Psikologi Umum - Intelegensi
Manusia adalah makhluk paling sempurna
diantara makhluk-makhluk
ciptaan Allah SWT di bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang
memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar dari pada otak mereka yang
kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan intelegensi. Manusia yang
mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul daripada
manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan kemampuan
yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang memungkinkan seseorang berbuat
sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan
yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau
masalah.
Rumusan Masalah
MACAM-MACAM MULTIPLE INTELEGENSI
CIRI-CIRI MULTIPLE INTELEGENSI
MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PEMBELAJARAN
SUKSES DAN KECERDASAN
Simpulan
Rumusan Masalah
Agar pembahasan
dalam makalah ini tidak lari dari sub judul, ada baiknya penyusun merumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas, antara lain:
a.
Pengertian intelegensi
b.
Hubungan Inteligensi dengan kemampuan anak
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
d.
Hal-hal yang berhungan dengan intelegensi.
e. Macam-macam Inteligensi
Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan
Tujuan penyusun
menulis makalah ini antara lain :
a.
Untuk melengkapi
tugas makalah psikologi umum;
b.
Mahasiswa memahami
pengertian intelegensi;
c.
Mahasiswa mengerti
macam-macam intelegensi;
d.
Mahasiswa mampu
mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi;
e.
Mahasiswa mampu
mengklasifikasi hal-hal yang berhubungan denggan intelegensi;
Pengertian
Intelegensi
Konsep Intelegensi menimbulkan
kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai reaksi terhadap gagasan bahwa
setiap orang punya kapasitas mentalumum yang dapat diukur dan dikuantifikasikan
dalam angka.[1][1] Inteligensi adalah suatu istilah yang popular.
Hampir semua orang sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya.
Seringkali kita dengar seorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas
(inteligen) dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas (tidak inteligen).
Istilah inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman Cicero
yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu dan merupakan salah satu aspek
alamiyah dari seseorang. Inteligensi bukan merupakan kata asli yang berasal
dari bahasa Indonesia. Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa
latin yaitu “inteligensia“. Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri
berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti diantara, sedangkan lego
berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai pengertian
kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.
Menurut W. Stem
dalam Abu Ahmadidan Widodo Supriyono mengemukakan intelegensi adalah suatu daya
jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di dalam situasi yang
baru.[2][2] Menurut David Wechsler, inteligensi adalah
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Menurut Wangmuba
inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat
kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini
memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu
latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi
tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat
tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi. K. Buhler mengatakan bahwa
intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai
kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi
tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa
intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara
rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.[3][3] Beberapa pakar menyebutkan bahwa intelegensi
sebagai keahlian untuk memecahkan masalah.[4][4]
Intelegensi
merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak
belajar disekolah. Dengan kata lain, intelegensi dianggap sebagai faktor yang
menentukan berhasil atau tidaknya anak disekolah.[5][5] Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami
pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami
informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai
kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi
dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun
bertambah. Sternberg dalam Santrock mengatakan bahwa secara umum intelegensi
dibedakan menjadi 3 diantaranya:
Inteligensi Analitis
Yaitu kecerdasan
yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam suatu pembelajaran
dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil
ujian. Misalnya: seorang individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu
mendapatkan nilai di atas rata-rata.
Inteligensi Kreatif
Yaitu kecerdasan
yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang hal-hal yang baru.
Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan untuk menuliskan kata “P O H O N”
oleh gurunya, tetapi jawaban seorang individu yang kreatif dengan menggambarkan
sebuah pohon.
Inteligensi Praktis
Yaitu kecerdasan
yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan, menerapkan, mengimplementasikan,
dan mempraktikan. Misalnya: seorang individu mendapatkan skor rendah dalam tes
IQ tradisional, tetapi dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan nyata,
contohnya dalam pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami karena
dibantu dengan berbagai peralatan dan media.
Macam-macam IntelIgensi
Macam-macam IntelIgensi
Ada beberapa macam intelegensi,
antara lain :
Inteligensi
keterampilan verbal
Yaitu kemampuan
untuk berpikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengungkapkan makna.
Contohnya: seorang anak harus berpikir secara logis dan abstrak untuk menjawab
sejumlah pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa menjadi mirip. Contoh
pertanyaannya “Apa persamaan Singan dan Harimau”?. Cenderung arah profesinya
menjadi: (penulis, jurnalis, pembicara).
Inteligensi
keterampilan matematis
Yaitu kemampuan
untuk menjalankan operasi matematis. Peserta didik dengan kecerdasan logical
mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan
eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya.
Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga
suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung. Cenderung profesinya
menjadi: (ilmuwan, insinyur, akuntan)
Inteligensi
kemampuan ruang
Yaitu kemampuan
untuk berpikir secara tiga dimensi. Cenderung berpikir secara visual. Mereka
kaya dengan khayalan internal (Internal imagery) sehingga cenderung imaginaif
dan kreatif. Contohnya seorang anak harus menyusun serangkaian balok dan
mewarnai agar sama dengan rancangan yang ditunjukan penguji. Koordinasi
visual-motorik, organisasi persepsi, dan kemampuan untuk memvisualisasi dinilai
secara terpisah. Cenderung menjadi profesi arsitek, seniman, pelaut.
Inteligensi
kemampuan musical
Yaitu kepekaan
terhadap pola tangga nada, lagu, ritme, dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat
mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan
musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai
menggunakan kosa kata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau
warna suara dalam sebuah komposisi music.
Inteligensi
Keterampilan kinestetik tubuh
Yaitu kemampuan
untuk memanipulasi objek dan mahir sebagai tenaga fisik. Senang bergerak dan
menyentuh. Mereka memiliki control pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan
keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.
