Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan ibadah siswa kelas VIII Smp Al-Mansuriyah Jakarta Barat
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Manusia
memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman.
Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan social secara efisien dan efektif itulah
yang disebut dengan pendidikan. Pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan,
lingkungan pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.[1]
Keluarga
merupakan lingkungan pertama yang memberikan dasar pendidikan meliputi
keyakinan beragama, moral, pergaulan, dan sikap hidup yang mendukung kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Lingkungan keluarga dijadikan sebagai
teladan dalam beribadah karena sejak awal anak dilahirkan, setiap waktu
diperlihatkan cara-cara beribadah sebagai modal kehidupan akherat.
Pendidikan
agama yang baik merupakan kunci dasar dalam mempersiapkan pribadi anak yang
shalih, namun terkadang orangtua kurang terhadap kurang perhatian terhadap
pendidikan agama anak-anak
mereka, padahal tanggung jawab pendidikan agama yang
pertama kali ada pada orangtua sebelumtanggung jawab itu berpindah kepada orang
lain.
Pentingnya pendidikan agama pada anak yang sumbernya kitabullah dan
sunnatullah :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {١} خَلَقَ
الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {٢} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {٣} الَّذِي
عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {٤} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {٥}
Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling
pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahui.[2]
حَدَّثَنَا
الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تَنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ
هَلْ تُحِسُّ مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ مَنْ
يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا
عَامِلِينَ (رواه أبو داود)
Artinya : Menceritakan kepada kami Al-Qa’nabi
dari Malik dari Abi Zinad dari Al–A’raj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah
saw bersabda : “Setiap bayi itu
dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah kamu
melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana
pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil?” Nabi menjawab: “Allah lah
yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. (H.R. Abu Dawud)[3]
karena anak bagaikan lembaran putih dan bersih yang
bergantung kepada orangtuanya dan orang yang bertugas mendidiknya yaitu guru.
Kita sadar bahwa pentingnya ibadah itu akan timbul dengan baik dan sempurna
apabila nilai-nilai keagamaan itu dipupuk dengan baik dan benar
Banyak kita
dapati di lapangan sikap anak yang tidak mencerminkan nilai keagamaan,
anak-anak sekarang lebih cenderung asyik dengan dunianya sendiri terbawa arus
kehidupan yang berkembang saat ini, sikap keagamaan pada anak yang dikenalkan
oleh keluarga banyak sekali penghalang yang menyebabkan anak tidak sepenuhnya
mengamalkan sikap keagamaan dala kehidupan sehari-hari.
Banyak kita
lihat anak tidak menjalankan sikap kegamaan atau beribadah kepada Allah SWT
dengan maksimal yang sudah mereka ketahui dari yang utama adalah keluarga yang
pertama kali mengajarkan dan mengamalkan adalah
kedua orangtua mereka. Kita ketahui anak lebih cenderung menghabiskan
waktunya dengan bermain, mereka lebih memilih lama-lama bermain dari pada harus
memiliki kewajiban sebagai anak yang mudah melaksanakan ibadah, sikap beragama
yang seharusnya mereka praktekkan dalam kehidupan sehari-hari menjadi
terlupakan dan terabaikan.
Perubahan yang
jelas kita temui sekarang dengan banyaknya anak-anak yang sudah meninggalkan
shalat, mereka merasa tidak takut dan rugi bila tidak mengerjakan shalat bahkan
sebaliknya mereka rugi bila tidak bisa bermain atau melakukan aktifitas mereka,
ini tugas orangtua bahkan guru yang berada di dunia pendidikan formal untuk
menanamkan rasa keagamaan kepada siswa agar setiap mereka berada dimana pun
tidak meninggalkan shalat begitu saja dengan sengaja
Pendidikan
agama dalam keluarga ini merupakan pendidikan luar sekolah, sejak anak baru
dilahirkan sampai ia sudah cukup usia untuk memperoleh pendidikan pada jalur
formal. Jalur pendidikan agama di sekolah dilaksanakan melalui kegiatan
pembelajaran secara berjenjang dan berkesinambungan. Dengan demikian, sekolah
meneruskan pembinaan yang telah diletakkan dasar-dasarnya melalui pendidikan
keluarga sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai peranan
dan tanggung jawab yang tidak sederhana dalm pelaksanaan tugasnya.
Pendidikan
agama sebagai mata pelajaran di sekolah mempunyai peranan penting dalam
menanamkan rasa takwa kepada sang khaliq yang pada akhirnya dapat menimbulkan
rasa keagamaan yang kuat dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang baik sesuai
dengan ajaran-ajaran agama yang di yakini terutama juga dengan melaksanakan
ibadah secara sempurna sebagai bekat di akhirat nanti. Pendidikan agama di
sekolah hendaknya tidak hanya diberikan berupa materi-materi saja, tetapi juga
harus mengadakan praktek jika ada hubungannya dengan perbuatan atau ibadah,
seperti shalat, mengaji dan sebagainya yang berhubungan dengan perbuatan dalam
pendidikan agama.
Dengan
pemberian pendidikan agama di sekolah diharapkan anak didik memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan keyakinan akan agamanya yang ia
anut sehingga menimbulkan kesadaran beragama dengan selalu melaksanakan ibadah
sebagaimana yang telah di perintahkan.
Pendidikan
agama tidak hanya di dapatkan dilingkungan keluarga dan sekolah dan lingkungan masyarakat pun mempunyai peranan penting untuk mendidik
seseorang untuk menambah pengetahuan mengenai ajaran agama. Di lingkungan
masyarakat biasanya sering diadakan pengajian-pengajian untuk menambah wawasan
seseorang mengenai agama dengan segala aspeknya. Lingkungan masyarakat yang
baik dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama akan membuat seseorang bisa
menjadi manusia yang sadar akan kodarnya sebagai makhluk Allah SWT.
Sikap adalah
kesiapan yang kompleks dari seseorang individu untuk memperlakukan suatu objek,
adapun sikap yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kesiapanatau
kecenderungan siswa untuk berinteraksi yang dimanifestasikan dalam bentuk
tingkah laku terhadap materi pelajaran pendidikan agama islam yang diterima
dari guru agama baik dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah. Keagamaan
adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah
laku sesuai dengan kadar ketaatannya pada agama.
Baik lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat, ketiganya saling mendukung
satu sama lain dan hendaknya menjadi satu kesatuan yang bisa menjadikan manusia sebagai insan kamil
dengan selalu menjalankan ajaran agama dengan
sebaik-baiknya yang dapat membawa manusia memperoleh keberuntungan baik di dunia dan di akhirat.
