Pengaruh kebiasaan membaca dengan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prestasi belajar
merupakan hasil yang ditunjukkan seorang siswa setelah melakukan proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seorang siswa biasanya ditunjukkan dengan angka dan
nilai sebagai laporan hasil belajar siswa kepada orang tuanya. Pelaksanaan
pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pemikiran Benjamin S. Bloom,
dimana tujuan belajar menurut beliau diarahkan untuk mencapai tiga ranah aspek,
yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga evaluasi terhadap
hasil belajar siswa pun juga tidak terlepas dari ketiga aspek tersebut.
Masyarakat banyak yang
beranggapan bahwa kebiasaan membaca seorang siswa tidak serta merta ditentukan
oleh tinggi rendahnya prestasi belajar atau seberapa tinggi nilai mata
pelajaran yang tercantum dalam raport mereka. Akan tetapi hemat penulis, tidak
menutup kemungkinan juga bahwa siswa yang memiliki prestasi belajar baik juga
memiliki kualitas kebiasaan membaca yang baik pula atau sebaliknya.
Dilema ini juga tidak
mengherankan sebab untuk Pendidikan Agama Islam lebih khusus mata pelajaran
fiqih adalah mata pelajaran amaliyah (praktek). Pada dasarnya keberhasilan
pembelajaran fiqih tidak hanya pada level pengembangan kognitif siswa semata,
melainkan tentang bagaimana wawasan keagamaan yang didapat bisa menjiwai
kepribadian
siswa dan diwujudkan dengan mengamalkannya dalam bentuk ibadah di
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks
pembelajaran mata pelajaran fiqih dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi
prestasi belajar siswa maka akan semakin baik pula pemahaman dan pengetahuan
siswa tentang pengamalan ibadah yang baik dan benar sesuai tuntunan agama
Islam. Dan dengan pengetahuan dan pemahaman siswa itu diharapkan siswa mau
mengaplikasikannya dalam peribadatan sehari-hari. Dengan demikian kebiasaan
membaca siswa berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Idealnya adalah siswa
yang memiliki nilai baik dalam mata pelajaran fiqih seharusnya juga aktif dalam
pengamalan ibadahnya.
Kebiasaan membaca
adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang, maka
kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan.[1]
Dari segi kemasyarakatan, kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah
membudaya dalam suatu masyarakat. Yang perlu dicapai ialah kebiasaan membaca
yang efesien, yaitu kebiasaan membaca yang disertai minat yang baik dan
keterampilan membaca yang efesien telah sama-sama berkembang dengan maksimal.
Membaca merupakan suatu kegiatan interaktif
untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung didalam bahan
tulis.[2] Karena
dengan membaca dapat memberi pengetahuan yang yang belum pernah didapat
sebelumnya. Membaca dapat menjadi faktor penting
dalam memahami setiap perkembangan yang terjadi dalam kehidupan, di samping
menjadi tolak ukur keberhasilan dalam belajar.
Dengan banyak
membaca, siswa akan dapat mengetahui peristiwa masa lampau, masa kini, dan
mampu meramalkan peristiwa yang akan terjadi kemudian. Siswa yang memiliki
kebiasaan membaca mampu menggunakan waktu untuk kegiatan membaca. Kegemaran
terhadap bacaan menjadikan waktu sangat berharga nilainya. Tuntutan akan
kebutuhan informasi yang terus berkembang dari waktu ke waktu sebenarnya dapat
difasilitasi melalui kegiatan membaca. Namun kenyataan ini menjadi berbeda apabila
kebiasaan membaca di kalangan siswa rendah. Menurut fakta KBRN, Yogyakarta: bahwa Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan membaca buku sangat rendah,
yakni hanya nol sampai satu buku per tahun.[3]
Melihat kenyataan di
atas bahwa kebiasaan membaca pada siswa kelas VIII di MTs Inwanul Huda Jakarta juga
masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa yang masih enggan dan
malas mengunjungi perpustakaan. Hanya sedikit siswa yang mau mengunjungi
perpustakan, rata-rata di antara mereka hanya meminjam buku lain seperti komik
dan bacaan-bacaan sederhana saja. Kemauan siswa untuk membaca bacaan buku
pelajaran fiqih sangat jarang dilakukan. Mereka lebih menyukai bacaan-bacaan
yang banyak menampilkan gambar dengan alasan mereka lebih tertarik dan mudah memahami
isinya, sedangkan buku pelajaran, kurang diminati oleh siswa karena dipandang
lebih sulit dimengerti dan kurang menarik. Kita tahu bahwa buku adalah jendela
dunia. Melalui sebuah buku kita bisa mendapat banyak pengetahuan, sayangnya
kebiasaan membaca siswa mulai luntur.