Cenderung berprofesi menjadi ahli bedah, seniman yang ahli, penari.
Inteligensi
Keterampilan intrapersonal
Yaitu kemampuan
untuk memahami diri sendiri dengan efektif mengarahkan hidup seseorang.
Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri
sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga mengetahui apa
yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan
social. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.
Cenderung berprofesi menjadi teolog, psikolog.
Inteligensi
keterampilan interpersonal
Yaitu kemampuan
untuk memahami dan secara efektif berinteraksi dengan orang lain. Pintar
menjalin hubungan social, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara
saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku
dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.
Inteligensi
keterampilan naturalis
Yaitu kemampuan
untuk mengamati pola di alam serta memahami system buatan manusia dan alam.
Menonjol ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar, termasuk pada
binatang, diusia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang
berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul
binatang, peumbuhan tanaman, dan tata surya.
Inteligensi
emosional
Yaitu kemampuan
untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara akurat dan adaftif (seperti
memahami persfektif orang lain).
Orang yang berjasa menemukan tes
inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa Prancis Alfred Binet dan
pembantunya Simon. Tesnya terkenal dengan nama tes Tes Binet-Simon. Seri tes
dari Binet-Simon ini, pertamakali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama :
“Chelle Matrique de l’inteligence” atau skala pengukur kecerdasan. Tes
binet-simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah
dikelompok-kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun).
Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak
berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti mengulang kalimat, dengan tes semacam
inilah usia seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak
tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender).
Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ
(Inteligentie Quotient) pada tiap-tiap orang/anak.
Dewasa ini
perkembangan tes itu demikian majunya sehingga sekarang terdapat beratus-ratus
macam tes, baik yang berupa tes verbal maupun nonverbal. Juga dinegeri kita
sudah mulai banyak dipergunakan te, dalam lapangan pendidikan maupun dalam
memilih jabatan-jabatan tertentu. Klasifikasi IQ antara lain :
Genius 140 ke atas
Sangat Cerdas
130-139
Cerdas (superior)
120-129
Di atas rata-rata
110-119
Rata-rata 90-109
Di bawah rata-rata
80-89
Garis Batas 70-79
Moron 50-69
Imbisil, Idiot 49 ke
bawah
Faktor yang mempengaruhi Inteligensi
Faktor yang mempengaruhi Inteligensi
Seperti yang telah
kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Perbedaan intelegensi itu, dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
a.
Pengaruh faktor bawaan
Banyak penelitian
yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau
bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50
) orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( +
0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10
– +0,20 ).[6][6]
Perkembangan anak
sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan
antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian
makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting
selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan
berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka). Ada beberapa
lingkungan yang berpengaruh terhadap intelegensi, antara lain :
Lingkungan keluarga;
Pengalaman
pendidikan;
Intelegensi bukanlah
IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang
IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur
sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas intelegensi tergantung
perkembangan organik otak.
d.
Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam
tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun
psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya (berkaitan erat dengaan umur).
e.
Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah
segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti disekolah) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
f.
Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam
diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia
untuk berinteraksi dengan dunia luar. Apa yang menarik minat seseorang
mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
g.
Kebebasan
Kebebasan berarti
bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan
masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas
bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau tidaknya
seseorang, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut,
karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta
menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.
Beberapa hal
yang berhubungan dengan Inteligensi
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam masalah intelegensi, antara lain :
a. Inteligensi Dengan
Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kamampuan
umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang
umum ini terdapat keampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan ini
memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan,
kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah
yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang
khusus untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dengan
segera diketahui lewat tes inteligensi. Demikian juga, karena rangsang
lingkungan dengan tidak sadar selalu diarahkan pada kemampuan-kemampuan khusus
ini maka bakat tidak selalu dengan sendirinya menampakkan diri.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini
disebut aptitude test atau tes bakat. Karena sifatnya khusus, maka tes ini
dirancang khusus untuk mengungkap kemampuan yang amat spesifik.
b. Inteligensi dan
Kreativitas
Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang
inteligen karena keativitas juga merupakan manifestsi dari suatu proses
kognitif, meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dengan inteligensi
tidak selalu menunjukkan keselarasannya. Walaupun ada anggapan kreatifitas
mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tetapi
bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung pendapat
itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti tingkat kreativitas yang rendah, namun
semakin tinggi skor IQ tidak selalu diikuti oleh tingkat keativitas yang tinggi.
Sampai pada skor IQ tertentu, masih dapat korelasi yang cukup berarti.
Permasalahan diatas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa
ini terjadi. Salah satu jawabannya diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia
menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang bersifat
divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan alternatif jawaban berdasarkan
informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk
mengukur proses berfikir yang bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk
memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang
diberikan
c. Hubungan inteligensi
dengan kehidupan
Memang kecerdasan/intelegensi seseorang memainkan peranan
yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks,
intelegensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan
seseorang. Banyak lagi faktor yang lain, seperti faktor kesehatan dan ada
tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun intelegensinya
tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya.
Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya
dapat gagal pula.
Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan
turut menentukan. Banyak di antara orang-orang yang sebenarnya memiliki
intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam
kehidupannya. Ini disebabkan/karena misalnya, kekurangan-mampuan bergaul dengan
orang-orang lain dalam masyarakat,atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi,
sehingga tidak/kurang adanya usaha untuk mencapainya.
Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki
intelegensi yang sedang saja, dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang
lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan tidak banyak faktor-faktor
yang menggagu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelejensi yang rendah
menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang itu
ulet dan bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan:
Kecerdasan atau intelejensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan
berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan
tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta
kesempatan yang ada. Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap
antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.
PENGERTIAN MULTIPLE INTELEGENSI
PENGERTIAN MULTIPLE INTELEGENSI
Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta
berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru. Kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang dimiliki
seseorang disebut dengan kecerdasan. Howard Garder mendefinisikan kecerdasan
sebagai :
1.
Kemampuan memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan nyata.
2.
Kemampuan melahirkan masalah baru untuk dipecahkan.
3.
Kemampuan menyiapkan atau menawarkan suatu layanan yang bermakna dalam
kehidupan kultur tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki
seseorang tidak akan semuanya sama dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
orang lain, karena kemampuan banyak jenisnya (beranekaragam), dan
keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut dengan kecerdasan majemuk
(multiple intelegens).
MACAM-MACAM MULTIPLE INTELEGENSI
Kecerdasan majemuk yang merupakan keanekaragaman kemampuan yang menyangkut
beberapa bidang. Kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan
kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada
dasarnya setiap anak cerdas. Menurut Gardner kecerdasan atau intelegensi ada 10
macam yaitu:
1.
Kecerdasan linguistic ( Linguistik intelligence )
Adalah kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan
bahasa untuk mengekpresikan dan menghargai makna yang komplek, yang meliputi
kemampuan membaca, mendengar, menulis, dan berbicara.
2.
Intelegensi logis-matematis ( Logical matematich)
Adalah kemampuan dalam menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi
dan hipotesis serta menyelesaikan operasi-operasi matematika,
3.
Intelegensi Musik ( Musical intelegence )
Intelegensi musik adalah kecerdasan seseorang yang berhubungan dengan
sensitivitas pada pola titik nada, melodi, ritme, dan nada. Musik adalah bahasa
pendengaran yang menggunakan tiga komponen dasar yaitu intonasi suara, irama
dan warna nada yang memakai system symbol yang unik.
4.
Intelegensi kinestetik.
Kinestetik adalah belajar melalui tindakan dan pengalaman melalui panca
indera. Intelegensi kinestetik adalah kemampuan untuk menyatukan tubuh atau
pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik. Dalam kehidupan sehari-hari
dapat diamati pada actor,atlet atau penari, penemu, tukang emas, mekanik.
5.
Intelegensi Visual-Spasial
Intelegensi visual-spasial merupakan kemampuan yang memungkinkan
memvisualisasikan infoomasi dan mensintesis data-data dan konsep-konsep ke
dalam metavor visual.
6.
Intelegensi Interpersonal
Intelegensi interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi
dengan orang lain dilihat dari perbedaan, temperamen, motivasi, dan kemampuan.
7.
Intelegensi Intrapersonal
Adalah kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dari keinginan,
tujuan dan system emosional yang muncul secara nyata pada pekerjaannya.
8.
Intelegensi Naturalis.
Adalah kemampuan untuk mengenal flora dan fauna melakukan
pemilahan-pemilahan utuh dalam dunia kealaman dan menggunakan kemampuan ini
secara produktif misalnya untuk berburu, bertani, atau melakukan penelitian
biologi.
9.
Intelagensi Emosional.
Adalah yang dapat membuat orang bisa mengingat, memperhatikan, belajar dan
membuat keputusan yang jernih tanpa keterlibatan emosi. Jadi intelegensi
emosional disini berkaitan dengan sikap motivasi, kegigihan, dan harga diri
yang akan mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa.
10. Intelegensi
Spiritual.
Adalah kemampuan yang berhubungan dengan pengakuan adanya Tuhan sebagai
pencipta alam semesta beserta isinya.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam sepuluh aspek kecerdasan majemuk
(multiple intelegensi) yang dimiliki masing-masing orang tersebut diatas
merupakan potensi intelektual seseorang untuk dapat mengikuti proses
pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses pengembangan kognitif, psikomor,
dan afektif ketika seseorang berada pada lingkungan. Menurut Depdiknas (2004)
pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru pada
saat seseorang berintegrasi dengan informasi dan lingkungan. Pembelajaran dapat
terjadi pada berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah Pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) pada hakikatnya adalah
pembelajaran yang berorientasi pada keadaan alam semesta beserta isinya, yang
meliputi benda hidup (mahluk hidup) dan benda mati. Pembelajaran IPA dapat
diartikan sebagai proses pengembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif
dalam mempelajari alam semesta beserta isinya.
CIRI-CIRI MULTIPLE INTELEGENSI
1. Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki
ciri antara lain (a) suka menulis kreatif, (b) suka mengarang kisah khayal atau
menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal
kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah,
(f) suka mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g)
unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).
2. Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya
antara lain: (a) menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, (b)
suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan
turun?, (c) ahli dalam permainan catur, halma dsb, (d) mampu menjelaskan
masalah secara logis, (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu,
(e) menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi
dalam Matematika dan IPA.
3. Kecerdasan Spasial dicirikan antara
lain: (a) memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, (b)
mudah membaca peta atau diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis
aslinya, (d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e)
sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka
melamun dan berfantasi, (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas
sekolah, (h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau
uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran seni.
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, memiliki
ciri: (a) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, (b) aktif
dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, (c)
perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, (d) menikmati kegiatan
melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, (e) memperlihatkan
keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat,
(f) pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, (g) bereaksi
secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya, (h) suka membongkar
berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, (i) berprestasi dalam mata pelajaran
olahraga dan yang bersifat kompetitif.