Pendidikan agama menyangkut manusia
seutuhnya, tidak hanya membekali seseorang dengan pengetahuan agama atau
pengembangan intelektualnya saja, tetapi juga mengisi dan menyuburkan perasaan
keberagamaan yang kuat sehingga bisa menjalani kehidupan dengan berpedoman
kepada ajaran agama[4].
Namun demikian, kenyataan yang ada belum memuaskan. Ternyata banyak sekali para
siswa dan siswi yang notabene yang tidak mempreroleh pendidikan agama secara
baik, baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah, dan berada dalam
lingkungan yang bisa dibilang masih minim nilai-nilai ajaran agama,
meninggalkan kewajibannya sebagai seorang hamba dengan mengabaikan pelaksanaan
ibadah. Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti peserta didik
SMP AL-Mansuriyah Jakarta Barat. Karena itu, penulis akan membahas penelitian
dengan judul :
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP
PELAKSANAAN IBADAH SISWA KELAS VIII DI SMP AL-MANSURIYAH JAKARTA BARAT.
- Identifikasi Masalah
Pelaksanaan ibadah dipengaruhi oleh banyak hal, yang
dapat diidentifikasi sebagai berikut, antara lain :
1. Apakah
lingkungan keluarga ada pengaruh dengan Pendidikan Agama Islam?
2. Apakah
factor bimbingan guru mempunyai pengaruh dengan Pendidikan Agama Islam?
3. Bagaimana
proses kegiatan pelaksanaan ibadah di SMP Al-Mansuriyah Jakarta Barat?
4. Bagaimana
kontribusi guru terhadap kegiatan pelaksanaan ibadah di SMP Al-Mansuriyah
Jakarta Barat?
5. Apakah
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berpengaruh dengan pelaksanaan ibadah?
6. Apakah
tingkat keaktifan dalam kegiatan keagamaan Pendidikan Agama Islam berpengaruh
dengan pelaksanaan ibadah?
- Pembatasan Masalah
Dari
latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah yang ada hanya akan
dibatasi sebagai berikut :
1. Pendidikan
Agama Islam suatu proses pembelajaran yang berlangsung baik secara formal
maupun nonformal dengan memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada anak di
lingkungan keluarga sekolah atupun masyarakat.
2. Pelaksanaan
ibadah kemampuan yang dimiliki anak setelah memperoleh pelajaran Pendidikan
Agama Islam di dalam keluarga, maupun di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksaan ibadah disini hanya di batasi pada ibadah sholat, membaca Al-Qur’an
dan puasa pada siswa kelas VIII SMP Al-Mansuriyah Jakarta Barat.
- Perumusan Masalah
Berdasarkan
pembatasan masalah di atas dan untuk menghindari kesimpangsiuran pembahasan dan
penguraian permasalahan, maka masala-masalah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengaruh pendidikan agama
Islam terhadap siswa kelas VIII Di SMP Al-Mansuriyah Kembangan Jakarta Barat?
2.
Bagaimana pelaksanaan ibadah siswa kelas
VIII SMP Al-Mansuriyah Jakarta Barat?
3.
Apakah terdapat pengaruh pendidikan
agama Islam terhadap pelaksanaan ibadah siswa kelas VIII Smp Al-Mansuriyah
Jakarta Barat?
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan
dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara
siswa Smp Al-Manshuriyah yang lebih memahami agama dan kurang memahami agama
dalam hal pelaksanaan ibadah”. Penelitian yang dilakukan mengenai pemahaman pendidikan agama dan
pengaruhnya terhadap pelaksanaan ibadah diharapkan dapat dipergunakan sebagai
bahan masukan yang obyektif :
1.
Bagi Penulis
Menjadi bahan masukan untuk dapat
memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri, serta mampu
meningkatkan kualitas ibadah dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh dan
memenuhi persyaratan untuk memperoleh Sarjana Strata Satu (S1).
2.
Bagi Guru Agama dan Siswa
Sebagai suatu usaha untuk lebih
meningkatkan pemahaman siswa mengenai pendidikan agama, sehingga dapat
memperbaiki kualitas ibadah dalam diri siswa umumnya dan guru agama itu sendiri
pada khususnya.
3.
Bagi Orang tua
Hasil penelitian ini di harapkan dapat
menjadi acuan bagi orang tua dalam
menerapkan pelaksanaan ibadah.
BAB
II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA
BERFIKIR
A. Deskripsi Teoritis
1. Pengertia Pendidikan Agama Islam
a.
Pengertian
Pendidikan Agama Islam
Untuk memudahkan pemahaman tentang
pengertian pendidikan agama, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian
pendidikan dan pengertian agama secara umum.
Bila kita akan melihat pengertian
pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata Arab karena
ajaran islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata “pendidikan” yang umum
kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah”. Pendidikan dan
pengajaran dalam bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “Pendidikan
Islam” dalam bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah Islamiyah”.[5]
Ahmad D.Marimba mengajukan definisi sebagai berikut:
“pendidikan ialah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
BAB
II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA
BERFIKIR
A.
Deskripsi
Teoritis
1. Pengertia Pendidikan Agama Islam
a.
Pengertian
Pendidikan Agama Islam
Untuk memudahkan pemahaman tentang
pengertian pendidikan agama, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian pendidikan
dan pengertian agama secara umum.
Bila kita akan melihat pengertian
pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata Arab karena
ajaran islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata “pendidikan” yang umum
kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah”. Pendidikan dan
pengajaran dalam bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “Pendidikan
Islam” dalam bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah Islamiyah”.[6]
Ahmad D.Marimba mengajukan definisi sebagai berikut:
“pendidikan ialah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama”.[7]
Pendidikan agama
Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak
setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam
serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). Pendidikan
agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan ajaran
Islam.[8]
Prof.
Mahmud Yunus dalam bukunya yang berjudul pokok-pokok pendidikan dan pengajaran,
mengemukakan berbagai pengertian dari para ahli didikan dan ahli filsafat
mengenai pengertian pendidikan yaitu :
1)
Menurut
Plato,seorang filosof yunani, pendidikan adalah mengasuh jasmani dan rohani
supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang mungkin dicapi.
2)
Jules
Simin, filosof Prancis, mengemukakan pengertian pendidikan adalah jalan untuk
merubah akal menjadi akal yang lain dan mengubah hati menjadi hati yang lain.
3)
John
Milton, seorang ahli didik dan ahli syair bangsa Inggris, menjelaskan
pendidikan yang sempurna adalah mendidik anak-anak supaya dapat melaksanakan
segala pekerjaan, baik pekerjaan khusus atau pekerjaan umum dengan ketelitian,
kejujuran, dan kemahiran, baik waktu aman atau waktu perang.
