Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan ibadah siswa kelas VIII Smp Al-Mansuriyah Jakarta Barat



BAB I
           PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan. Pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, lingkungan pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.[1]
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan dasar pendidikan meliputi keyakinan beragama, moral, pergaulan, dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Lingkungan keluarga dijadikan sebagai teladan dalam beribadah karena sejak awal anak dilahirkan, setiap waktu diperlihatkan cara-cara beribadah sebagai modal kehidupan akherat.
Pendidikan agama yang baik merupakan kunci dasar dalam mempersiapkan pribadi anak yang shalih, namun terkadang orangtua kurang terhadap kurang perhatian terhadap pendidikan agama anak-anak

mereka, padahal tanggung jawab pendidikan agama yang pertama kali ada pada orangtua sebelumtanggung jawab itu berpindah kepada orang lain.
Pentingnya pendidikan agama pada anak yang sumbernya kitabullah dan sunnatullah :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {١} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {٢} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {٣} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {٤} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {٥}         
Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.[2]
حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تَنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّ مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ (رواه أبو داود)
Artinya : Menceritakan kepada kami Al-Qa’nabi dari Malik dari Abi Zinad dari Al–A’raj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda : “Setiap bayi itu dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah kamu melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil?” Nabi menjawab: “Allah lah yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. (H.R. Abu Dawud)[3]
karena anak bagaikan lembaran putih dan bersih yang bergantung kepada orangtuanya dan orang yang bertugas mendidiknya yaitu guru. Kita sadar bahwa pentingnya ibadah itu akan timbul dengan baik dan sempurna apabila nilai-nilai keagamaan itu dipupuk dengan baik dan benar
Banyak kita dapati di lapangan sikap anak yang tidak mencerminkan nilai keagamaan, anak-anak sekarang lebih cenderung asyik dengan dunianya sendiri terbawa arus kehidupan yang berkembang saat ini, sikap keagamaan pada anak yang dikenalkan oleh keluarga banyak sekali penghalang yang menyebabkan anak tidak sepenuhnya mengamalkan sikap keagamaan dala kehidupan sehari-hari.
Banyak kita lihat anak tidak menjalankan sikap kegamaan atau beribadah kepada Allah SWT dengan maksimal yang sudah mereka ketahui dari yang utama adalah keluarga yang pertama kali mengajarkan dan mengamalkan adalah  kedua orangtua mereka. Kita ketahui anak lebih cenderung menghabiskan waktunya dengan bermain, mereka lebih memilih lama-lama bermain dari pada harus memiliki kewajiban sebagai anak yang mudah melaksanakan ibadah, sikap beragama yang seharusnya mereka praktekkan dalam kehidupan sehari-hari menjadi terlupakan dan terabaikan.
Perubahan yang jelas kita temui sekarang dengan banyaknya anak-anak yang sudah meninggalkan shalat, mereka merasa tidak takut dan rugi bila tidak mengerjakan shalat bahkan sebaliknya mereka rugi bila tidak bisa bermain atau melakukan aktifitas mereka, ini tugas orangtua bahkan guru yang berada di dunia pendidikan formal untuk menanamkan rasa keagamaan kepada siswa agar setiap mereka berada dimana pun tidak meninggalkan shalat begitu saja dengan sengaja
Pendidikan agama dalam keluarga ini merupakan pendidikan luar sekolah, sejak anak baru dilahirkan sampai ia sudah cukup usia untuk memperoleh pendidikan pada jalur formal. Jalur pendidikan agama di sekolah dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran secara berjenjang dan berkesinambungan. Dengan demikian, sekolah meneruskan pembinaan yang telah diletakkan dasar-dasarnya melalui pendidikan keluarga sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai peranan dan tanggung jawab yang tidak sederhana dalm pelaksanaan tugasnya.
Pendidikan agama sebagai mata pelajaran di sekolah mempunyai peranan penting dalam menanamkan rasa takwa kepada sang khaliq yang pada akhirnya dapat menimbulkan rasa keagamaan yang kuat dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang di yakini terutama juga dengan melaksanakan ibadah secara sempurna sebagai bekat di akhirat nanti. Pendidikan agama di sekolah hendaknya tidak hanya diberikan berupa materi-materi saja, tetapi juga harus mengadakan praktek jika ada hubungannya dengan perbuatan atau ibadah, seperti shalat, mengaji dan sebagainya yang berhubungan dengan perbuatan dalam pendidikan agama.
Dengan pemberian pendidikan agama di sekolah diharapkan anak didik memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan akan agamanya yang ia anut sehingga menimbulkan kesadaran beragama dengan selalu melaksanakan ibadah sebagaimana yang telah di perintahkan.