Kebiasaan membaca yang
baik merupakan kunci keberhasilan semua pelajaran di sekolah. Membaca bukanlah
sekadar aktivitas melihat huruf. Membaca merupakan usaha individu yang peka
terhadap kebutuhan informasi dan perkembangan ilmu. Kegiatan membaca merupakan
aktivitas yang melibatkan fisik, pikiran, dan emosi. Oleh karena itu, kebiasaan
membaca di kalangan siswa menjadi sangat diperlukan dalam aktivitas belajar.
Peran siswa dalam membangun kebiasaan membaca sangat diperlukan. Siswa dituntut
memiliki kesadaran dalam kegiatan membaca.
Kebiasaan membaca
dalam diri siswa harus senantiasa digalakkan. Dengan kebiasaan membaca yang
baik, maka aspek keterampilan berbahasa yang lain juga akan menjadi lebih mudah
dilakukan, baik dalam bentuk menulis, berbicara, maupun menyimak. Salah satu
dampak langsung dari kegiatan membaca adalah prestasi belajar yang memadai.
Kebiasaan membaca memberikan pengaruh besar terhadap pencapaian prestasi
belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, guru memiliki
kontribusi yang besar dalam pencapaian prestasi belajar siswa di kelas. Kemudahan
tersebut bersumber dari proses belajar yang tidak hanya mengandalkan aktivitas
belajar formal di kelas, tetapi didukung oleh kebiasaan membaca yang melekat
dalam diri siswa.
Inilah yang membuat
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana
kebiasaan membaca dan prestasi belajar.. Penulis akan menuangkannya dalam
skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kebiasaan Membaca Terhadap Prestasi
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat
di identifikasikan beberapa masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kebiasaan membaca siswa kelas
VIII di MTs Inwanul Huda Jakarta?
2. Apa saja yang menjadi penyebab rendahnya kebiasaan membaca siswa kelas VIII di
MTs Inwanul Huda Jakarta?
3. Hal apa yang dapat menunjang kebiasaan
membaca siswa kelas VIII MTs Inwanul Huda Jakarta?
4. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kebiasaan membaca siswa kelas VIII di MTs Inwanul Huda Jakarta?
5. Bagaimana dampak kebiasaan membaca siswa kelas
VIII di MTs Inwanul Huda Jakarta?
6. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas
VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta?
7. Apa saja faktor yang dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda
Jakarta?
8. Apakah terdapat pengaruh kebiasaan
membaca terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di
MTs Inwanul Huda Jakarta?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki oleh penyusun dan
banyaknya masalah yang ada, maka sebagai pencegah terhadap perluasan
pembahasan, maka penelitian ini dibatasi pada deskripsi tentang “kebiasaan
membaca” dan "prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih”
di MTs Inwanul Huda Jakarta.
1. Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran
Fiqih
Pretasi belajar adalah
puncak hasil belajar yang dapat mencermin-kan hasil keberhasilan belajar siswa
terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Prestasi belajar dapat
digolongkan menjadi 3 aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi
belajar yang dibahas dalam penelitian ini adalah hasil dari proses pembelajaran
yang mencakup ranah afektif, kognitif dan psikomotorik dengan indikator nilai ulangan
harian, nilai ujian kenaikan kelas dan nilai raport semester genap mata
pelajaran fiqih tahun pelajaran 2015/2016
2.
Kebiasaan Membaca
Kebiasaan membaca
adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara otomatis, mekanis dengan
sengaja atau terencana dan teratur atau berulang-ulang dalam rangka memahami,
menafsirkan, dan memaknai isi suatu bacaan. Kebiasaan membaca yang dibahas
dalam penelitian ini adalah kegiatan membaca siswa dengan indikator frekuensi
membaca, jenis buku bacaan, jumlah buku yang dibaca dalam waktu tertentu, dan keseringan
mengunjungi perpustakaan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimanakah kebiasaan membaca siswa
kelas VIII di MTs Inwanul Huda Jakarta?
2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas
VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta?
3. Apakah terdapat pengaruh kebiasaan
membaca dengan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di
MTs Inwanul Huda Jakarta?
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik manfaat teoretis maupun
manfaat praktis.
1.
Manfaat Teoretis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan
khususnya yang berkaitan dengan kebiasaan membaca siswa guna untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa yang berkaitan dengan pembelajaran fiqih.