5. Kecerdasan Musikal memiliki ciri antara
lain: (a) suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, (b) mudah
mengingat melodi suatu lagu, (c) lebih bisa belajar dengan iringan musik, (d)
bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, (e) mudah
mengikuti irama musik, (f) mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, (g)
berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.
6. Kecerdasan Interpersonal memiliki ciri
antara lain: (a) mempunyai banyak teman, (b) suka bersosialisasi di sekolah
atau di lingkungan tempat tinggalnya, (c) banyak terlibat dalam kegiatan
kelompok di luar jam sekolah, (d) berperan sebagai penengah ketika terjadi
konflik antartemannya, (e) berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan
orang lain, (f) sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat
menjadi pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.
7. Kecerdasan Intrapersonal memiliki ciri
antara lain: (a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, (b) bekerja
atau belajar dengan baik seorang diri, (c) memiliki rasa percaya diri yang
tinggi, (d) banyak belajar dari kesalahan masa lalu, (e) berpikir fokus dan
terarah pada pencapaian tujuan, (f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang
dikerjakan sendiri.
8. Kecerdasan Naturalis, memiliki ciri
antara lain: (a) suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan, (b) sangat
menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, (c) suka berkebun atau dekat dengan
taman dan memelihara binatang, (d) menghabiskan waktu di dekat akuarium atau
sistem kehidupan alam, (e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda
alam lainnya, (f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan
hidup.
Keunikan yang dikemukakan
Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya mengelola informasi bekerja
secara spasial dalam sistem otak manusia. Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke
delapan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai
yang dibutuhkan.
PENGEMBANGAN
MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PEMBELAJARAN IPA
1. Proses
Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Verbal Linguistik.
Proses pembelajaran yang mengembangkan intelegensi verbal linguistic dapat merangsang
perkembangan multi intelegensi dalam setiap mata pelajaran termasuk Ilmu
Pengetahuan Alam.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pembelajaran untuk mengembangkan
intelegensi verbal linguistic dalam dalam pembelajaran IPA adalah mendengarkan
materi yang akan dibahas dari kaset maupun dari informasi yang langsung
disampaikan oleh guru, diskusi kelas, membuat hasil laporan laporan pengamatan,
melakukan kegiatan wawancara, mencari bahan untuk melengkapi tugas, menulis
karya ilmiah dan sebagainya.
2. Pembelajaran
yang Mengembangkan Intelegensi Logika Matematika.
Dalam Ilmu Pengetahuan Alam hal yang patut diperhatikan dalam mengajar
adalah penerapan konsep dasar IPA secara tepat dalam membuat keputusansetiap
hari dan membantu siswa mengenal hubungan antara Ilmu Pengetauan Alam dengan
teknologi dalam kehidupan masyarakat.
Penerapan Intelegensi Logika Matematika dalam pembelajaran IPA dapat
melalui beberapa cara, yaitu:
a. Metoda
Ilmiah
Metoda ilmiah adalah suatu cara untuk menemukan produk ilmiah dengan
langkah-langkah yang logis dan matematis. Proses umum metode ilmiah secara
empiris adalah:
1) Menemukan
masalah.
2) Menyusun
hipotesa atau dugaan sementara.
3) Menguji
hipotesis dengan melakukan percobaan.
4) Menarik kesimpulan
5) Menguji
kesimpulan.
b. Berfikir
secara Ilmiah berdasarkan Kurikulum.
c. Logika
Deduktif.
Logika deduktif adalah cara berfikir dengan menguraikan konsep yang umum ke
konsep yang khusus.
Contohnya :
1) Silogisme
adalah argument yang tersusun dari dasar pemikiran dan kesimpulan.
2) Diagram Venn,
menggunakan lingkaran yang saling melengkapi untuk membandingkan sekumpulan
informasi.
d. Logika
Induktif
Logika induktif adalah cara berfikir seseorang dengan mempertimbangkan kenyataan
fakta khusus kepada kasimpulan umum dengan menggunakan analogi.
e.
Meningkatkan belajar dan berfikir.
Meningkatkan berfikir siswa, guru dalam pembelajaran menggunakan media
pembelajaran.
f. Proses
berfikir secara matematika.
Matematika mata pelajaran yang khusus berfikir abstrak dan sulit, sehingga
anak tidak tertarik. Untuk itu guru dapat menyusun pembelajaran dengan pola
gambar, grafik, dan pembuatan kode untuk menimbulkan keingintahuan.
g. Bekerja
dengan angka-angka.
Siswa yang menyukai ketelitian akan menemukan kesenangan bekerja dengan
angka-angka seperti pengukuran, peluang, masalah-masalah dalam bentuk cerita.
h. Teknologi
yang meningkatkan intelegensi logi-matematika.
Siswa dapat belajar dengan efektif dengan menggunakan software yang
menarik.
3. Proses
Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Musik.
Musik memilki kaitan yang erat dengan emosional seseorang, yaitu:
a.
Memberikan suasana yang ramah ketika siswa memasuki ruangannya.
b. Menawarkan
efek yang meredakan setelah melakukan aktivitas fisik.
c.
Melancarkan peralihan antar kelas.
d. Membangkitkan
kembali energy yang mulai sedikit.
e.
Mengurangi strees.
f.
Menciptakan suasana positif di sekolah.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembagkan intelegensi music di sekolah
adalah:
a.
Memasang music latar yang lembut dan universal di sekolah.
b. Melalui
pembelajaran masing-masing bidang studi yang ada di sekolah.
Misalnya: menciptakan lagu-lagu yang
bertemakan materi yang sedang diajarkan.
4. Proses
Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Kinestetik.