Pendidikan agama tidak hanya di dapatkan dilingkungan keluarga dan sekolah dan lingkungan masyarakat pun mempunyai peranan penting untuk mendidik seseorang untuk menambah pengetahuan mengenai ajaran agama. Di lingkungan masyarakat biasanya sering diadakan pengajian-pengajian untuk menambah wawasan seseorang mengenai agama dengan segala aspeknya. Lingkungan masyarakat yang baik dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama akan membuat seseorang bisa menjadi manusia yang sadar akan kodarnya sebagai makhluk Allah SWT.
Sikap adalah kesiapan yang kompleks dari seseorang individu untuk memperlakukan suatu objek, adapun sikap yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kesiapanatau kecenderungan siswa untuk berinteraksi yang dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku terhadap materi pelajaran pendidikan agama islam yang diterima dari guru agama baik dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah. Keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya pada agama.
Baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, ketiganya saling mendukung satu sama lain dan hendaknya menjadi satu kesatuan yang bisa menjadikan manusia sebagai insan kamil dengan selalu menjalankan ajaran agama dengan sebaik-baiknya yang dapat membawa manusia memperoleh keberuntungan baik di dunia dan di akhirat.
Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya, tidak hanya membekali seseorang dengan pengetahuan agama atau pengembangan intelektualnya saja, tetapi juga mengisi dan menyuburkan perasaan keberagamaan yang kuat sehingga bisa menjalani kehidupan dengan berpedoman kepada ajaran agama[4]. Namun demikian, kenyataan yang ada belum memuaskan. Ternyata banyak sekali para siswa dan siswi yang notabene yang tidak mempreroleh pendidikan agama secara baik, baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah, dan berada dalam lingkungan yang bisa dibilang masih minim nilai-nilai ajaran agama, meninggalkan kewajibannya sebagai seorang hamba dengan mengabaikan pelaksanaan ibadah. Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti peserta didik SMP AL-Mansuriyah Jakarta Barat. Karena itu, penulis akan membahas penelitian dengan judul :
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN IBADAH SISWA KELAS VIII DI SMP AL-MANSURIYAH JAKARTA BARAT.
  1. Identifikasi Masalah
Pelaksanaan ibadah dipengaruhi oleh banyak hal, yang dapat diidentifikasi sebagai berikut, antara lain :
1.      Apakah lingkungan keluarga ada pengaruh dengan Pendidikan Agama Islam?
2.      Apakah factor bimbingan guru mempunyai pengaruh dengan Pendidikan Agama Islam?
3.      Bagaimana proses kegiatan pelaksanaan ibadah di SMP Al-Mansuriyah Jakarta Barat?
4.      Bagaimana kontribusi guru terhadap kegiatan pelaksanaan ibadah di SMP Al-Mansuriyah Jakarta Barat?
5.      Apakah pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berpengaruh dengan pelaksanaan ibadah?
6.      Apakah tingkat keaktifan dalam kegiatan keagamaan Pendidikan Agama Islam berpengaruh dengan pelaksanaan ibadah?
  1. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah yang ada hanya akan dibatasi sebagai berikut :
1.      Pendidikan Agama Islam suatu proses pembelajaran yang berlangsung baik secara formal maupun nonformal dengan memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada anak di lingkungan keluarga sekolah atupun masyarakat.
2.      Pelaksanaan ibadah kemampuan yang dimiliki anak setelah memperoleh pelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam keluarga, maupun di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksaan ibadah disini hanya di batasi pada ibadah sholat, membaca Al-Qur’an dan puasa pada siswa kelas VIII SMP Al-Mansuriyah Jakarta Barat.
  1. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dan untuk menghindari kesimpangsiuran pembahasan dan penguraian permasalahan, maka masala-masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1.         Bagaimana pengaruh pendidikan agama Islam terhadap siswa kelas VIII Di SMP Al-Mansuriyah Kembangan  Jakarta Barat?
2.         Bagaimana pelaksanaan ibadah siswa kelas VIII SMP Al-Mansuriyah Jakarta Barat?
3.         Apakah terdapat pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan ibadah siswa kelas VIII Smp Al-Mansuriyah Jakarta Barat?
E.  Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara siswa Smp Al-Manshuriyah yang lebih memahami agama dan kurang memahami agama dalam hal pelaksanaan ibadah”. Penelitian yang dilakukan mengenai pemahaman pendidikan agama dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan ibadah diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan yang obyektif :
1.        Bagi Penulis
     Menjadi bahan masukan untuk dapat memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri, serta mampu meningkatkan kualitas ibadah dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh Sarjana Strata Satu (S1).
2.        Bagi Guru Agama dan Siswa
     Sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa mengenai pendidikan agama, sehingga dapat memperbaiki kualitas ibadah dalam diri siswa umumnya dan guru agama itu sendiri pada khususnya.