2.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Peneliti
Dapat
digunakan sebagai alat ukur kemampuan yang dimiliki berdasarkan teori-teori
yang selama ini dipelajari agar lebih memahami tentang pengaruh kebiasaan
membaca terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. Dan juga penelitian
ini diharapkan mampu untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Islam.
b. Siswa
Hasil
penelitian ini diharapkan akan berguna bagi siswa untuk memotivasi dirinya
supaya terus meningkatkan prestasi belajar dan pengamalan atas konten materi
yang mereka dapat khususnya dalam kebiasaan membaca mereka.
c. Guru
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk menemukan
pendekatan pengajaran yang lebih baik bagi peserta didik sehingga pembelajaran
akan semakin efektif.
d. Peneliti Lain
Penelitian
ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan alternatif dalam meningkatkan hasil
belajar fiqih dan memberikan dorongan kepada peneliti lain yang melakukan
penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoretis
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Secara etimologis kata
prestasi belajar merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata prestasi dan
belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah pre stasi adalah “hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun
kelompok.”[4]
Ngalim Purwanto berpendapat bahwa prestasi merupakan “sesuatu yang digunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang diberikan guru kepada siswanya dalam
waktu tertentu.”[5]
Prestasi merupakan
konsep yang merupakan abstraksi dari kemampuan seseorang dalam menguasai
pelajaran misalnya berhitung, membaca, menggambar, dan lain-lain.[6]
Kata prestasi digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain
pendidikan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi dapat diartikan sebagai
kemampuan nyata yang merupakan hasil dari usaha yang telah dicapai. Berarti
setiap usaha seseorang akan menghasilkan sebuah prestasi.
Kata belajar,
merupakan sebuah kata yang sudah tidak asing lagi bagi semua lapisan
masyarakat, apalagi bagi pelajar. Karena kata belajar merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari semua kegiatan dalam menuntut ilmu. Tetapi tidak
semua orang mengetahui pengertian belajar. Oleh karena itu, sebelum melangkah
lebih jauh, penulis akan mengemukakan pengertian belajar menurut beberapa ahli
dalam dunia pendidikan.
James O. Whittaker dalam Syaiful Bahri Djamarah merumuskan belajar
sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.[7] Sedangkan
Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar, menurutnya belajar adalah “suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”[8]
Moeslichatoen dalam Abdul Hadis mengemukakan bahwa belajar dapat
diartikan sebagai “proses yang membuat terjadinya proses belajar dan perubahan
itu sendiri dihasilkan dari usaha dalam proses belajar.”[9]
Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono berpandangan bahwa belajar adalah “suatu
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.
Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responnya menurun.”[10]
Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan tahapan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dari keseluruhan
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan
interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif, afektif dan
psikomotorik. Sedangkan perubahan yang timbul akibat belajar adalah perubahan
yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Sehingga perubahan-perubahan seseorang yang terjadi akibat mabuk, gila, lelah,
jenuh, dan lain sebagainya tidak dapat dikategorikan dalam belajar ini.
Dari
sini sudah dapat diketahui secara jelas bahwasanya manusia diperintahkan untuk
memacu diri dalam rangka peningkatan prestasi yang maksimal, sehingga akhirnya
akan dapat merasakan hasil dari usaha dan jerih payahnya sendiri. Demikian pula
halnya seorang siswa, prestasi yang diperoleh juga dapat dilihat dari
usaha-usahanya dalam belajar. Karena pada dasarnya yang membuat seseorang maju
atau mundur adalah dirinya sendiri.
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan, Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa
dari apa yang dilakukan dan dikerjakan selama dalam kegiatan belajar mengajar,
yang ditandai adanya perubahan-perubahan dalam diri siswa meliputi ke tiga
aspek belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ngalim Purwanto dalam
Sri Habsari menyatakan bahwa pretasi belajar adalah “hasil-hasil belajar yang
telah diberikan guru kepada murid-murid atau dosen kepada mahasiswanya dalam
jangka tertentu.”[11]
Abu Ahmadi juga menyatakan bahwa prestasi belajar adalah “hasil yang dicapai
dalam suatu usaha (belajar) untuk mengadakan perubahan/ mencapai tujuan.”[12]
Dari pengertian ini, prestasi belajar selalu terkait dengan hasil belajar yang
dicapai karena suatu usaha ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Femi Olivia juga
berpendapat bahwa pretasi belajar adalah “puncak hasil belajar yang dapat
mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang
telah ditetapkan.”[13]
Prestasi belajar siswa dapat ditunjukkan dalam bentuk nilai yang berupa
angka-angka atau simbol huruf sebagai bukti sejauh mana siswa dapat menyerap
atau menerima materi pelajaran dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan oleh
guru selama proses belajar mengajar yang biasanya diukur melalui tes atau
evaluasi.[14]
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Adapun faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar ini sama halnya dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa yaitu adanya faktor internal dan eksternal
diantaranya:
Dimyati dan Mudjiono, mengemukakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
1)
Faktor intern yang dialami dan dihayati
oleh siswa meliputi hal-hal seperti: sikap terhadap belajar, motivasi belajar,
konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan
perolehan hasil belajar, kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan,
kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja, kebiasaan belajar, dan cita-cita
siswa.