Ada bermacam-macam aktivitas tectile-kinestetik yang bertujuan untuk
mempertinggi pembelajaran siswa di segala usia, yaitu:
a.
Lingkungan fisik : daerah ruang kelas, dalam merencanakan ruang kelas, para
pengajar membuat ruangan yang bisa membuat perasaan siswa menjadi senang.
b. Drama :
teater, permainan peran, drama kreatif, simulasi (keadaan yang meniru) keadaan
sebenarnya.
c. Gerak
kreatif : memahami pengetahuan jasmaniah, memperkenalkan aktifitas gerak
kreatif,menerapkan gerak kreatif keahlian dasar, menciptakan isi yang lebih
terarah dari aktivitas gerakan.
d. Tari :
bagian-bagian tari, rangkaian pembelajaran melalui tari.
e.
Memainkan alat-alat : kartu-kartu tugas,teka-teki kartu tugas, menggambar
alat-alat tambahan, membuat tanda-tanda bagi ruang kelas.
f.
Permainan ruangan kelas : Binatang buruan (binatang pemakan bangkai)
permainan-permainan lantai besar, permainan-permainan merespon gerak fisik
secara meanyeluruh, permainan mengulang hal yang umum.
g. Pendidikan
fisik : karakteristik dari seorang pengajar (tentang) fisik, pendidikan
petualang, jaringan laba-laba, piramida sepuluh orang, petualangan-petuangan
sepuluh orang.
h.
Kesempatan-kesempatan latihan.
i.
Perjalanan ke alam bebas.
5. Proses
Belajar yang Mengembangkan Intelegensi Visual Spasial.
Proses belajar ini merupakan suatu proses yang mengembangkan kemampuan
persepsi. Imajinasi dan estesti dalam buku Mc.Kim Experience in Visual
thinking. Mengidentifikasi 3 komponen yang luas dari gambaran visual :
a.
Gambaran eksternal yang kita rasakan.
b. Gambaran
internal yang kita impikan / kita bayangkan.
c.
Gambaran yang kita ciptakan melalui gambar yang tak beraturan.
6.
Proses belajar yang mengembangkan Intelegensi Interpersonal.
Membangun lingkungan interpersonal yang positif. Kriteria group yang
efektif :
a.
Lingkungan kelas hangat dan terbuka.
b. Guru dan
siswa bersama-sama membuat tata tertib dan sanksi berdasarkan kemanusiaan.
c. Proses
pembelajaran saling ketergantungan yaitu melakukan peran aktif dan kontribusi
darai semua siswa.
d. Belajar
bertujuan untuk belajar dari kurikulum, dari teman dan dari pengalaman.
e. Tugas
dan tanggung jawab dibagi rata, sehingga setiap anggota kelas merasa penting
dalam kelas.
1) Pembelajaran
kolaboratif.
2) Penanganan
konflik.
3) Belajar
melalui tugas sosial / jasa.
4) Menghargai
perbedaan.
5) Membangun
persfektif yang beragam.
6) Pemecahan
masalah global dan local dalam pendidikan multicultural.
7)
Tekhnologi yang meningkatkan intelegensi interpersonal.
7. Proses
Belajar yang Mengembangkan Intelegensi Intrapersonal.
a. Membangun
suatu lingkungan untuk mengembangkan pengetahuan diri.
b. Penopang
penghargaan diri.
c.
Penyusunan dan pencapaian tujuan.
d. Keterampilan
berfikir.
e.
Pendidikan keterampilan emosional dalam kelas.
f.
Penulisan jurnal.
g. Mengetahui
diri sendiri melalui orang lain.
h. Merefleksikan
ketakjupan dan tujuan hidup.
i.
Belajar mengarahkan diri sendiri.
j.
Teknologi yang mempertinggi intelegensi interpersonal.
8. Proses
Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Naturalisme.
Proses pembelajaran ini merupakan suatu proses yang mengembangkan kemampuan
naturalism pada siswa yaitu :
a. Menata
lingkungan sekolah yang hijau dan asri.
b. Dalam
mempelajari materi yang berhubungan dengan klasifikasi tumbuhan, ekosistem,
pencemaran lingkungan siswa diajak langsung kea lam.
c. Sekolah
menyediakan alat bantu pelajaran seperti torso dan charta tentang organ-organ
tubuh manusia.
d. Menerapkan
pelajaran pertanian atau perikanan yang disesuaikan dengan kondisi daerah
masing-masing.
e. Sekolah
mengembangkan proses pembelajaran yang dapat membangkitkan kepedulian siswa
terhadap lingkungan.
9. Proses
Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Emosional.
Pembelajaran emosional dapat meningkatkan sistem pembelajaran kognitif,
dimana dengan cara ini otak emosional terlibat dalam pembelajaranpenalaran sama
kuatnya dengan otak berfikir. Prinsip ini harus diterapkan oleh guru dalam
mengajar, menurut Goleman, 1995 ( dalam Barbara K.Given, 2002). Hal-hal yang
dapat diterapkan oleh guru dalam mengembangkan intelegensi emosional adalah
sebagai berikut:
a.
Sebaiknya guru dalam mengawali pelajaran dengan sikap lemah lembut, dengan cara
bertahap meningkatkan antusiame.
b. Menciptakan
suasana kelas seperti yang diinginkan siswa.
c. Guru
bias menggerakkan siswa perlahan-lahan menuju keadaan sosial emosional yang
berbeda.
d. Dalam
mengajar hendaknya guru mengembangkan rasa humor yang bias menurunkan
ketegangan yang mungkin timbul akibat ketidak selarasan antara guru dan siswa.