3.        Bagi Orang tua
     Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi  acuan bagi orang tua dalam menerapkan  pelaksanaan ibadah.

BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A.  Deskripsi Teoritis
1.      Pengertia Pendidikan Agama Islam
a.         Pengertian Pendidikan Agama Islam
Untuk memudahkan pemahaman tentang pengertian pendidikan agama, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian pendidikan dan pengertian agama secara umum.
Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “Pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah Islamiyah”.[5]
Ahmad D.Marimba mengajukan definisi sebagai berikut: “pendidikan ialah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik

BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A.    Deskripsi Teoritis
1.      Pengertia Pendidikan Agama Islam
a.         Pengertian Pendidikan Agama Islam
Untuk memudahkan pemahaman tentang pengertian pendidikan agama, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian pendidikan dan pengertian agama secara umum.
Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “Pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah Islamiyah”.[6]
Ahmad D.Marimba mengajukan definisi sebagai berikut: “pendidikan ialah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.[7]
Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.[8]
Prof. Mahmud Yunus dalam bukunya yang berjudul pokok-pokok pendidikan dan pengajaran, mengemukakan berbagai pengertian dari para ahli didikan dan ahli filsafat mengenai pengertian pendidikan yaitu :
1)      Menurut Plato,seorang filosof yunani, pendidikan adalah mengasuh jasmani dan rohani supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang mungkin dicapi.
2)      Jules Simin, filosof Prancis, mengemukakan pengertian pendidikan adalah jalan untuk merubah akal menjadi akal yang lain dan mengubah hati menjadi hati yang lain.
3)      John Milton, seorang ahli didik dan ahli syair bangsa Inggris, menjelaskan pendidikan yang sempurna adalah mendidik anak-anak supaya dapat melaksanakan segala pekerjaan, baik pekerjaan khusus atau pekerjaan umum dengan ketelitian, kejujuran, dan kemahiran, baik waktu aman atau waktu perang.
4)      Menurut Pestalozzi, seorang ahli didik Swiszerland, pendidikan adalah menumbuhkan segala tenaga anak-anak dengan pertumbuhan yang sempurna dan seimbang.
5)      Pengertian pendidkan menurut Herbert Spencer, filosof pendidikan bangsa Inggris, adalah menyiapkan manusia supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna.
6)      James Mill, filosof Inggris, menurutnya, pendidikan adalah menyiapkan seseorang supaya dapat membahagiakan dirinya khususnya dan orang lain pada umumnya.
7)      Dan menurut Sully seorang filosof Inggris yang juga ahli didik dan ahli jiwa, pendidikan adalah menyucikan tenaga tabiat anak-anak supaya dapat hidup berbudi luhur, berbadan sehat, serta bahagia.[9]
Lalu, pengertian Islam itu sendiri adalah “Agama yang diajakan oleh Nabi Muhammad Saw, berpedoman pada kitab suci Al-Quran, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.”[10]
Pendidikan agama islam menurut H. M. Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk formal maupun non formal.[11]
Pengertian pendidikan dalam arti filosofis adalah “pemikiran manusia terhadapmasalah-masalah kependidikan untuk memecahkan dan menyusun teori-teori baru dengan mendasarkan kepada pemikiran rasional empiric, rasional filosofis maupun historic filosofis”.[12]
Pendidikan dalam arti praktik merupakan suatu proses pembelajaran yang berlangsung baik secara formal maupun nonformal dengan memberikan pengetahuan dan bimbingan secara langsung kepada seseorang sehingga orang tersebut dapat memperoleh pengetahuan dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Pengertian umum ibadah tersebut termasuk segala bentuk hokum, baik yang dapat dipahami maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti hokum yang menyangkut dengan muamalat pada umumnya, maupun yang tidak dipahami maknanya (ghairu ma’qulat al-ma;na), seperti bersuci dan shalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan dengan lidah seperti dzikir dan berhubungan dengan hati seperti niat.
Pendidikan agama menurut pandangan Islam adalah “al-diin yaitu nasehat. Al-diin adalah agama islam yang di bawa Rasulullah untuk menyelamatkan manusia di dunia dan akherat dan mereka harus tunduk patuh di bawah ketentuan yang berlaku di dalamnya”.[13] Menurut Wilhelm Wundt (1832-1920) bahwasanya pendidikan adalah ilmu yang menyelidiki pengalaman perasaan, pancaindra, merasa ada sesuatu, berfikir dan kemauan.[14]
Menurut Harun Nasution agama adalah ajaran-ajaran yang diwahyukan tuhan melalui Rasul.[15] Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktik pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadist.[16]
Berdasarkan pengertian pemahaman dan pendidikan agama seperti diuraikan di atas, maka bila dirangkaikan bahwa pendidikan agama adalah usaha manusia untuk membantu, melatih, dan mengajarkan kepada anak didik bagaimana mendapatkan pengetahuan, ilmu intelektual dan pengalaman serta kemampuan seseorang untuk mempertahankan sesuatu yang dianggap benar, membedakan mana yang termasuk perbuatan baik dan buruk, memberikan contoh yang baik kepada sesama, dapat menerangkan sesuatu hal yang dapat dipahami dan lain sebagainya. Apabila seseorang telah memahami ajaran agama tersebut, meyakini dan mengamalkan semua perintah dan laranga dari ajaran agama tersebut, maka keyakinannya yang telah menjadi bagian integral dari kepribadiannya itulah yang akan mengawasi segala perbuatannya baik lahir maupun batin.Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Misalnya rasa ketergantungan kepada orangtua, belum lagi dapat dihindari, mereka ingin orang tua tidak ingin banyak ikut campur dalam urusan pribadinya. Di antara sumber kegelisahan remaja yang penting pula, adalah tampak adanya perbedaan antara nilai-nilai moral dan kelakukan orang-orang dalam kenyataan hidup. Misalnya ia mendapatkan didikan bahwa berdusta itu tidak baik, tapi ia melihat banyak orang yang berdusta dalam pergaulan hidup ini. Pertentangan antara nilai-nilai agama yang mereka pelajari dengan sikap dan tindakan orangtua, guru-guru, sangat menggelisahkan remaja, mungkin menyebabkan mereka menjadi benci kepada guru-guru ataupun pimpinan-pimpinan tersebut. Bahkan menyebabkan mereka acuh terhadap atau benci terhadap agama.[17]
b.        Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam menurut Muhaimin adalaha:
1)   Mengembangkan pengetahuan teoritis, praktis dan fungsional bagi peserta didik.
2)   Menumbuh kembangkan kreatifitas, potensi-potensi fitrah peserta   didik.
3)   Menyiapkan tenaga kerja yang produktif
4)   Meningkatkan kualitas akhlak dan kepribadian, menumbuhkan nilai-nilai insani dan Ilahi.
5)   Membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.[18]