4)
Menurut
Pestalozzi, seorang ahli didik Swiszerland, pendidikan adalah menumbuhkan
segala tenaga anak-anak dengan pertumbuhan yang sempurna dan seimbang.
5)
Pengertian
pendidkan menurut Herbert Spencer, filosof pendidikan bangsa Inggris, adalah
menyiapkan manusia supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna.
6)
James
Mill, filosof Inggris, menurutnya, pendidikan adalah menyiapkan seseorang
supaya dapat membahagiakan dirinya khususnya dan orang lain pada umumnya.
7)
Dan
menurut Sully seorang filosof Inggris yang juga ahli didik dan ahli jiwa,
pendidikan adalah menyucikan tenaga tabiat anak-anak supaya dapat hidup berbudi
luhur, berbadan sehat, serta bahagia.[9]
Lalu, pengertian Islam itu sendiri
adalah “Agama yang diajakan oleh Nabi Muhammad Saw, berpedoman pada kitab suci
Al-Quran, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.”[10]
Pendidikan
agama islam menurut H. M. Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa secara
sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak
didik baik dalam bentuk formal maupun non formal.[11]
Pengertian pendidikan dalam arti
filosofis adalah “pemikiran manusia terhadapmasalah-masalah kependidikan untuk
memecahkan dan menyusun teori-teori baru dengan mendasarkan kepada pemikiran
rasional empiric, rasional filosofis maupun historic filosofis”.[12]
Pendidikan dalam arti praktik merupakan
suatu proses pembelajaran yang berlangsung baik secara formal maupun nonformal
dengan memberikan pengetahuan dan bimbingan secara langsung kepada seseorang
sehingga orang tersebut dapat memperoleh pengetahuan dan dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal. Pengertian umum ibadah tersebut
termasuk segala bentuk hokum, baik yang dapat dipahami maknanya (ma’qulat
al-ma’na) seperti hokum yang menyangkut dengan muamalat pada umumnya, maupun
yang tidak dipahami maknanya (ghairu ma’qulat al-ma;na), seperti bersuci dan
shalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud
maupun yang berhubungan dengan lidah seperti dzikir dan berhubungan dengan hati
seperti niat.
Pendidikan agama menurut pandangan Islam adalah “al-diin yaitu nasehat.
Al-diin adalah agama islam yang di bawa Rasulullah untuk menyelamatkan manusia
di dunia dan akherat dan mereka harus tunduk patuh di bawah ketentuan yang
berlaku di dalamnya”.[13]
Menurut Wilhelm Wundt (1832-1920) bahwasanya pendidikan adalah ilmu yang
menyelidiki pengalaman perasaan, pancaindra, merasa ada sesuatu, berfikir dan
kemauan.[14]
Menurut Harun Nasution agama adalah
ajaran-ajaran yang diwahyukan tuhan melalui Rasul.[15]
Pendidikan agama Islam
adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan serta teori-teori yang
dibangun untuk melaksanakan praktik pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai
dasar Islam yang
terkandung dalam al-Qur’an dan Hadist.[16]
Berdasarkan pengertian pemahaman dan
pendidikan agama seperti diuraikan di atas, maka bila dirangkaikan bahwa
pendidikan agama adalah usaha manusia untuk membantu, melatih, dan mengajarkan
kepada anak didik bagaimana mendapatkan pengetahuan, ilmu intelektual dan
pengalaman serta kemampuan seseorang untuk mempertahankan sesuatu yang dianggap
benar, membedakan mana yang termasuk perbuatan baik dan buruk, memberikan
contoh yang baik kepada sesama, dapat menerangkan sesuatu hal yang dapat
dipahami dan lain sebagainya. Apabila seseorang telah memahami ajaran agama tersebut,
meyakini dan mengamalkan semua perintah dan laranga dari ajaran agama tersebut,
maka keyakinannya yang telah menjadi bagian integral dari kepribadiannya itulah
yang akan mengawasi segala perbuatannya baik lahir maupun batin.Masa remaja
adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang
bertentangan satu sama lain. Misalnya rasa ketergantungan kepada orangtua,
belum lagi dapat dihindari, mereka ingin orang tua tidak ingin banyak ikut
campur dalam urusan pribadinya. Di antara sumber kegelisahan remaja yang
penting pula, adalah tampak adanya perbedaan antara nilai-nilai moral dan
kelakukan orang-orang dalam kenyataan hidup. Misalnya ia mendapatkan didikan
bahwa berdusta itu tidak baik, tapi ia melihat banyak orang yang berdusta dalam
pergaulan hidup ini. Pertentangan antara nilai-nilai agama yang mereka pelajari
dengan sikap dan tindakan orangtua, guru-guru, sangat menggelisahkan remaja, mungkin
menyebabkan mereka menjadi benci kepada guru-guru ataupun pimpinan-pimpinan
tersebut. Bahkan menyebabkan mereka acuh terhadap atau benci terhadap agama.[17]
b.
Fungsi
Pendidikan Agama Islam
Fungsi
Pendidikan Agama Islam menurut Muhaimin adalaha:
1)
Mengembangkan
pengetahuan teoritis, praktis dan fungsional bagi peserta didik.
2)
Menumbuh
kembangkan kreatifitas, potensi-potensi fitrah peserta didik.
3)
Menyiapkan
tenaga kerja yang produktif
4)
Meningkatkan
kualitas akhlak dan kepribadian, menumbuhkan nilai-nilai insani dan Ilahi.
5)
Membangun
peradaban yang berkualitas di masa depan.[18]
c.
Materi
Pendidikan Agama Islam
Bertujuan untuk menumbunhkan akidah
melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya
kepada Allah swt. Serta mewujudkan manusia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin ibadah, bertoleransi dll.
Sehingga keharmonisan secara personal dan social serta mengembangkan budaya
agama dalam komunikasi sekolah.
Pada lembaga pendidikan formal
(sekolah), materi sudah ditentukan oleh pemerintah melalui kurikulum
pendidikan. Lain halnya pada lembaga non formal seperti majelis ta’lim itu
sendiri, disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Diantara pemberatasan
buta huruf al-Qur’an, penanaman aqidah, fiqih serta hal-hal yang berhubungan
dengan masyarakat.
Dalam
sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan
disajiakan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti
maupun materi lokal. Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi
pengadilan dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah
pengembangan keanekaragaman kebinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan.
Dengan demikian jiwa dan semangat Bhineka Tunggal Ika dapat ditumbuh
kembangkan.
d.