2)
Faktor ekstern belajar yang meliputi hal
sebagai berikut: guru sebagai pembina belajar, sarana dan prasarana
pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah dan
kurikulum sekolah.[15]
Ngalim
purwanto juga merumuskan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
belajar, dan membaginya menjadi dua golongan.
1)
Faktor individual yaitu faktor yang ada
pada diri organisme itu sendiri yang berupa kematangan atau pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
2)
Faktor sosial, yaitu faktor yang ada di
luar individu, antara lain keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.[16]
Karena faktor-faktor diataslah, maka muncul siswa-siswa yang berprestasi
tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali dalam belajarnya.
c. Aspek-aspek Prestasi Belajar
Pencapaian prestasi
belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognif, afektif dan psikomotorik.
Ketiga aspek inilah yang menjadi indikator prestasi belajar.
1)
Prestasi belajar bidang kognitif
Yaitu ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya, segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif yang meliputi:
a)
Pengetahuan (Knowledge), yaitu kemampuan
seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,
rumus-rumus, dan sebagainya; mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah
dipelajari dan disimpen dalam ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan yang meliputi fakta, kaidah, prinsip, serta metode yang
diketahui.
b)
Pemahaman (Comprehention), yaitu
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari
bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu
bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang
lain.
c)
Penerapan (Application), yaitu
kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang
baru dan konkret; mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode
yang digunakan pada suatu kasus atau problem yang kongkret dan baru, yang
dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi atau
aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem yang baru.
d)
Analisis (Analysis), yaitu
kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antaranya;
mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga
struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik, yang dinyatakan
dengan penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar dengan
hubungan bagian-bagian itu.
e)
Sintesis (Synthesis), yaitu
kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari kemampuan analisis; mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola yang baru, yang dinyatakan
dengan membuat suatu rencana, yang menuntut adanya kriteria untuk menemukan
pola dan struktur organisasi yang dimaksud.
f)
Evaluasi (Evaluation), yaitu
jenjang berpikir yang paling tinggi dalam ranah kognitif ini, yang merupakan
kemampuan sese-orang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai,
atau ide, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu
atau beberapa hal dan mempertanggungjawabkan pendapat itu berdasarkan kriteria
tertentu yang dinyatakan dengan kemampuan memberikan penilaian terhadap suatu
hal.
2)
Prestasi belajar bidang afektif
Yaitu ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, dan sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan
kognitif tingkat tinggi ciri-ciri belajar afektif akan tampak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama lslam akan meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti
pelajaran agama di sekolah yang meliputi:
a)
Penerimaan (receiving), mencakup
kepekaan akan adanya suatu rangsangan dan kesediaan untuk memperhatikan
rangsangan tersebut, yang dinyatakan dengan memper-hatikan sesuatu, walaupun
perhatian itu masih bersifat pasif.
b)
Partisipasi (responding), mencakup
kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan turut berpartisipasi dalam suatu
kegiatan, yang dinyatakan dengan memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan
yang disajikan.
c)
Penilaian/penentuan sikap (valuing),
mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan memposisikan
diri sesuai dengan penilaian itu. Artinya, mulai terbentuk suatu
sikap, yang dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan
sikap batin, baik berupa perkataan maupun tindakan.
d)
Organisasi (organization), mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam
kehidupan yang dinyatakan dalam pengembangan suatu perangkat nilai. Jenjang ini
berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik diantara
nilai-nilai tersebut, serta mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten
secara internal.
e)
Pembentukan pola hidup (characterization
by a value or value complex), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
kehidupan sedemikian rupa, sehingga dapat menginternalisasikan-nya dalam diri
dan menjadikannya sebagai pedoman yang nyata dan jelas dalam kehidupan
sehari-hari, yang dinyatakan dengan adanya pengaturan hidup dalam
berbagai bidang kehidupan.