c.       Materi Pendidikan Agama Islam
Bertujuan untuk menumbunhkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah swt. Serta mewujudkan manusia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin ibadah, bertoleransi dll. Sehingga keharmonisan secara personal dan social serta mengembangkan budaya agama dalam komunikasi sekolah.
Pada lembaga pendidikan formal (sekolah), materi sudah ditentukan oleh pemerintah melalui kurikulum pendidikan. Lain halnya pada lembaga non formal seperti majelis ta’lim itu sendiri, disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Diantara pemberatasan buta huruf al-Qur’an, penanaman aqidah, fiqih serta hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat.
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajiakan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti maupun materi lokal. Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi pengadilan dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah pengembangan keanekaragaman kebinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan demikian jiwa dan semangat Bhineka Tunggal Ika dapat ditumbuh kembangkan.
d.        Ciri-ciri Pendidikan Agama Islam
Salah satu unsur penting dari proses pendidikan adalah pendidik. Di pundak pendidik terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang di cita-citakan. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan Cultural Transision yang bersifat dinamis ke arah suatu perubahan secara kontinu, sebagai sarana vital bagi membangun kebudayaan dan peradaban peserta didik, baik spiritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan psikis peserta didik.
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik.[19] sementara secara khusus, pendidik dalam prespektif  pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi efektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[20]
Berdasakan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pendidik dalam prespektif pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaanya (baik sebagai Kahlifah Fil Ardh maupun Abd) sesuai dengan nilai ajaran Islam.
Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas di sekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.
Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama dan utama yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik adalah kedua orang tua. Islam memerintahkan kedua orang tua untuk mendidik diri dan keluarga, terutama bapak-anaknya, agar terhindar dari adzab yang pedih. Hal ini tercermin dalam firman Allah.
يَا أيُهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلَيْكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَيَعْصُونَ اللهَ مَا أمْرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ( التحريم : ٦ )
Artinya hai orang-orang yang beriman , periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan  bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka. (Q.S At-Tahrim 6)[21]
Karena kedua orang tua harus mencari nafkah untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarganya, terutama kebutuhan material, maka orang tua kemudian menyerahkan anaknya kepada pendidik di sekolah untuk di didik. Pekerjaan menyelamatkan dan pembangunan generasi sekarang dan yang akan datang itu tidak ringan, semua kalangan harus memperhatikan, terutama keluarga, sekolah, pemimpin-pemimpin dan orang berwenang dalam masyarakat, khusus pemerintah.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan generasi yang akan datang itu harus serentak dilakukan oleh rumah tangga, sekolah dan masyarakat maka:
1)        Pendidikan di Keluarga
Berkata Anas bin Malik ra. Bahwa Nabi SAW bersabda: anak itu di aqiqahi pada hari ke tujuh dan diberi nama serta dihilangkan kotorannya. Jika sampai umur enam tahun maka di didik, jika sampai umur sembilan tahun maka dipisahkan tempat tidurnya, jika telah sampai usia tiga belas tahun maka dipukul kalau ia meninggalkan sholat, dan jika ia sudah berusia enam belas tahun maka ayahnya mengawinkannya. Kemudian beliau memegang tangannya sambil bersabda: “aku telah mendidikmu dan mengajarmu serta menikahkan kamu. Aku berlindung kepada Allah dari fitnah Engkau di dunia dan siksa Engkau di akhirat”.[22]
2)        Pendidikan di Sekolah
Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan masyarakat kelak.
Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan atas kepercayaan dan tuntutan lingkungan keluarga dengan masyarakat yang tidak mampu atau mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pendidikan di lingkungan masing-masing, mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh orang tua anak. Namun tanggung jawab pendidikan khususnya pendidikan Islam tetap berada di tangan kedua orang tua. Sekolah hanya meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah diletakkan dasar-dasarnya oleh pendidikan keluarga sebagai pendidikan informal.
Sekolah lebih bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (kognitif) serta pendidikan keterampilan (psikomotor) yang berhubungan dengan kebutuhan anak didik di dalam masyarakat nanti dan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat nanti. Tentu saja tidak berarti bahwa guru boleh mengabaikan begitu saja pendidikan untuk anak didiknya. Sekolah berkewajiaban dan bertanggung jawab atas hasil pelajaran yang telah diberika kepada anak didik, yang umumnya keluarga tidak mampu memberikannya. sedangkan etika / sikap (afektif) yang diberikan di sekolah merupakan bantuan terhadap pendidikan yang telah di laksanakan oleh keluarga.


3)        Pendidikan di Masyarakat
Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak didik menjadi masayarakat yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarga, kelompok kelas dan sekolahnya. Bila anak sudah besar diharapkan menjadi anak yang baik pula sebagai warga desa, kota dan negara.[23]
Subyek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing (pendidik), interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), serta menganalisis karateristik materi yang ingin di capai melalui tingkatan pengetahuan, mentsl dan tindakan sehingga tercapailah tujuan yang diharapakan oleh pendidik dan peserta didik




2.    Ibadah
a.    Pengertian Ibadah
berdasarkan kepada perbedaan nazhar (pandangan) para ahli dan maksud yang dikehendaki oleh masing-masing ahli ilmu.[24] Sedangkan beribadah menurut pengertian ahli tasawuf ibadah itu terbagi menjadi tiga :
Pertama, beribadah kepada Allah karena mengharap benar akan memproleh pahala-Nya atau karena takut akan siksa-Nya.
Kedua,beribadah kepada Allah karena memandang bahwa ibadah itu perbuatan mulia, dilakukan oleh orang yang mulia jiwanya.
            Ketiga, beribadah kepada Allah karena memandang bahwa Allah berhak disembah, dengan tidak memperdulikan apa yang akan dierima, atau diperoleh dari pada-Nya.[25]
Ahli bahasa mengartikan kata ibadah dengan taat, arti ini dipergunakan dalam firman Allah yang berbunyi :
     أَلَمْ عْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Artinya : “ Apakah aku tiada pesanku kepadamu, wahai anak adam, yaitu jangan kamu mentaati syaitan, bahwasanya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S. Yasiin/36 : 60)[26]

