilangnya sumber pengetahuan dan pebgalaman (ilmu astronomi) yang diambil alih oleh bangsa Barat.
4.        Hilangnya bahasa arab yang disebabkan masuknya bahasa asing yang dibawa oleh penjajah.
5.        Penurunan stabilitas ekonomi-politik yang menjadi akar perkembangan IPTEK disebabkan dati adanya kapitalisme barat.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Ilmu Hadits Riwayah Dan Dirayah

Pengalaman tes di Bank Mandiri

Tabel Z Skor Positif dan Negatif