3)
Prestasi belajar bidang psikomotorik
Yaitu ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan
dari hasil belajar kognitif (memahami dan belajar afektif kecenderungan untuk
berperilaku) yang meliputi:
a)
Persepsi (perception), mencakup
kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau
lebih, berdasarkan pembedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
rangsangan, yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi yang menunjukkan
kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulation) dan perbedaan antara
rangsangan rangsangan yang ada.
b)
Kesiapan (set), mencakup kemampuan
untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian
gerakan, yang dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
c)
Gerakan terbimbing (guided response),
mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, yang
dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh menurut contoh yang telah
diberikan.
d)
Gerakan yang terbiasa (mechanical
response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik
dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan, karena ia
sudah mendapat latihan yang cukup, yang dinyatakan dengan menggerakkan
anggota anggota tubuh.
e)
Gerakan yang kompleks (complex
response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan,
yang terdiri atas berbagai komponen, dengan lancar, tepat, dan
efisien, yang dinyatakan dalam suatu rangka perbuatan yang berurutan, serta
menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan
teratur.
f)
Penyesuaian pola gerakan (adjustment),
mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik
dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang
telah mencapai kemahiran.
g)
Kreativitas (creativity), mencakup
kemampuan untuk melahirkan pola pola gerak-gerik yang baru, yang
dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri.[17]
Dalam proses belajar mengajar
di sekolah, tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan
hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik. Hal ini tidak berarti bahwa
bidang afektif dan bidang psikomotorik diabaikan. Dengan demikian, untuk
mencapai hasil yang diharapkan sebagai tindak lanjutnya banyak persyaratan yang
harus dipenuhi oleh siswa dalam belajar. Hal ini dapat terlaksana manakala
aspek yang satu dapat saling berkaitan dengan aspek yang lain.[18]
d. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang baik sangat terkait dengan proses belajar yang
dilakukan siswa. Belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan melibatkan
beberapa potensi dalam diri individu baik fisik maupun psikis. Kompleksitas
belajar pun semakin nampak dengan adanya berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Akibat dari itu semua, prestasi belajar setiap individu tidaklah sama. Mungkin
ada yang berpendapat bahwa prestasi belajar akan optimal jika individu mau
menghabiskan waktunya untuk mengulangi materi pelajaran yang diterimanya.
Namun upaya meningkatkan prestasi belajar tidaklah sedemikian sama.
Sebab, tidak jarang lamanya waktu belajar tidak menjamin prestasi belajar yang
optimal jika cara yang ditempuh di dalamnya tidak tepat, demikian juga
sebaliknya. Dengan demikian, diperlukan upaya upaya optimal yang dapat
meningkatkan prestasi belajar. Di antara upaya tersebut adalah :
1) Menciptakan kondisi yang kondusif bagi
kesehatan belajar
Prestasi belajar yang di capai
oleh siswa akan baik apabila kondisi yang ada ketika siswa belajar, baik
internal maupun eksternal, menunjang kegiatan belajar tersebut. Yang dimaksud
dengan kondisi internal adalah: kondisi atau situasi yang ada di dalam diri
individu itu sendiri seperti kesehatannya, keamanannya, ketentramannya, dan
sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan
internalnya dapat dipenuhi. Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi eksternal
adalah “kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia, seperti kebersihan rumah,
penerangan, serta keadaan lingkungan fisik yang lain.[19]
2) Menggunakan strategi yang tepat dalam
belajar.
Kondisi
internal yang baik bagi siswa untuk belajar belum menjamin baiknya prestasi
belajar yang dicapai tanpa adanya strategi belajar yang tepat hingga siswa
dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Sehubungan dengan hal tersebut,
slameto dalam Tabrani Rusyan mengemukakan sejumlah contoh stategi belajar yang
menunjang prestasi belajar, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Pembagian pekerjaan, dalam hal ini
seseorang yang menginginkan hasil optimal dari belajarnya hendaknya sebelum
memulai pekerjaan lebih dahulu menentukan apa yang dapat dan harus diselesaikan
dalam waktu tertentu. Untuk itu hendaknya siswa memulai tugas belajar dari yang
paling mudah baginya sehingga keberhasilannya menguasai apa yang dipelajari
menjadikan dirinya lebih semangat menyelesaikan tugas lain.
b) Waktu belajar, biasanya orang dapat
bekerja dengan penuh perhatian selama 40 menit, orang yang ingin belajar atau
bekerja sungguh-sungguh harus bertekad untuk tidak meninggalkan kegiatan
belajarnya selama 40 menit tersebut, apapun yang terjadi. Selama 40 menit
tersebut, hendaknya seluruh perhatian tercurahkan kepada tugas, baru kemudian
beristirahat utuk memulai kegiatan belajar lainnya.