Selain itu juga, kata ibadah ini diartikan berdoa, seperti firman Allah :
لَكُمْ أَسْتَجِبْ ادْعُونِي رَبُّكُمُ وَقَالَ
        Artinya : “Berdoalah kepadaku maka akan ku kabulkan” (Q.S. al-Muminun/40 : 60)[27]
b.        Perintah Melaksanakan Ibadah
Di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang meyatakan perintah kepada hamba Allah untuk melaksanakan ibadah. Ibadah dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitive, melainkan sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah atas hambah-hambah-Nya. Adapun ayat-ayat yang menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah tersebut di antaranya sebagai berikut :
1). Surah An-Nahl ayat 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ فَسِيْرُوا فِي الاَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ (النحل :٣٦
Artinya : “Dan sesungguhnya kami telah utus rasul pada tiap umat. Sembalah Allah saja dan jauhilah thaghut itu, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah da nada pula yang di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya”. (Q. S. al-Nahl 16/36)[28]
2). Surah Al-Anbiya ayat 25    
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُوْلٍ إِلاَّ نُوحِي إلَيهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا
 فَا عْبُدُونِ  (الأنبياء:٢٥ )
Artinya : “Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya. Bahwasanya tidak ada tuhan melainkan aku, maka sembalah olehmu sekalian akan aku” (Q. S. al-Anbiya 21/25).[29]
3). Surah Al-Anbiya ayat 92
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْنِ (الأنبياء:٩٢ )
Artinya : “Sesunggunya ini adalah agama kamu semua. Agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembalah Aku” (Q. S. al-Anbiya 92/25)[30]
c.    Bentuk-Bentuk Ibadah
        Dalam syariah Islam, ibadah mempunyai dua unsur, kedudukan dan kecintaan yang paling dalam kepada Allah Swt, unsur yang tertinggi adalah kedudukan, sedangkan kecintaan merupakan implementasi dari ibadah.[31]
        Dari segi pelaksanaannya ibadah terbagi kepada :
1.      Ibadah Jasmaniyah dan Ruhaniyah yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani dan ruhani seperti shalat puasa dan membaca Al-Qur’an
2.      Ibadah Ruhaniyah dan Maliyah yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan mengunakan jasmani ruhani dan harta sekaligus seperti haji
        Menurut Ibnu Tamiyah, ibadah Mencangkup semua bentuk cinta kerelaan kepada Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan lahir dan batin, bahkan Ibnu Tamiyah menambahkan bahwa semua ajaran itu termasuk ibadah, jika diklafikasikan menjadi beberapa kelompok saja yaitu:
1.      Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun syariat Islam seperti solat, puasa, zakat dan haji.
2.      Semua yang berhubungan dengan tambahan dari kewajiban-kewajiban dalam bentuk ibadah sunnah.
3.      Semua bentuk hubungan sosial yang baik serta pemenuhan hak-hak manusia.
4.      Akhlak insyaniyyah seperti benar dalam bicara
5.      Akhlak rabbaniyah seperti mencintai Allah dan Rasul-Rasulnya[32]
B.     Kerangka Berfikir
Sikap dan kepribadian seseorang yang telah memiliki pemahaman tentang ajaran agama akan berbeda jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak, belum, atau kurang memahami pemahaman ajaran agama. Perbedaan tersebut akan terlihat dalam sikap dan perbuatannya sehari-hari. Seseorang yang telah memahami ajaran agamanya cenderung akan melakukan perbuatan-perbuatan yang dibolehkan dalam agamanya dan selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya  selaku hamba Allah. Orang tersebut juga akan selalu berusaha agar ia tidak melakukan hal-hal yang dilarang bahkan diharamkan dalam ajaran agamanya.
Kaitannya dengan ibadah, seperti shalat, puasa dan mengaji merupakan hal yang diwajibkan dalam ajaran agama Islam yang tidak boleh ditingglkan oleh setiap muslim. Kewajiban tersebut harus selalu dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Shalat dilakukan 5 waktu dalam sehari semalam, puasa wajib dilakukan ketika bulan Ramadhan, dan mengaji harus selalu dilakukan setiap harinya.
Tinggi rendahnya tingkat pelaksanaan ibadah seseorang dapat ditentukan dari tinggi rendahnya pemahaman ajaran agama yang dimilikinya. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan ada orang yang memiliki pengetahuan agama yang sangat luar biasa meninggalkan ibadah dan bahkan melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Agar lebih jelasnya uraian krangka berfikir tersebut dengan skema sbb :



Gambar 1.
Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pelaksanaan Ibadah Siswa Kelas VIII Di Smp Al-Mansuriyah Jakarta Barat.
Pendidikan Agama Islam
(Variabel X)
-          Meningkatkan kualitas akhlak
-        Pembiasaan
-       Menumbuhkan aqidah
-          Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik


Pengaruh
Keluarga
Sekolah dan
Masyarakat

Pelaksanaan Ibadah
(Variabel Y)
A.                            Sholat
lima waktu
B.  Puasa wajib dan sunnah
C.  Membaca
Al-Qur’an



C.           Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara sebelum dilakukan pembuktian sesungguhnya berdasarkan deksripsi teori kerangka diatas. Maka hipotesis penelitian terdapat pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pelaksanaan ibadah siswa kelas VIII di SMP Al-Mansuriyah Jakarta Barat.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.           Tujuan Penelitian
Sesuai dengan peumusan masalah yang telah diuraikan di muka tadi peneliti bertujuan untuk mengetahui :
1.        Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam sekolah pada siswa di SMP Al-Mansuriyah Jakarta Selatan.
2.      Bagaimana pelaksanaan ibadah siswa di SMP Al-Mansuriyah Jakarta Barat.
3.      Dan membuktikan ada tidaknya pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadappelaksanaan ibadah di SMP Al-Mansuriyah.
B.     Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
a.       Letak geografis
Penlitian ini dilaksanakan di SMP Al-Mansuriyah JL. Raya Kembangan Baru No.109 Kelurahan Kembangan Utara Kecamatan Kembangan Jakata Barat. Ditinjau dari letak geografisnya SMP Al Manshuriyah Kembangan berbatasan dengan.