10. Proses Pembelajaran yang Mengembangkan
Intelegensi Spiritual.
Dalam proses pembelajaran sebaiknya memperluas cakupan dari ayat- ayat
Alquran serta makna-makna yang terkandung di dalamnya sehingga mengakar di
dalam jiwa dan pikiran siswa dengan cara menarik hikmah dari materi
pembelajaran yang disampaikan kepada siswa.
Implikasi materi pembelajaran IPA dalam mengembangkan intelegensi spiritual
sangat banyak sekali, sebagai contoh tentang tata surya. Dalam materi ini siswa
dituntut untuk menguasai matahari sebagai bintang, matahari sebagai pusat
tatasurya, rotasi dan revolusi bumi, pergerakan 9 macam planet dan sebagainya.
Di akhir pembelajaran guru mengajak siswa untuk mengamati keteraturan gerak
anggota tata surya dan menghubungkannya dengan surat yasin ayat 37 sampai ayat
40 yang artinya :
“ Dan sebagai tanda kebesaran Allah bagi mereka adalah malam, Kami
tanggalkansiang dari malam itu, maka seketika itu mereka berada dalam
kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
Allah yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat
peredaran bulan, sehingga ( setelah ia sampai ke tempat peredaran terakhir )
kembali seperti bentuk tanndan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari
mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing
beredar pada garis edarnya ”.
MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PEMBELAJARAN
Dalam dunia
pendidikan kita cenderung hanya
menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki
talenta (gift) di dalam kecerdasan
yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari,
terapis, entrepreneurs, dan lain-lain.
Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki talenta
(gift), tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya. Banyak sekali anak yang
pada kenyataannya dianggap sebagai anak yang “Learning Disabled” atau ADD
(Attention Deficit Disorder), atau Underachiever, pada saat pola pemikiran
mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah. Pihak sekolah hanya
menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi
delapan kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa
kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes
IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003).
Padahal setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan
yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh
seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu
yang dapat berguna bagi orang lain.
Pola pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logika
(matematika) dan bahasa memang sudah mengakar dengan kuat pada diri setiap guru
di dalam menjalankan proses belajar. Bahkan, dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yayasan Insan Kancil, pendidikan Taman Kanak-Kanak saat ini
cenderung mengambil porsi Sekolah Dasar. Sekitar 99 persen, Taman Kanak-Kanak
mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Artinya, pendidikan Taman
Kanak-Kanak telah menekankan pada kecerdasan akademik, tanpa menyeimbanginya
dengan kecerdasan lain. Hal ini berarti pula bahwa sistem pendidikan yang
dilaksanakan oleh guru-guru masih tetap mementingkan akan kemampuan logika
(matematika) dan bahasa.
Menurut Moleong, dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
guru dan orang tua hendaknya bersinergi dalam mengembangkan berbagai jenis
kecerdasan, terutama terhadap anak usia dini. Hal ini dimaksudkan agar siswa
tidak gagap dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Anak-anak
usia 0–8 tahun harus diperkenalkan dengan kecerdasan jamak (Multiple
Intelligences). Guru hendaknya tidak terjebak pada kecerdasan logika semata.
Multiple Intelligences yang mencakup delapan kecerdasan itu pada dasarnya
merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ),
kecerdasan spiritual (SQ). Semua jenis kecerdasan perlu dirangsang pada diri
anak sejak usia dini, mulai dari saat lahir hingga awal memasuki sekolah (7–8
tahun). Yang menjadi pertanyaan terbesar, mampukah dan bersediakah setiap insan
yang berkecimpung dalam dunia pendidikan mencoba untuk mengubah pola pengajaran
tradisional yang hanya menekankan kemampuan logika (matematika) dan bahasa?
Bersediakah segenap tenaga kependidikan bekerjasama dengan orang tua bersinergi
untuk mengembangkan berbagai jenis kecerdasan pada anak didik di dalam proses
belajar yang dilaksanakan di lingkungan lembaga pendidikan?
Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni :
Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk
pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses
informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem
solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami
bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita
secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan
mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang
kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang
kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang
kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan
lebih sukses dari dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.
Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya
(Inteligensi). Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi
dan orang tuanya memberi kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan
prestasinya, tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak memungkinkannya untuk
mencapai keunggulan. Tingkat Kecerdasan Tingkat kecerdasan (Intelegensi) bawaan
ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang
tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan
yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan
mempunyai dampak kuat terhadap kecersan seseorang). Secara umum intelegensi
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Kemampuan untuk berpikir abstrak.
2.
Untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar.
3.
Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
Perumusan pertama melihat inteligensi sebagai kemampuan berpikir. Perumusan
kedua sebagai kemampuan untuk belajar dan perumusan ketiga sebagai kemampuan
untuk menyesuaikan diri. Ketiga-tiganaya menunjukkan aspek yang berbeda dari
intelegensi, namun ketiga aspek tersebut saling berkhaitan. Keberhasilan dalam
menyesuaikan diri seseorang tergantung dari kemampuannya untuk berpikir dan
belajar. Sejauhmana seseorang dapat belajar dari pengalaman-pengalamannya akan
menentukan penyesuaian dirinya. Ungkapan-ungkapan pikiran, cara berbicara, dan
cara mengajukan pertanyaan, kemampuan memecahkan masalah, dan sebagainya
mencerminkan kecerdasan. Akan tetapi, diperlukan waktu lama untuk dapat
menyimpulkan kecerdasan seseorang berdasarkan pengamatan perilakunya, dan cara
demikian belum tentu tepat pula. Oleh karena itu, para ahli telah menyusun
bermacam-macam tes inteligensi yang memungkinkan kita dalam waktu yang relatif
cepat mengetahui tingkat kecerdasan seseorang. Inteligensi seseorang biasanya
dinyatakan dalam suatu kosien inteligensi Intelligence Quotient(IQ).