c) Cara memperbaiki buku, sering terjadi seorang
siswa menghabiskan waktunya berjam-jam untuk membaca dan mempelajari materi
pelajaran dalam buku tertentu tapi hingga buku itu habis terbaca ia belum juga
memahami isi buku tersebut. Untuk menghindari hal sedemikian, hendaknya sebelum
belajar suatu buku setiap siswa mencari gambaran dan garis besar dari isi buku
tersebut dari daftar isi yang ada. Baru kemudian ia membaca isi dari buku
tersebut dengan penuh pemahaman.
d) Membuat catatan, agar apa yang dibaca dan
dipelajari dapat melekat dalam pikiran, hendaknya siswa membuat catatan untuk
hasil bacaannya. Membuat catatan memerlukan pikiran, jadi tidak sama dengan
menyalin. Catatan harus merupakan rangkuman yang memberi gambaran tentang
garis-garis besar dari pelajaran itu.[20]
3) Penggunaan metode belajar yang tepat
Metode
belajar adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan belajar. Belajar
bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan,
cara-cara yang dipakai dalam belajar itu akan kebiasaan. Kebiasaan tersebut
pada akhirnya akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Metode yang ditempuh oleh
setiap individu dalam belajar tentunya berbeda satu sama lain, seperti dalam
hal pembagian waktu belajar. [21]
Setiap
orang memiliki waktu yang memungkinkan baginya untuk mencapai hasil belajar
yang optimal. Kebiasaan seseorang untuk belajar dipagi hari, umpamanya akan
sulit mendapatkan hasil yang optimal jika belajar selain pada waktu tersebut.
Oleh karenanya, setiap siswa hendaknya menyusun jadwal kegiatan yang baik dan
melaksanakannya dengan penuh disiplin.[22]
Peningkatan
prestasi belajar selain dilakukan oleh diri siswa dengan memperbaiki kondisi,
strategi, metode alam, kegiatan belajar juga dapat dilakukan oleh pihak di luar
diri siswa, seperti guru dan orang tua. Keberadaan guru adalah unsur utama yang
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Karakteristik Mata Pelajaran Fiqih
Mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagaimana tertuang dalam Permenag RI No. 2
tahun 2008 memiliki 4 sub-mata pelajaran diantaranya: Al-Qur’an Hadits, Aqidah
Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Tentunya di setiap sub-mata
pelajaran ini memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Adapun karakteristik mata
pelajaran Fiqih diantaranya adalah:
1) Mata pelajaran Fiqih adalah mata
pelajaran amaliyah (praktek). Hal ini tercermin dalam tujuan pembelajaran umum
mata pelajaran ini yaitu:
a) Kemampuan mengetahui dan memahami
pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan
hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam Fiqih Ibadah dan hubungan
manusia dengan sesama yang diatur dalam Fiqih Muamalah.
b) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan
hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan dan ibadah kepada Allah dan ibadah
sosial.[23]
2) Dalam buku Kurikulum Madrasah Tsanawiyah
(Standar Kompetensi) milik Departemen Agama dijelaskan bahwa Mata pelajaran
Fiqih di MTs memiliki fungsi untuk:
a) Penanaman nilai-nilai dan kesadaran
beribadah peserta didik kepada Allah swt.
b) Sebagai pedoman mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
c) Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum
Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat.
d) Pembangunan mental peserta didik terhadap
lingkungan fisik dan sosial melalui ibadah dan muamalah.
e) Perbaikan kesalahan-kesalahan,
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam
kehidupan sehari-hari.
f) Pembekalan peserta didik untuk mendalami
fiqih atau hukum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3) Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di MTs
meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia
dengan Allah swt, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia
dengan alam (selain manusia) dan lingkungannya.[24]
4) Ilmu Fiqih menurut Muhammad Daud Ali
didefinisikan sebagai: “ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan
norma-norma hukum dasar yang terdapat dalam Al-Qur’an dan ketentuan-ketentuan
umum yang terdapat dalam sunnah nabi yang direkam dalam kitab-kitab hadits”.[25]
5) Ilmu Fiqih terdiri dari dua bagian yakni
Fiqih ibadah dan Fiqih Mu’amalah.
6) Mempelajari Fiqih adalah kewajiban
individual (fardhu ‘ain) karena sifat pengetahuannya yang menjadi prasyarat
bagi pelaksanaan ibadah seseorang. Hal ini sesuai dengan kaidah Fiqhiyyah:
مالم يتم
الواجب الابه فهو واجب
“Sesuatu yang diperlukan untuk sempurnanya hal
yang wajib adalah juga wajib”.[26]
7) Etika yang diajarkan dalam Islam terdiri
dari lima norma yang biasa disebut Ahkamul Khamsah (hukum yang lima) sebagai
yakni berupa kategori wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.