Sebelah Utara                         : Rumah Penduduk 
Sebelah Selatan                      :Dekat dengan Pusat Pemerintahan Administrasi Jakarta Barat (walikota)
Sebelah Barat                          : Rumah Penduduk
Sebelah Timur                         : Rumah Penduduk
b.         Profil Sekolah
1)      Visi dan Misi SMP Al-Mansuriyah
a)      Visi SMP Al Manshuriyah
Membina siswa agar bertaqwa kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, Berdisiplin, Bertanggung Jawab, dan Terampil yang berguna bagi Nusa, Bangsa dan Negara
b)     Misi SMP Al Manshuriyah
Mewujudkan generasi yang bertaqwa dan beriman.
Membentuk generasi bangsa yang punya pengetahuan dan wawasan yang luas
(a)        Menciptakan sumber daya manusia yang terampil, kreatif, dan mempunyai motivasi.
(b)       Membina generasi yang berdisiplin, bertanggung jawab dan berakhlakul karimah (berperilaku yang baik).
           Menyiapkan lulusan untuk dapat melanjutkan pendidikan yang   lebih tinggi.
2)      Tujuan SMP Al Manshuriyah
a)   Membentuk siswi yang memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa.
b)   Mempersiapkan siswa untuk dapat memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c)   Membekali siswa agar memiliki keterampilan dalam persiapan memasuki dunia kerja.
d)  Mendidik siswa agar mampu mandiri dalam menghadapi tantangan hidup.
3)      Keadaan Siswa SMP Al-Mansuriyah
Table 1
Data Siswa SMP Al-Mansuriyah
Tahun Ajaran 2015/2016
No.
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
1.
VII
80
89
191
2.
VIII
94
97
169
3.
IX
92
108
200
Jumlah
226
294
560
            Sumber Data : TU SMP Al-Mansuriyah



4)      Keadaan Guru danTenaga pendidik
Table 2
Daftar Guru Bedasarkan Mata Pelajaran
SMP Al-Mansuriyah
Tahun Pelaaran 2015/2016
No
Nama
JK
Jabatan
Bidang Studi
1
H. Hamdani, SH
L
Kepala sekolah
PKN
2
Drs. H. Abd. Rokhman , MM
L
Wakasek. Kurikulum
IPS
3
Hj. Fauziah, S.Ag
P
Wakasek. kesiswaan
FIQIH
4
Hj. Eliyah, S.Pd.I
P
Guru
Aqidah Akhlak
5
H. Moh. Zein, S.Pd.I
L
Guru
PAI, Tajwid
6
H. Abdul Haris, S.Pd.I
L
Guru
Bahasa Inggris
7
Sa’aduddin atap tazani, S.Pd.I
L
Guru
SBK
8
Hj. Sopiah , S.Ag
P
Guru
PLKJ B.Arab
9
H.M.Najihun, S.Thi
L
Guru
Bhs.Indonesia
10
H.sufyan, S.Ag
L
Guru
Tata Boga
11
Hj. Lis Rogaya, S.s
P
Guru
IPA
12
M.Ishaq Zainul M, S.Ag
L
Guru
BK
13
Maswani, S.Pd.I
P
Guru
Bhs. Indonesia
14
Fadlan Nur, S.Pd.I
L
Guru
Matematika
15
Misbatullah,S.Ag
P
Guru
TU
16
Nur Amaliah Mardiawati,
P
Guru
Bhs. Inggris
17
Ahmad azhari, S.Kom
L
Guru
TIK
18
Syifa Awaliyah, S.Pd
P
Guru
Matematika
19
Feriyana sari, S.Pd
P
Guru
IPS
20
Sony Sulistyo, S.Pd
L
Guru
Matematika
21
Isyfiyati, S.Pd
P
Guru
IPA
22
Faridah, S.Ag
P
Guru
Aqidah akhlak
23
Jaronah,S.Pd.i
P
Guru
Tata Boga
24
Drs.H Salbini
L
Guru
Bahasa Arab
25
Fella Yessi Winengku
P
Guru
TIK
26
M.Daud
L
Guru
Penjas
27
Evi Maryati, S.km
P
Guru
PKN
28
H. Ahmad Muzofar, S.E
L
Guru
Bahasa Arab
29
Abdul Aziz, S.Pd.i
L
Guru
Aqidah Akhlak
30
Rully Setiawan
L
Guru
Pemb. OSIS
31
Syamsudin, ST
L
Guru
TIK
32
Ahmad Maulana
L
Guru
Fiqh
Sumber Data : TU SMP Al-Mansuriyah




a)      Latar Belakang Pendidikan Guru
No
Pendidikan
Status
Jumlah
Keterangan
PNS
Honorer
1
Diploma
-
1
1

2
Strata satu
-
25
25

3
Megister
-
1
1

4
S3
-
2
2

Sumber Data : TU SMP Al-Mansuriyah

b)      Data Tenaga Kependidikan
No
Jenis Tugas
jumlah
Status
PENDIDIKAN
PNS
Honorer
SMP
SMA
≤D1
1
Tata Usaha
1

1


1
2
Cleaning Service
1

1

1

3
Satpam
1

2

2

Jumlah






Sumber Data : TU SMP Al-Mansuriyah

5)         Sarana dan Prasarana
     Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan pembelajran di sekolah tidak terlepas dari tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, sarana dan prasarana dalam pendidikan akan memberikan pengaruh baik pada peningkatan mutu serta kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Sarana dan prasarana yang dimiliki Smp Al-Mansuriyah dapat dilihat pada table berikut :

Table 3
Data Sarana dan Prasarana Smp Al-Mansuriyah Jakarta Barat
Tahun 2015/2016
Jenis Ruang
Jumlah
Kondisi
Ruang Kepala Sekolah
1
Baik
Ruang Tata Usaha
1
Baik
Ruang Guru
2
Baik
Ruang Kelas
11
Perlu direhab
Perpustakaan
1
Perlu direhab
Mushalah
1
Baik
Wc Guru
2
Baik
Wc Siswa
2
Perlu direhab
Kantin
1
Perlu direhab
Koperasi
1
Baik







2.      Waktu  Penelitian
Table 4
Jadwal Kegiatan Penelitian

NO
KEGIATAN
PELAKSANAAN
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
1
Penyusunan Proposal
