Ciri-ciri
Pendidikan Agama Islam
Salah satu unsur penting dari proses pendidikan
adalah pendidik. Di pundak pendidik terletak tanggung jawab yang amat besar
dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang di
cita-citakan. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan Cultural Transision
yang bersifat dinamis ke arah suatu perubahan secara kontinu, sebagai sarana
vital bagi membangun kebudayaan dan peradaban peserta didik, baik spiritual,
intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan psikis peserta didik.
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki
tanggung jawab untuk mendidik.[19] sementara secara khusus, pendidik dalam prespektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi efektif, kognitif,
maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[20]
Berdasakan pengertian di atas dapat dipahami bahwa
pendidik dalam prespektif pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab
terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai tingkat kedewasaan
sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaanya (baik sebagai Kahlifah
Fil Ardh maupun Abd) sesuai dengan nilai ajaran Islam.
Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan
hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas di sekolah tetapi semua orang
yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak kandungan hingga ia
dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.
Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama dan utama
yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta
didik adalah kedua orang tua. Islam memerintahkan kedua orang tua untuk mendidik
diri dan keluarga, terutama bapak-anaknya, agar terhindar dari adzab yang
pedih.
Hal
ini tercermin dalam firman Allah.
يَا أيُهَا
الَّذِيْنَ اَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلَيْكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَيَعْصُونَ اللهَ مَا
أمْرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ( التحريم : ٦ )
Artinya
hai orang-orang yang beriman ,
periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkannya kepada mereka. (Q.S At-Tahrim 6)[21]
Karena kedua orang tua harus mencari nafkah untuk memenuhi seluruh
kebutuhan keluarganya, terutama kebutuhan material, maka orang tua kemudian
menyerahkan anaknya kepada pendidik di sekolah untuk di didik. Pekerjaan
menyelamatkan dan pembangunan generasi sekarang dan yang akan datang itu tidak
ringan, semua kalangan harus memperhatikan, terutama keluarga, sekolah,
pemimpin-pemimpin dan orang berwenang dalam masyarakat, khusus pemerintah.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan generasi
yang akan datang itu harus serentak dilakukan oleh rumah tangga, sekolah dan
masyarakat maka:
1)
Pendidikan di Keluarga
Berkata
Anas bin Malik ra. Bahwa Nabi SAW bersabda: anak itu di aqiqahi pada hari ke
tujuh dan diberi nama serta dihilangkan kotorannya. Jika sampai umur enam tahun
maka di didik, jika sampai umur sembilan tahun maka dipisahkan tempat tidurnya,
jika telah sampai usia tiga belas tahun maka dipukul kalau ia meninggalkan
sholat, dan jika ia sudah berusia enam belas tahun maka ayahnya mengawinkannya.
Kemudian beliau memegang tangannya sambil bersabda: “aku telah mendidikmu dan
mengajarmu serta menikahkan kamu. Aku berlindung kepada Allah dari fitnah
Engkau di dunia dan siksa Engkau di akhirat”.[22]
2)
Pendidikan di Sekolah
Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari
pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan
dalam keluarga. Disamping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak
yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan masyarakat kelak.
Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta
didiknya didasarkan atas kepercayaan dan tuntutan lingkungan keluarga dengan
masyarakat yang tidak mampu atau mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
pendidikan di lingkungan masing-masing, mengingat berbagai keterbatasan yang
dimiliki oleh orang tua anak. Namun tanggung jawab pendidikan khususnya
pendidikan Islam tetap berada di tangan kedua orang tua. Sekolah hanya meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah
diletakkan dasar-dasarnya oleh pendidikan keluarga sebagai pendidikan informal.
Sekolah lebih bertanggung jawab terhadap pendidikan
intelek (kognitif) serta pendidikan keterampilan (psikomotor)
yang berhubungan dengan kebutuhan anak didik di dalam masyarakat nanti dan yang
sesuai dengan tuntutan masyarakat nanti. Tentu saja tidak berarti bahwa guru
boleh mengabaikan begitu saja pendidikan untuk anak didiknya. Sekolah
berkewajiaban dan bertanggung jawab atas hasil pelajaran yang telah diberika
kepada anak didik, yang umumnya keluarga tidak mampu memberikannya. sedangkan
etika / sikap (afektif) yang diberikan di sekolah merupakan bantuan terhadap
pendidikan yang telah di laksanakan oleh keluarga.
3)
Pendidikan di Masyarakat
Masyarakat, besar pengaruhnya
dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat
atau penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja
menghendaki agar setiap anak didik menjadi masayarakat yang taat dan patuh
menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarga, kelompok kelas dan
sekolahnya. Bila anak sudah besar diharapkan menjadi anak yang baik pula
sebagai warga desa, kota dan negara.[23]
Subyek yang dibimbing (peserta didik),
orang yang membimbing (pendidik), interaksi antara peserta didik dengan
pendidik (interaksi edukatif), serta menganalisis karateristik materi yang
ingin di capai melalui tingkatan pengetahuan, mentsl dan tindakan sehingga
tercapailah tujuan yang diharapakan oleh pendidik dan peserta didik
2.
Ibadah
a.
Pengertian
Ibadah
berdasarkan kepada
perbedaan nazhar (pandangan) para ahli dan maksud yang dikehendaki oleh
masing-masing ahli ilmu.[24]
Sedangkan beribadah menurut pengertian ahli tasawuf ibadah itu terbagi menjadi
tiga :
Pertama, beribadah
kepada Allah karena mengharap benar akan memproleh pahala-Nya atau karena takut
akan siksa-Nya.
Kedua,beribadah kepada
Allah karena memandang bahwa ibadah itu perbuatan mulia, dilakukan oleh orang
yang mulia jiwanya.
Ketiga, beribadah
kepada Allah karena memandang bahwa Allah berhak disembah, dengan tidak
memperdulikan apa yang akan dierima, atau diperoleh dari pada-Nya.[25]
Ahli
bahasa mengartikan kata ibadah dengan taat, arti ini dipergunakan dalam firman
Allah yang berbunyi :
أَلَمْ عْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ
أَنْ لا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Artinya : “ Apakah aku tiada pesanku kepadamu, wahai anak adam, yaitu jangan kamu
mentaati syaitan, bahwasanya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”
(Q.S. Yasiin/36 : 60)[26]
Selain itu juga, kata
ibadah ini diartikan berdoa, seperti firman Allah :
لَكُمْ
أَسْتَجِبْ
ادْعُونِي
رَبُّكُمُ
وَقَالَ
Artinya : “Berdoalah kepadaku maka akan ku kabulkan” (Q.S. al-Muminun/40 : 60)[27]
b.
Perintah
Melaksanakan Ibadah
Di dalam al-Qur’an banyak sekali
ayat-ayat yang meyatakan perintah kepada hamba Allah untuk melaksanakan ibadah.