3. Kebiasaan Membaca
a. Pengertian kebiasaan Membaca
Witherington dalam
Djaali mengartikan Kebiasaan (Habit) sebagai an acquired way of
acting which is persistent, uniform, and fairly automatic yang berarti Kebiasaan
sebagai “cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang,
yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.” Perbuatan kebiasaan
tidak memerlukan konsentrasi perhatian dan pikiran dalam melakukan-nya. Kebiasaan
dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan atau memperhatikan hal-hal
lain.[27]
Menurut Burghard dalam
Muhibbin Syah menyatakan bahwa kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan
kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.[28]
Tampubolon mendefinisikan kebiasaan sebagai kegiatan atau sikap, baik fisik
maupun mental, yang telah membudaya dalam suatu masyarakat. Kebiasaan itu
merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat.[29]
Dia juga mengatakan kebiasaan berkaitan dengan minat, dan merupakan perpaduan
antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.[30]
Menurut ensiklopedia Indonesia,
Kebiasaan secara umum diartikan sebagai istilah yang menunjukan berbagai bentuk
tingkah laku mekanik (misalnya: gerakan) maupun semi automatik yang ada dalam
perbuatan rutin seperti berpakaian, cara berbicara, atau berpikir yang khas,
perbuatan yang dinilai atas dasar etika dan tata krama kesopanan (misalnya
kebiasaan baik atau buruk). Dalam psikologi, diartikan sebagai suatu
kecenderungan seserang untuk bertindak secara automatis, dimana pembentukan
kebiasaan adalah atas dasar belajar dengan jalan latihan dan ulangan. Dengan
demikian kebiasaan suatu hasil akhir dari proses belajar. Fungsi kebiasaan
memungkinkan terjadinya suatu kelangsungan, dimana seseorang mempergunakan masa
lampau sebagai penunjang tindakan selanjutnya.[31]
Sementara menurut Tarigan,
membaca adalah “memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam
lambang, simbol.” Adapun menurut Bond dan Wagner yang dikutip oleh ibrahim
Bafadal, definisi membaca ialah “suatu proses menangkap atau memperoleh
konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya, menginterprestasi, mengevaluasi
konsep-konsep pengarang, dan merefleksikan konsep-konsep itu.”[32]
Menurut Bowman dalam
Samsu Somadoyo menyatakan bahwa membaca merupakan sarana yang tepat untuk
mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning)
dengan mengajarkan kepada anak cara membaca, berarti memberi anak tersebut
sebuah masa depan, yaitu memberi teknik bagaimana cara mengeksplorasi “dunia”
mana pun yang ia pilih dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan
hidupnya.[33]
Tampubolon
mengemukakan pengertian membaca ialah “satu dari empat kemampuan bahasa dan
merupakan bagian/komponen dari komunikasi tulis.” Membaca menurut Tampubolon
pada dasarnya merupakan proses kognitif meskipun pada taraf penerimaan
lambang-lambang tulisan diperlukan kemampuan motoris berupa gerakan-gerakan
mata.[34]
Dengan adanya beberapa
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakekatnya adalah suatu
proses yang dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang
disampaikan melalui tulisan. Dalam proses tersebut, pembaca mengintegrasikan
antara informasi atau pesan dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman
yang telah dimiliki.
Kebiasaan membaca
menurut Tampubolon ialah “kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri
seseorang, maka kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan.”[35]
Dari segi kemasyarakatan, kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah
membudaya dalam suatu masyarakat. Yang perlu dicapai ialah kebiasaan membaca
yang efesien, yaitu kebiasaan membaca yang disertai minat yang baik dan
keterampilan membaca yang efesien telah sama-sama berkembang dengan maksimal.
Sedangkan Dewa Ketut
Sukardi berpendapat bahwa apabila membaca buku itu diwajibkan untuk mengulang
berkali-kali maka akan terbentuklah kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca
akhirnya akan menimbulkan kegemaran membaca.[36]
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kebiasaan membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang secara otomatis, mekanis dengan sengaja atau terencana dan teratur
atau berulang-ulang dalam rangka memahami, menafsirkan, dan memaknai isi suatu
bacaan. Salah satu unsur penting dalam Manajemen Diri adalah membangun
kebiasaan untuk terus menerus belajar atau menjadi manusia pembelajar yang
senantiasa haus akan informasi dan
pengetahuan.