2
Seminar Proposal
























3
Pengumpulan Dokumentasi
























4
Penyusunan Instrumen
























5
Penyebaran Angket
























6
Pengelolaan Data
























7
Penyusunan Laporan
























8
Pengesahan 




















































C.      Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan bermacam-macam. Dalam tulisan ini variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai factor-faktor yang berperanan dalam Peristiwa atau gejala yang akan diteliti.[33] Sedangkan kata “variabel” berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti “ubahan”, “factor yang tak tetatap”, atau “gejaga yang dapat diubah-ubah”. Variabel pada dasarnya bersifat kuaitatif namun dilambangkan dengan angka.[34]
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu pemahaman pendidikan agama sebagai variabel bebas disebut juga variabel X dan pelaksanaan ibadah sebagai variabel terikat disebut juga variabel Y[35]
1.    Pendidikan Agama
Dalam penelitian ini, pemahaman Pendidikan Agama adalah variable X (Variabel Bebas). Variabel X ini bisa mempengaruhi/berpengaruh terhadap variabel yang lain. Untuk mengetahui tingkat pemahaman Pendidikan Agama Islam pada siswa SMP Al-Mansuriyah, penulis memberikan tes yang soal-soalnya disusun sendiri oleh penulis dan menyebar angket yang berisikan 20 soal sehingga dari hasil tes yang dilakukan diperoleh dua kelompok sempel, yaitu kelompok yang lebih memahami agama dan kelompok yang kurang memahami agama.
2.    Pelaksanaan ibadah
Dalam penelitian ini, pelaksanaan ibadah merupakan variabel Y (Variabel Terikat). variabel Y ini biasanya dipengaruhi oleh variabel X. Untuk mengetahui sejauh mana pelaksaan ibadah siswa, penulis menyebarkan angket yang berisi 20 soal, penulis memberikan sekor pada setiap jawaban yang diberikan siswa
D.      Metodologi Penelitian
1.         Metode Penelitian
     Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang mendeskripsikan gagasan manusia tanpa suatu analisis yang bersifat kritis, dan dapat diartikan pula sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya.[36] Untuk memperoleh data, maka digunakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian untuk memperoleh data lapangan.
2.         Populasi dan Sampel
       Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.[37]
a.          Populasi Target
         Seluruh siswa/i sekolah SMP Al-Mansuriyah berjumlah 560 siswa/i
b.         Populasi Terjangkau
Jumlah Terjangkau =
                            Jumlah Terjangkau =
                            Jumlah Terjangkau = 7.14 %          
      Dengan pengertian ini, yang menjadi sempel dalam penelitian adalah siswa dan siswi sekolah SMP Al-Mansuriyah kelas VIII dengan 7.14% sebanyak 40 siswa dan siswi dari jumlah populasi. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik simple random sampling , yaitu teknik untuk mendapatkan sempel yang langsung dilakukan pada populasi, sehingga setiap anggota dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel atau mewakili populasi., yaitu teknik untuk mendapatkan sempel yang langsung dilakukan pada populasi, sehingga setiap anggota dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel atau mewakili populasi.[38]
3.         Teknik Pengumpulan Data
     Dalam mengumpulkan data sangat dibutuhkan adanya teknik yang tepat dan relevan dengan jenis data yang ingin dicari. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
a.         Observasi
          Observasi merupakan semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya, sedangkan metode observasi adalah standar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang standar.[39] Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kondisi umum pada SMP Al-Mansyuriah.

b.    Angket
     Angket adalah daftar pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya untuk dipilih, atau telah disediakan tempat untuk mengisi jawabnnya.[40] Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Mansyuriah. Dan ingin memperoleh sejauh mana pelaksanaan ibadah itu sendiri di SMP Al-Mansyuriah, angket ini masing-masing terdiri dari 20 pertanyaan dan 5 opsi mengenai pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pelaksanaan ibadah
c.       Wawancara
     Teknik wawancara penulis lakukan karena peranan guru agama dan kepala sekolah sangat besar untuk meningkatkan pengetahuan dan bisa menambah kesadaran para siswa untuk melaksanakan ibadah. Karena itulah penulis menganggap penting mencari informasi dari kepala sekolah SMP Al-Mansyuriah.
4        Teknik Pengelohan dan Analisis Data
a.       Teknik Pengolahan
     Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data. Adapun teknik pengolahan data, sebagai berikut :
1). Skorsing : mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari responden ke dalam kategori-kategori, klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau skor berbentuk angka pada masing-masing jawaban.
2). Tabulating : membuat tabel-tabel untuk memasukkan jawaban- jawaban responden yang kemudian dicari prosentasinya untuk dianalisa.[41]
     Setelah data-data diolah langkah selanjutnya adalah menganalisis data
b.      Analisis Data
     Analisis data yang dimaksud penulis yaitu berusaha untuk memberikan uraian mengenai hasil penelitian tentang ada atau tidaknya hubungan profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa. Penulis dalam hal ini menggunakan taknik analisis data sebagai berikut :
1). Analisis Deskriptif
     Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya prosentase jawaban angket dari responden. Rumus yang digunakan ialah :
           
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
2). Analisis Korelasi
     Untuk menganalisis kedua variabel digunakan teknik analisis korelasi dengan rumus product moment dari Karl Pearson, uji signifikansi dan koefesiensi determinan. Untuk mengetahui tingkat korelasi antara profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa, digunakan rumus korelasi Product Moment, yaitu salah satu teknik mencari korelasi antara dua variabel dengan rumus sebagai berikut :
                                        
Keterangan :
rxy  = Angka indeks korelasi “r” product moment
N  = Number of cases
Ʃxy           = Jumlah hasil perkalian antara sector x dan sektor y
Ʃx = Jumlah seluruh sector x
Ʃy = Jumlah seluruh sector y
     Analisis Product Moment dimaksudkan untuk mencari indek korelasi antara variabel X dan Y serta untuk mengetahui apakah hubungannya erat, cukup atau lemah.