Ibadah dalam Islam
sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti penyembahan yang
terdapat dalam agama-agama primitive, melainkan sebagai perwujudan rasa syukur
atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah atas hambah-hambah-Nya. Adapun
ayat-ayat yang menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah tersebut di
antaranya sebagai berikut :
1).
Surah An-Nahl ayat 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ
اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ
الضَّلاَلَةُ فَسِيْرُوا فِي الاَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الْمُكَذِّبِيْنَ (النحل :٣٦
Artinya
: “Dan sesungguhnya kami telah utus rasul
pada tiap umat. Sembalah Allah saja dan jauhilah thaghut itu, maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah da nada pula yang di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya”. (Q. S. al-Nahl
16/36)[28]
2). Surah
Al-Anbiya ayat 25
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُوْلٍ إِلاَّ نُوحِي إلَيهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ أَنَا
فَا
عْبُدُونِ (الأنبياء:٢٥ )
Artinya
: “Dan kami tidak mengutus seorang
rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya. Bahwasanya tidak ada
tuhan melainkan aku, maka sembalah olehmu sekalian akan aku” (Q. S.
al-Anbiya 21/25).[29]
3).
Surah Al-Anbiya ayat 92
إِنَّ
هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْنِ
(الأنبياء:٩٢ )
Artinya
: “Sesunggunya ini adalah agama kamu
semua. Agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembalah Aku” (Q. S.
al-Anbiya 92/25)[30]
c. Bentuk-Bentuk Ibadah
Dalam syariah Islam, ibadah mempunyai
dua unsur, kedudukan dan kecintaan yang paling dalam kepada Allah Swt, unsur
yang tertinggi adalah kedudukan, sedangkan kecintaan merupakan implementasi
dari ibadah.[31]
Dari segi pelaksanaannya ibadah terbagi
kepada :
1.
Ibadah Jasmaniyah dan Ruhaniyah yaitu
ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani dan ruhani seperti shalat
puasa dan membaca Al-Qur’an
2.
Ibadah Ruhaniyah dan Maliyah yaitu
ibadah yang dilaksanakan dengan mengunakan jasmani ruhani dan harta sekaligus
seperti haji
Menurut
Ibnu Tamiyah, ibadah Mencangkup semua bentuk cinta kerelaan kepada Allah, baik
dalam perkataan maupun perbuatan lahir dan batin, bahkan Ibnu Tamiyah
menambahkan bahwa semua ajaran itu termasuk ibadah, jika diklafikasikan menjadi
beberapa kelompok saja yaitu:
1.
Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun
syariat Islam seperti solat, puasa, zakat dan haji.
2.
Semua yang berhubungan dengan tambahan
dari kewajiban-kewajiban dalam bentuk ibadah sunnah.
3.
Semua bentuk hubungan sosial yang baik
serta pemenuhan hak-hak manusia.
4.
Akhlak insyaniyyah seperti benar dalam
bicara
5.
Akhlak rabbaniyah seperti mencintai
Allah dan Rasul-Rasulnya[32]
B.
Kerangka
Berfikir
Sikap dan kepribadian seseorang yang
telah memiliki pemahaman tentang ajaran agama akan berbeda jika dibandingkan
dengan seseorang yang tidak, belum, atau kurang memahami pemahaman ajaran
agama. Perbedaan tersebut akan terlihat dalam sikap dan perbuatannya sehari-hari.
Seseorang yang telah memahami ajaran agamanya cenderung akan melakukan
perbuatan-perbuatan yang dibolehkan dalam agamanya dan selalu melaksanakan
kewajiban-kewajibannya selaku hamba
Allah. Orang tersebut juga akan selalu berusaha agar ia tidak melakukan hal-hal
yang dilarang bahkan diharamkan dalam ajaran agamanya.
Kaitannya dengan ibadah, seperti shalat,
puasa dan mengaji merupakan hal yang diwajibkan dalam ajaran agama Islam yang tidak boleh ditingglkan oleh
setiap muslim. Kewajiban tersebut harus selalu dilakukan pada waktu-waktu yang
telah ditentukan. Shalat dilakukan 5 waktu dalam sehari semalam, puasa wajib
dilakukan ketika bulan Ramadhan, dan mengaji harus selalu dilakukan setiap
harinya.
Tinggi rendahnya tingkat pelaksanaan
ibadah seseorang dapat ditentukan dari tinggi rendahnya pemahaman ajaran agama
yang dimilikinya. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan ada orang yang
memiliki pengetahuan agama yang sangat luar biasa meninggalkan ibadah dan
bahkan melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Agar lebih jelasnya uraian
krangka berfikir tersebut dengan skema sbb :
Gambar 1.
Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap
Pelaksanaan Ibadah Siswa Kelas VIII Di Smp Al-Mansuriyah Jakarta Barat.
Pendidikan Agama Islam
(Variabel X)
|
-
Meningkatkan kualitas akhlak
-
Pembiasaan
-
Menumbuhkan aqidah
-
Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
|
Pengaruh
|
Keluarga
Sekolah dan
Masyarakat
|
Pelaksanaan Ibadah
(Variabel Y)
|
A.
Sholat
lima waktu
B.
Puasa wajib dan sunnah
C.
Membaca
Al-Qur’an
|
C.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara
sebelum dilakukan pembuktian sesungguhnya berdasarkan deksripsi teori kerangka
diatas. Maka hipotesis penelitian terdapat pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap
pelaksanaan ibadah siswa kelas VIII di SMP Al-Mansuriyah Jakarta Barat.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan peumusan masalah yang telah diuraikan di muka tadi peneliti bertujuan
untuk mengetahui :
1.
Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam dalam sekolah pada siswa di SMP Al-Mansuriyah Jakarta Selatan.
2. Bagaimana
pelaksanaan ibadah siswa di SMP Al-Mansuriyah Jakarta Barat.
3. Dan
membuktikan ada tidaknya pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadappelaksanaan
ibadah di SMP Al-Mansuriyah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat
Penelitian
a.
Letak geografis
Penlitian ini dilaksanakan di SMP
Al-Mansuriyah JL. Raya Kembangan Baru No.109 Kelurahan Kembangan Utara
Kecamatan Kembangan Jakata Barat. Ditinjau dari letak geografisnya SMP Al
Manshuriyah Kembangan berbatasan dengan.
Sebelah Utara : Rumah Penduduk
Sebelah Selatan :Dekat dengan Pusat Pemerintahan Administrasi Jakarta Barat (walikota)
Sebelah Barat : Rumah Penduduk
Sebelah Timur : Rumah Penduduk
b.