Apakah hanya kecerdasan (yang diukur dengan tes intelegensi dan
menghasilkan IQ) yang menentukan keberbakatan seseorang ? barangkali untuk
bakat intelegtual masih tepat jika IQ menjadi kriteria (patokan) utama, tetapi
belum tentu untuk bakat seni, bakat kreatif-produktif, dan bakat kepemimpinan.
Memang dulu para ahli cenderung untuk mengidentifikasi bakat intelektual
berdasarkan tes intelegensi semata-mata, dalam penelitian jangka panjangnya
mengenai keberbakatan menetapkan IQ 140 untuk membedakan antara yang berbakat
dan tidak. Akan tetapi, akhir-akhir ini para ahli makin menyadari bahwa
keberbakatan adalah sesuatu yang majemuk, artinya meliputi macam-macam ranah
atau aspek, tidutak hanya kecerdasan.
Keberbakatan dan Anak Berbakat Renzulli, dkk.(1981) dari hasil-hasil
penelitiannya menarik kesimpulan bahwa yang menentukan keberbakatan seseorang
adalah pada hakekatnya tiga kelompok (cluster) ciri-ciri, yaitu : kemampuan di
atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri (tangung jawab terhadap tugas).
Seseorang yang berbakat adalah seseorang yang memiliki ketiga ciri tersebut.
Masing-masing ciri mempunyai peran yang sama-sama menentukan. Seseorang dapat
dikatakan mempunyai bakat intelegtual, apabila ia mempunyai intelegensi tinggi
atau kemampuan di atas rata-rata dalam bidang intelektual yang antara lain
mempunyai daya abstraksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan memecahkan
masalah). Akan tetapi, kecerdasan yang cukup tinggi belum menjamin keberbakatan
seseorang. Kreatifitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan
dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, adalah sama pentingnya.
Demikian juga berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas yang mendorong
seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami macam-macam rintangan dan
hambatan, melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung
jawabnya, karena ia telah mengikatnya diri terhadap tugas tersebut atas
kehendaknya sendiri.
Adapun yang dimaksud dengan anak berbakat adalah mereka yang karena
memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang
tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdeferensiasi atau
pelayanan yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan
bakat-bakat mereka secara optimal, baik bagi pengembangan diri maupun untuk
dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi kemajuan masyarakat dan negara.
Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi
:kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan
dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial
seperti bakat kepemimpinan. Keberbakatan itu meliputi bermacam-macam bidang,
namun biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang saja.
Dan tidak pada semua bidang. Misalnya : Si A menonjol dalam matematika, tetapi
tidak dalam bidang seni. Si B menunjukkan kemapuan memimpin, tetapi prestasi
akademiknya tidak terlalu menonjol. Hal ini kadang-kadang dilupakan oleh
pendidik. Mereka menganggap bahwa seseorang telah diidentifikasi sebagai
berbakat harus menonjol dalam semua bidang. Selanjutnya perumusan tersebut
menekankan bahwa anak berbakat mampu memberikan prestasi yang tinggi. Mampu
belum tentu terwujud. Contoh Ada anak-anak yang sudah dapat mewujudkan bakat
mereka yang unggul, tetapi ada pula yang belum. Bakat memerlukan pendidikan
dalam latihan agar dapat terampil dalam restasi yang unggul.
MENDIDIK ANAK CERDAS DAN BERBAKAT
MENDIDIK ANAK CERDAS DAN BERBAKAT
Mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk
kesuksesan masa depan anak. Apa itu kecerdasan majemuk ? Sebagai orang tua masa
kini, kita sering kali menekankan agar anak berprestasi secara akademik di
sekolah. Kita ingin mereka menjadi juara dengan harapan ketika dewasa mereka
bisa memasuki perguruan tinggi yang bergengsi. Kita sebagai masyarakat
mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci utama untuk
kesuksesan hidup di masa depan. Pada kenyataannya, kita tidak bisa mengingkari
bahwa sangat sedikit orang-orang yang sukses di dunia ini yang menjadi juara di
masa sekolah.
Bill Gates (pemilik Microsoft), Tiger Wood (pemain golf) adalah beberapa
dari ribuan orang yang dianggap tidak berhasil di sekolah tetapi menjadi orang
yang sangat berhasil di bidangnya. Kemudian di sinilah muncul pertanyaan
sebagai berikut : Kalau IQ ataupun prestasi akademik tidak bisa dipakai untuk
meramalkan sukses seorang anak di masa depan, lalu apa ? Apa yang harus
dilakukan orang tua supaya anak-anak mempunyai persiapan cukup untuk masa
depanya ? Kemudian jawabannya adalah :
Prestasi dalam kecerdasan majemuk (multiple Intelligence) dan bukan hanya prestasi akademik. Kecerdasan majemuk Kemungkinan anak untuk meraih sukses menjadi sangat besar jika anak dilatih untuk meningkatkan kecerdannya yang majemuk itu.
Prestasi dalam kecerdasan majemuk (multiple Intelligence) dan bukan hanya prestasi akademik. Kecerdasan majemuk Kemungkinan anak untuk meraih sukses menjadi sangat besar jika anak dilatih untuk meningkatkan kecerdannya yang majemuk itu.