3). Interpensi Data
            Interpensi data terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment yang telah diperoleh dari hasil perhitungan dilakukan dengan dua cara, sebagaimana Anas Sudijono dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Statistik Pendidikan,” yaitu :
a)      Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi product moment secara kasar (sederhana). Pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut :[42]
Tabel 5
Nilai “r” Product Moment
Besarnya “r” Product Moment (rxy)
Interpretasi


0,00 - 0,20



0,20 – 0,40


0,40 – 0,70


0,70 – 0,90


0,90 – 1,00
Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi)

Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup

Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

b)    Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi product moment, dengan cara berkorelasi pada tabel nilai “r” product moment. Dengan cara ini langkah secara berurut adalah sebagai berikut :
(1). Merumuskan atau membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho)
Ha         : Terdapat korelasi positif dan signifikan antara variabel X dan Y
Ho            : Tidak terdapat korelasi positif dan signifikan antara variabel X dan Y
(2). Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan di atas tadi (maksudnya yang diterima Ha atau Ho?) dengan jalan membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degree of freedom-nya (df) menggunakan rumus sebagai berikut :
df = N  ̶  nr
Keterangan :
df : degree of freedom
N : number of cases
nr : banyaknya variabel yang dikorelasikan

(3). Untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y dilakukan dengan cara menentukan koefisien determinasi dengan rumus :
KD = rxy2 x 100 %
Keterangan :
KD      = Kontribusi Variabel X terhadap Variabel Y
r2             = Koefisien Korelasi antara Variabel X terhadap Variabel
5      Pengajuan Hipotesis
Untuk mengetahui apakah memang secara signifikan terdapat perbedaan atau tidak tingkat pelaksanaan ibadah antara kedua kelompok, yakni kelompok yang lebih memahami agama dan kelompok yang kurang memahami agama, maka sebelum melakukan perhitungan, penulis terlebih dahulu mengajukan hipotesa alternative (Ha) dan hipotesis nihil (Ho) sebagi berikut :
Ha
Antara kelompok yang lebih memahami agama dan kelompok yang kurang memahami     agama, terdapat perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah secara signifikan.
Ho
Antara kelompok yang lebih memahami agama dan kelompok yang kurang memahami    agama, tidak terdapat perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah secara signifikan.


[1] Prof. Dr Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) h. 162
[2] Dapartemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Jakarta: 2008) h. 428
[3]Kitab 9,  Hadist Abu Dawud, h. 1032
[4] Drs. H. Zuhairi, Metodologi Pendidikan Agama, (Malang : Biro Ilmiah, 1983) h. 20
[5] Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), h.25
[6] Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), h.25
[7] Ahmad D.Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Ma’arif, 1980), Cet.Ke-4, h.19.
[8] Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara , 1995), cet.ke-1,h.86.
[9] H. Mahmud Yunus, Pokok-Pokok  Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990), cet ke-3 h. 5
[10] Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.340
[11] M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996)
[12] H.M. Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajaran Offes, 1996), cet. Ke-1 h. 89
[13] Khairunnas Rajab, Psikologi Agama, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendaka, 2014)  h. 28
[14] Ibid  h. 29
[15] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta : UI Pres, 1984), cet. Ke-2 h. 10
[16] H.M. Thoha, op. cit, h. 99
[17] Prof.Dr. Zakiah Daradjat, Ilmu kejiwaan ,(Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2009) cet. Ke-17 h. 93
[18]  Drs. Hj. Nur Ubhiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Cv. Pustaka Setia, 1999), Cet. ke-2 h. 35
[19] Ahmad Daudi, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989),h.97.
[20] J.W.M Bekker S.Y, Sejarah Filsafat Dalam Islam, (Yogyakarta: Kansius, 1986),h.63.
[21] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Teremahannya, (Jakarta : Copyright, 2009), h. 560
[22] Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al Jawi, Terjemah Tanqihul Qoul, (Semarang: CV Toha Putra Semarang, 1993), h.208.
[23] Sultan, “Keluarga, Sekolah dan Masyarakat” diakses pada tanggal 21 mei 2016 dari http://sultanmp.blogspot.com/2010/04/keluarga-sekolah-dan-masyarakat-dalam.html
[24] Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,2000) h. 1
[25] Ibid h. 4-5
[26] Depatermen Agama Al-Qur’an dan Teremahannya,  h. 440
[27] Ibid Al-Qur’an dan Terjemahannya h. 342
[28] Ibid Al-Qur’an dan Terjemahannya h. 267
[29] Ibid Al-Qur’an dan Terjemahannya h.322
[30] Ibid h. 322
[31] Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy, op.cit, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2000) h.1
[32] Uus Sopandi, Bahan Diskusi Pengantar Fiqih 1 Tentang Ibadah, (Bandung : 2000) h.6
[33] Drs. Sumadi Suryabrata, B.A, M.A, Ed.s, Ph.d, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) cet. 23 h.25
[34] Prof.Drs. Anas Sudijo, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) h .36
[35] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013) h. 159
                [36] Idrus Alwi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing, 2013), Cet. I, hal. 93.
[37]Sugiyono, Sistematika Penelitian, (Bandung : Alfa Beta 2000), hlm. 55
[38] S. Margono, metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rieka Cipta, 2003) h.29
[39] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h.102.
[40] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1993), h. 32
                [41] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. VII, h. 84-85.
                [42] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009) Edisi, I, h.193.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Ilmu Hadits Riwayah Dan Dirayah

Pengalaman tes di Bank Mandiri

Pidato Bahasa Inggris dan terjemahan tentang Reading is a window to the world