Profil Sekolah
1)
Visi dan Misi
SMP Al-Mansuriyah
a) Visi
SMP Al Manshuriyah
Membina
siswa agar bertaqwa kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, Berdisiplin,
Bertanggung Jawab, dan Terampil yang berguna bagi Nusa, Bangsa dan Negara
b) Misi
SMP Al Manshuriyah
Mewujudkan
generasi yang bertaqwa dan beriman.
Membentuk generasi
bangsa yang punya pengetahuan dan wawasan yang luas
(a) Menciptakan sumber daya manusia yang
terampil, kreatif, dan mempunyai motivasi.
(b) Membina generasi yang berdisiplin,
bertanggung jawab dan berakhlakul karimah (berperilaku yang baik).
Menyiapkan lulusan untuk dapat
melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi.
2)
Tujuan SMP Al
Manshuriyah
a)
Membentuk siswi yang memiliki keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa.
b)
Mempersiapkan siswa untuk dapat memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c)
Membekali siswa agar memiliki
keterampilan dalam persiapan memasuki dunia kerja.
d)
Mendidik siswa agar mampu mandiri dalam
menghadapi tantangan hidup.
3)
Keadaan Siswa SMP Al-Mansuriyah
Table 1
Data Siswa SMP Al-Mansuriyah
Tahun Ajaran 2015/2016
No.
|
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
|||
1.
|
VII
|
80
|
89
|
191
|
2.
|
VIII
|
94
|
97
|
169
|
3.
|
IX
|
92
|
108
|
200
|
Jumlah
|
226
|
294
|
560
|
Sumber Data : TU SMP Al-Mansuriyah
4)
Keadaan Guru danTenaga pendidik
Table
2
Daftar
Guru Bedasarkan Mata Pelajaran
SMP
Al-Mansuriyah
Tahun
Pelaaran 2015/2016
No
|
Nama
|
JK
|
Jabatan
|
Bidang
Studi
|
1
|
H.
Hamdani, SH
|
L
|
Kepala
sekolah
|
PKN
|
2
|
Drs.
H. Abd. Rokhman , MM
|
L
|
Wakasek.
Kurikulum
|
IPS
|
3
|
Hj.
Fauziah, S.Ag
|
P
|
Wakasek.
kesiswaan
|
FIQIH
|
4
|
Hj.
Eliyah, S.Pd.I
|
P
|
Guru
|
Aqidah
Akhlak
|
5
|
H.
Moh. Zein, S.Pd.I
|
L
|
Guru
|
PAI,
Tajwid
|
6
|
H.
Abdul Haris, S.Pd.I
|
L
|
Guru
|
Bahasa
Inggris
|
7
|
Sa’aduddin
atap tazani, S.Pd.I
|
L
|
Guru
|
SBK
|
8
|
Hj.
Sopiah , S.Ag
|
P
|
Guru
|
PLKJ
B.Arab
|
9
|
H.M.Najihun,
S.Thi
|
L
|
Guru
|
Bhs.Indonesia
|
10
|
H.sufyan,
S.Ag
|
L
|
Guru
|
Tata
Boga
|
11
|
Hj.
Lis Rogaya, S.s
|
P
|
Guru
|
IPA
|
12
|
M.Ishaq
Zainul M, S.Ag
|
L
|
Guru
|
BK
|
13
|
Maswani,
S.Pd.I
|
P
|
Guru
|
Bhs.
Indonesia
|
14
|
Fadlan
Nur, S.Pd.I
|
L
|
Guru
|
Matematika
|
15
|
Misbatullah,S.Ag
|
P
|
Guru
|
TU
|
16
|
Nur
Amaliah Mardiawati,
|
P
|
Guru
|
Bhs.
Inggris
|
17
|
Ahmad
azhari, S.Kom
|
L
|
Guru
|
TIK
|
18
|
Syifa
Awaliyah, S.Pd
|
P
|
Guru
|
Matematika
|
19
|
Feriyana
sari, S.Pd
|
P
|
Guru
|
IPS
|
20
|
Sony
Sulistyo, S.Pd
|
L
|
Guru
|
Matematika
|
21
|
Isyfiyati,
S.Pd
|
P
|
Guru
|
IPA
|
22
|
Faridah,
S.Ag
|
P
|
Guru
|
Aqidah
akhlak
|
23
|
Jaronah,S.Pd.i
|
P
|
Guru
|
Tata
Boga
|
24
|
Drs.H
Salbini
|
L
|
Guru
|
Bahasa
Arab
|
25
|
Fella
Yessi Winengku
|
P
|
Guru
|
TIK
|
26
|
M.Daud
|
L
|
Guru
|
Penjas
|
27
|
Evi
Maryati, S.km
|
P
|
Guru
|
PKN
|
28
|
H.
Ahmad Muzofar, S.E
|
L
|
Guru
|
Bahasa
Arab
|
29
|
Abdul
Aziz, S.Pd.i
|
L
|
Guru
|
Aqidah
Akhlak
|
30
|
Rully
Setiawan
|
L
|
Guru
|
Pemb.
OSIS
|
31
|
Syamsudin,
ST
|
L
|
Guru
|
TIK
|
32
|
Ahmad
Maulana
|
L
|
Guru
|
Fiqh
|
Sumber Data : TU SMP Al-Mansuriyah
a)
Latar
Belakang Pendidikan Guru
No
|
Pendidikan
|
Status
|
Jumlah
|
Keterangan
|
|
PNS
|
Honorer
|
||||
1
|
Diploma
|
-
|
1
|
1
|
|
2
|
Strata satu
|
-
|
25
|
25
|
|
3
|
Megister
|
-
|
1
|
1
|
|
4
|
S3
|
-
|
2
|
2
|
|
Sumber
Data : TU SMP Al-Mansuriyah
b)
Data
Tenaga Kependidikan
No
|
Jenis Tugas
|
jumlah
|
Status
|
PENDIDIKAN
|
|||
PNS
|
Honorer
|
SMP
|
SMA
|
≤D1
|
|||
1
|
Tata Usaha
|
1
|
|
1
|
|
|
1
|
2
|
Cleaning Service
|
1
|
|
1
|
|
1
|
|
3
|
Satpam
|
1
|
|
2
|
|
2
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
Sumber
Data : TU SMP Al-Mansuriyah
5)
Sarana dan Prasarana
Untuk keberhasilan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajran di sekolah tidak terlepas dari tersedianya sarana dan
prasarana yang dibutuhkan, sarana dan prasarana dalam pendidikan akan
memberikan pengaruh baik pada peningkatan mutu serta kualitas pendidikan di
sekolah tersebut. Sarana dan prasarana yang dimiliki Smp Al-Mansuriyah dapat
dilihat pada table berikut :
Table
3
Data
Sarana dan Prasarana Smp Al-Mansuriyah Jakarta Barat
Tahun
2015/2016
Jenis
Ruang
|
Jumlah
|
Kondisi
|
Ruang
Kepala Sekolah
|
1
|
Baik
|
Ruang
Tata Usaha
|
1
|
Baik
|
Ruang
Guru
|
2
|
Baik
|
Ruang
Kelas
|
11
|
Perlu
direhab
|
Perpustakaan
|
1
|
Perlu
direhab
|
Mushalah
|
1
|
Baik
|
Wc
Guru
|
2
|
Baik
|
Wc
Siswa
|
2
|
Perlu
direhab
|
Kantin
|
1
|
Perlu
direhab
|
Koperasi
|
1
|
Baik
|
2.