Membangun seluruh kecerdasan anak adalah ibarat membangun sebuah tenda yang
mempunyai beberapa tongkat sebagai penyangganya. Semakin sama tinggi
tongkat-tongkat penyangganya, semakin kokoh pulalah tenda itu berdiri. Untuk
menjadi sungguh-sungguh cerdas berarti memiliki skor yang tinggi pada seluruh
kecerdasan majemuk tersebut. Walaupun sangat jarang seseorang memiliki
kecerdasan yang tinggi di semua bidang, biasanya orang yang benar-benar sukses memiliki
kombinasi 4 atau 5 kecerdasan yang menonjol. Albert Einstein, beliau sangat
terkenal jenius di bidang sains, ternyata juga sangat cerdas dalam bermain
biola dan matematika. Demikian pula Leonardo Da Vinci yang memiliki kecerdasan
yang luar biasa dalam bidang olah tubuh, seni arsitektur, matematika, dan
fisika. Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik saja tidak cukup lagi
seseorang untuk mengembangkan kecerdasannya secara maksimal. Justru peran orang
tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih
penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak. Jadi untuk
menjamin anak yang berhasil, kita tidak bisa menggantungkan pada sukses sekolah
semata. Kedua orang tua harus berusaha sebaik mungkin untuk menentukan dan
mengembangkan sebanyak mungkin kecerdasan yang memiliki oleh masing-masing
anak.
SUKSES DAN KECERDASAN
Kecerdasan memang bukan satu-satunya elemen sukses. John Wareham (1992),
mengatakan ada 10 (sepuluh) unsur pokok untuk menjadi eksekutif yang sukses
yaitu :
1. Kemampuan menampilkan pesona diri yang tepat
2. Kemampuan mengelola energi diri yang baik
3. Kejelasan dan kesehatan sistem nilai pribadi dan kontrak-kontrak batin
4. Kejelasan sasaran-sasaran hidup yang tersurat maupun yang tersirat
5. Kecerdasan yang memadai (dalam arti penalaran)
6. Adanya kebiasaan kerja yang baik
7. Keterampilan antar manusia yang baik
8. Kemampuan adaptasi dan kedewasaan emosional
9. Pola kepribadian yang tepat dengan tuntutan pekerjaan
10. Kesesuaian tahap dan arah kehidupan dengan espektasi gaya hidup.
Dale Carnegie (1889-1955), bahkan tidak menyebutkan kecerdasan secara
eksplisit (dalam pengertian umum) sebagai elemen keberhasilan.Beliau mengatakan
bahwa untuk berhasil dibutuhkan 10 (sepuluh Kualitas) yaitu :
1. Rasa percaya diri yang berlandaskan konsep diri yang sehat,
2. Keterampilan berkomunikasi yang baik,
3. Keterampilan antar manusia yang baik,
4. Kemampuan memimpin diri sendiri dan orang lain,
5. Sikap positip terhadap orang, kerja dan diri sendiri,
6. Keterampilan menjual ide dan gagasan,
7. Kemampuan mengingat yang baik,
8. kemampuan mengatasi masalah, stres dan kekuatiran,
9. Antusiasme yang menyala-nyala, dan
10. Wawasan hidup yang luas.
Jadi jelaslah bahwa kecerdasan, yang biasanya diukur dengan skala IQ,
memang bukan elemen tunggal atau tiket menuju sukses. John Wareham,
menyimpulkan hal di atas sesudah ia mewawancarai puluhan ribu calon eksekutif
dan mensuplai ribuan eksekutif ke banyak perusahaan, dalam peranannya sebagai ”
head Hunter ”. Begitu juga Dale Carnegie tiba pada kesimpulannya sesudah ia
mewawancarai banyak tokoh sukses kontemporer pada jamannya dan sesudah membaca
ribuan biografi dan otobiografi orang-orang sukses dari segala macam lapangan
kehidupan.
Simpulan
Dalam pembahasan Inelegensi memang
harus benar-benar dipahami secara teliti biar kita semua bisa tau apa
Intelegensi itu sendiri. Yang lebih penting lagi yang harus dipahami secara
detail dalam pembagian kecerdasan/tingkat kecerdasan, dengan memahami tingkat
kecerdasan itu kita bisa tahu bahwa dalam diri kita ini ada kecerdasan yang
tidak pernah kita sadari meski dalam sekolah-sekolah kita tidak pernah
mendapatkan rangking, orang selalu menganggap bahwa orang yang cerdas adalah
orang yang dapat rangking kelas dan yang bisa jawab soal ujian, namun orang
yang mampu dalam menghias, main musik tidak dianggap kecerdasan. Dari itu,
sangat perlulah kita memahami intelegensi dan tingkat intelegensi biar tidak
ada kesalah pahaman dalam mengartikan intelegensi itu sendiri.
Intelegensi juga mempunyai hubungan dan perbedaan dengan bakat
maupun kreativitas, tapi yang perlu kita ketahui, bakat dan kreativitas adalah
hasil yang didapat dari intelegensi itu sendiri.
Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga
masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan
demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah
pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan
efisien. Kecerdasan merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi yang
membentuk pengetahuan dan kesadaran. Tingkat kecerdasan (Intelegensi)
ditentukan oleh bakat bawaan berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya.
Secara umum intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Kemampuan untuk berpikir abstrak.
2.
Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan
dan untuk belajar
3.
Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
situasi-situasi baru.
Ciri-ciri keberbakatan seseorang adalah, kemampuan di atas rata-rata,
kreativitas, pengikatan diri. Anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki
kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Bakat-bakat
tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi :kemampuan
intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah
satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial. Mengembangkan
kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak.
Peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung
jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak.
Comments
Post a Comment
Jangan lupa komentar yaaa !!!