Waktu Penelitian
Table
4
Jadwal
Kegiatan Penelitian
NO
|
KEGIATAN
|
PELAKSANAAN
|
||||||||||||||||||||||||
MARET
|
APRIL
|
MEI
|
JUNI
|
JULI
|
AGUSTUS
|
|||||||||||||||||||||
1
|
Penyusunan
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Seminar
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pengumpulan
Dokumentasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Penyusunan
Instrumen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyebaran
Angket
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Pengelolaan
Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Penyusunan
Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Pengesahan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C.
Variabel
Penelitian
Variabel dapat diartikan bermacam-macam.
Dalam tulisan ini variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi
objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian itu
sebagai factor-faktor yang berperanan dalam Peristiwa atau gejala yang akan
diteliti.[33]
Sedangkan kata “variabel” berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti “ubahan”, “factor yang tak tetatap”, atau
“gejaga yang dapat diubah-ubah”. Variabel pada dasarnya bersifat kuaitatif
namun dilambangkan dengan angka.[34]
Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel, yaitu pemahaman pendidikan agama sebagai variabel bebas disebut juga
variabel X dan pelaksanaan ibadah sebagai variabel terikat disebut juga
variabel Y[35]
1. Pendidikan
Agama
Dalam penelitian ini, pemahaman
Pendidikan Agama adalah variable X (Variabel Bebas). Variabel X ini bisa
mempengaruhi/berpengaruh terhadap variabel yang lain. Untuk mengetahui tingkat
pemahaman Pendidikan Agama Islam pada siswa SMP Al-Mansuriyah, penulis
memberikan tes yang soal-soalnya disusun sendiri oleh penulis dan menyebar
angket yang berisikan 20 soal sehingga dari hasil tes yang dilakukan diperoleh
dua kelompok sempel, yaitu kelompok yang lebih memahami agama dan kelompok yang
kurang memahami agama.
2. Pelaksanaan
ibadah
Dalam penelitian ini, pelaksanaan ibadah
merupakan variabel Y (Variabel Terikat). variabel Y ini biasanya dipengaruhi
oleh variabel X. Untuk mengetahui sejauh mana pelaksaan ibadah siswa, penulis menyebarkan
angket yang berisi 20 soal, penulis memberikan sekor pada setiap jawaban yang
diberikan siswa
D.
Metodologi
Penelitian
1.
Metode Penelitian
Metode
penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif yaitu metode
penelitian yang mendeskripsikan gagasan manusia tanpa suatu analisis yang
bersifat kritis, dan dapat diartikan pula sebagai proses pemecahan masalah yang
diselidiki dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya.[36]
Untuk memperoleh data, maka digunakan penelitian lapangan (field research)
yaitu penelitian untuk memperoleh data lapangan.
2.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.[37]
a.
Populasi Target
Seluruh siswa/i sekolah SMP
Al-Mansuriyah berjumlah 560 siswa/i
b.
Populasi Terjangkau
Jumlah
Terjangkau =
Jumlah Terjangkau =
Jumlah Terjangkau =
7.14 %
Dengan pengertian ini, yang menjadi sempel dalam penelitian adalah siswa
dan siswi sekolah SMP Al-Mansuriyah kelas VIII dengan 7.14% sebanyak 40 siswa
dan siswi dari jumlah populasi. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan
teknik simple random sampling , yaitu
teknik untuk mendapatkan sempel yang langsung dilakukan pada populasi, sehingga
setiap anggota dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
sampel atau mewakili populasi., yaitu teknik untuk mendapatkan sempel yang
langsung dilakukan pada populasi, sehingga setiap anggota dalam populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel atau mewakili populasi.[38]
3.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam
mengumpulkan data sangat dibutuhkan adanya teknik yang tepat dan relevan dengan
jenis data yang ingin dicari. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
a.
Observasi
Observasi merupakan
semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian,
menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya, sedangkan metode observasi adalah
standar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan
prosedur yang standar.[39]
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kondisi umum pada SMP
Al-Mansyuriah.
b. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya untuk dipilih,
atau telah disediakan tempat untuk mengisi jawabnnya.[40]
Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana
Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Mansyuriah. Dan ingin memperoleh sejauh mana
pelaksanaan ibadah itu sendiri di SMP Al-Mansyuriah, angket ini masing-masing
terdiri dari 20 pertanyaan dan 5 opsi mengenai pengaruh Pendidikan Agama Islam
terhadap pelaksanaan ibadah
c. Wawancara
Teknik wawancara penulis lakukan karena
peranan guru agama dan kepala sekolah sangat besar untuk meningkatkan
pengetahuan dan bisa menambah kesadaran para siswa untuk melaksanakan ibadah.
Karena itulah penulis menganggap penting mencari informasi dari kepala sekolah
SMP Al-Mansyuriah.
4
Teknik Pengelohan dan Analisis Data
a.
Teknik
Pengolahan
Setelah data terkumpul, langkah
selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data. Adapun teknik pengolahan data,
sebagai berikut :
1).
Skorsing : mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari responden
ke dalam kategori-kategori, klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda
atau skor berbentuk angka pada masing-masing jawaban.
2).
Tabulating : membuat tabel-tabel untuk memasukkan jawaban- jawaban
responden yang kemudian dicari prosentasinya untuk dianalisa.[41]
Setelah data-data
diolah langkah selanjutnya adalah menganalisis data
b.
Analisis
Data
Analisis
data yang dimaksud penulis yaitu berusaha untuk memberikan uraian mengenai
hasil penelitian tentang ada atau tidaknya hubungan profesionalisme guru dengan
prestasi belajar siswa. Penulis dalam hal ini menggunakan taknik analisis data
sebagai berikut :
1). Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk mengetahui
besarnya prosentase jawaban angket dari responden. Rumus yang digunakan ialah :
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
2). Analisis
Korelasi
Untuk menganalisis kedua variabel digunakan
teknik analisis korelasi dengan rumus product moment dari Karl Pearson,
uji signifikansi dan koefesiensi determinan. Untuk mengetahui tingkat korelasi
antara profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa, digunakan rumus
korelasi Product Moment, yaitu salah satu teknik mencari korelasi antara
dua variabel dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan
:
rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment
N = Number of cases
Ʃxy = Jumlah hasil perkalian antara
sector x dan sektor y
Ʃx = Jumlah seluruh sector x
Ʃy = Jumlah seluruh sector y
Analisis Product
Moment dimaksudkan untuk mencari indek korelasi antara variabel X dan Y
serta untuk mengetahui apakah hubungannya erat, cukup atau lemah.
3). Interpensi Data
Interpensi data terhadap angka indeks korelasi “r” Product
Moment yang telah diperoleh dari hasil perhitungan dilakukan dengan dua
cara, sebagaimana Anas Sudijono dalam bukunya yang berjudul “Pengantar
Statistik Pendidikan,” yaitu :
a)
Memberikan
interpretasi terhadap angka indeks korelasi product moment secara kasar
(sederhana). Pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut :[42]
Tabel 5
Nilai “r” Product Moment
Besarnya “r” Product Moment (rxy)
|
Interpretasi
|
0,00 - 0,20
0,20 – 0,40
0,40 – 0,70
0,70 – 0,90
0,90 – 1,00
|
Antara Variabel X dan Variabel Y
memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat
rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi)
Antara Variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau rendah
Antara Variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang sedang atau cukup
Antara Variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
Antara Variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
|
b)
Memberikan interpretasi terhadap angka indeks
korelasi product moment, dengan cara berkorelasi pada tabel nilai “r” product
moment. Dengan cara ini langkah secara berurut adalah sebagai berikut :
(1). Merumuskan atau membuat
hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho)
Ha :
Terdapat korelasi positif dan signifikan antara variabel X dan Y
Ho :
Tidak terdapat korelasi positif dan signifikan antara variabel X dan Y
(2). Menguji kebenaran atau
kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan di atas tadi (maksudnya yang
diterima Ha atau Ho?) dengan jalan membandingkan besarnya “r” yang telah
diperoleh dalam proses perhitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r”
yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment (rt), dengan
terlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degree of freedom-nya
(df) menggunakan rumus sebagai berikut :
df =
N ̶
nr
Keterangan :
df : degree
of freedom
N : number
of cases
nr :
banyaknya variabel yang dikorelasikan
(3). Untuk mengetahui besarnya
kontribusi variabel X terhadap variabel Y dilakukan dengan cara menentukan
koefisien determinasi dengan rumus :
KD = rxy2
x 100 %
Keterangan
:
KD = Kontribusi Variabel X terhadap Variabel
Y
r2 =
Koefisien Korelasi antara Variabel X terhadap Variabel
5 Pengajuan
Hipotesis
Untuk mengetahui apakah memang secara
signifikan terdapat perbedaan atau tidak tingkat pelaksanaan ibadah antara
kedua kelompok, yakni kelompok yang lebih memahami agama dan kelompok yang
kurang memahami agama, maka sebelum melakukan perhitungan, penulis terlebih
dahulu mengajukan hipotesa alternative (Ha) dan hipotesis nihil (Ho) sebagi
berikut :
Ha
|
Antara kelompok yang lebih memahami
agama dan kelompok yang kurang memahami
agama, terdapat perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah secara
signifikan.
|
Ho
|
Antara kelompok yang lebih memahami
agama dan kelompok yang kurang memahami
agama, tidak terdapat perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah secara
signifikan.
|
[1] Prof. Dr Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005) h. 162
[2] Dapartemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Jakarta:
2008) h. 428
[3]Kitab 9, Hadist Abu Dawud, h. 1032
[4] Drs. H. Zuhairi, Metodologi Pendidikan Agama, (Malang :
Biro Ilmiah, 1983) h. 20
[5] Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan
Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), h.25
[6] Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan
Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), h.25
[8] Zakiyah Darajat, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara , 1995), cet.ke-1,h.86.
[9] H. Mahmud Yunus, Pokok-Pokok
Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990),
cet ke-3 h. 5
[10] Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.340
[11] M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,
1996)
[12] H.M. Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajaran
Offes, 1996), cet. Ke-1 h. 89
[13] Khairunnas Rajab, Psikologi Agama, (Jakarta: Lentera Ilmu
Cendaka, 2014) h. 28
[14] Ibid h. 29
[15] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,
(Jakarta : UI Pres, 1984), cet. Ke-2 h. 10
[16] H.M. Thoha, op. cit, h. 99
[17] Prof.Dr. Zakiah Daradjat, Ilmu kejiwaan ,(Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 2009) cet. Ke-17 h. 93
[18]
Drs. Hj. Nur Ubhiyati, Ilmu
Pendidikan Islam, (Bandung: Cv. Pustaka Setia, 1999), Cet. ke-2 h. 35
[21] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Teremahannya, (Jakarta :
Copyright, 2009), h. 560
[22]
Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al Jawi, Terjemah Tanqihul Qoul,
(Semarang: CV Toha Putra Semarang, 1993), h.208.
[23]
Sultan, “Keluarga, Sekolah dan Masyarakat” diakses pada tanggal 21 mei
2016 dari http://sultanmp.blogspot.com/2010/04/keluarga-sekolah-dan-masyarakat-dalam.html
[24] Tengku Muhammad Hasbi Ash
Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra,2000) h. 1
[25] Ibid h. 4-5
[26] Depatermen Agama Al-Qur’an dan Teremahannya, h. 440
[27] Ibid Al-Qur’an dan Terjemahannya h. 342
[28] Ibid Al-Qur’an dan Terjemahannya h. 267
[29] Ibid Al-Qur’an dan Terjemahannya h.322
[30] Ibid h. 322
[31] Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy,
op.cit, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2000) h.1
[32] Uus Sopandi, Bahan Diskusi Pengantar Fiqih 1 Tentang Ibadah, (Bandung : 2000)
h.6
[33] Drs. Sumadi Suryabrata, B.A,
M.A, Ed.s, Ph.d, Metodologi Penelitian,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) cet. 23 h.25
[34] Prof.Drs. Anas Sudijo, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2003) h .36
[35] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2013) h. 159
[37]Sugiyono, Sistematika
Penelitian, (Bandung : Alfa Beta 2000), hlm. 55
[38] S. Margono, metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rieka Cipta, 2003) h.29
[39] Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h.102.
[40] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1993), h. 32
Comments
Post a Comment
Jangan lupa komentar yaaa !!!