Salah satu cara paling
efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Namun sayangnya sebagian besar
orang tidak pernah punya waktu untuk membaca. Alasan utama yang sering
disampaikan adalah kesibukan pekerjaan. Banyak orang maupun peserta didik
terjebak dalam kemalasan, rutinitas, dan tekanan pekerjaan sehingga tidak
memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan yang dimiliki, terutama dalam hal
kebiasaan menmbaca.
Dengan seringnya
membaca diharapkan mampu mendapat ilmu yang lebih, sehingga mampu mengatasi
masalah yang sewaktu-waktu muncul karena memiliki keyakinan dan pengalaman
tersendiri
b. Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Kebiasaan Membaca
Menurut Daryono banyak
faktor yang menyebabkan rendahnya kebisaan membaca, yakni:
1.
Kurikulum pendidikan dan sistem
pembelajaran di Indonesia belum mendukung kepada peserta didik, semestinya
kurikulum atau sistem pembelajaran yang ada mengharuskan membaca buku lebih
banyak lebih baik atau mencari informasi lebih dari apa yang diajarkan.
2.
Masih terlalu banyaknya jenis hiburan,
permainan game dan tayangan yang tidak mendidik, bahkan kebanyakan acara yang
ditayangkan lebih banyak yang mengalihkan perhatian untuk membaca buku kepada
hal-hal yang bersifat negatif.
3.
Kebiasaan membaca terdahulu yang turun
temurun dan sudah mendarah daging, masyarakat sudah terbias dengan cara
mendongeng, bercerita yang sampai saat sekarang masih berkembang dimasyarakat
indonesia.
4.
Rendahnya produksi buku yang berkualitas
di Indonesia, dimana terjadi kesenjangan penyebaran buku di perkotaan dan
pedesaan yang mengakibatkan terbatasnya sarana bahan bacaan dan kurang
meratanya bahan bacaan ke plosok tanah air.
5.
Pentingnya dukungan dari lingkungan
keluarga, yang kesehariannya hanya disibukkan oleh kegiatan-kegiatan keluarga
yang tidak menyentuh aspek-aspek penumbuhan kebiasaan baca pada keluarga.
6.
Minimnya sarana untuk memperoleh bahan
bacaan, seperti perpustakaan, dan taman bacaan.
c. Aspek-aspek Kebiasaan Membaca
Dalam
mengungkap kebiasaan membaca, Utami Munandar mengungkapkan konsep kebiasaan membaca
menjadi dua belas aspek. Kedua belas aspek itu dapat dipergunakan untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan kebiasaan membaca, yaitu kesenangan
membaca, jenis buku bacaan, jumlah buku yang dibaca dalam waktu tertentu, asal
buku bacaan yang diperoleh, tingkat keseringan mengunjungi perpustakaan, macam-macam
buku yang disenangi, frekuensi membaca, hal berlangganan majalah, bagian surat
kabar yang disenangi untuk dibaca, alasan berlangganan majalah, jenis majalah
yang dilanggani, dan majalah yang paling disenangi dibaca.[37]
d. Upaya Meningkatkan Kebiasaan Membaca
Tidak dapat
disangsikan lagi bahwa penanaman kebiasaan membaca harus dimulai pada usia dini, dan tidak dapat
disanksikan pula bahwa sekolah merupakan tempat yang sangat tepat untuk memupuk
minat dan kebiasaan membaca bagi anak-anak. Salah satu dukungan yang dibutuhkan
untuk menumbuhkan minat baca siswa adalah peran guru. Guru perlu memotivasi
siswa untuk mencintai buku sejak awal. Karena itu upaya pengembangan atau peningkatan
minat dan kebiasaan membaca juga diadakan di sekolah-sekolah.
Kegiatan-kegiatan
untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa antara lain:
penyelenggaraan jam-jam cerita di perpustakaan sekolah, pemberian tugas
membaca, pemberian tugas pembuatan abstraksi, pemotivasian penyelenggaraan
majalah dinding, penyelenggaraan lomba membaca, penyelenggaraan lomba pembuatan
kliping, pemotivasian penerbitan majalah atau buletin sekolah, penyelenggaraan
pameran buku yang dikaitkan dengan peringatan hari-hari besar nasional dan
agama, penugasan siswa membantu pustakawan di perpustakaan sekolah, penyelenggaraan
program membaca, dan pemberian bimbingan teknis membaca.
Dari semua kegiatan yang dilaksanakan di atas,
perlu adanya dukungan dari para guru dan sekolah. Guru mempunyai peranan penting
untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa-siswanya. Jika guru salah
atau kurang tepat dalam menggunakan metode mengajar maka akan membuat siswa
malas membaca, tidak memberikan motivasi (dorongan) pada siswa untuk gemar
membaca. Guru yang tidak memberikan kesempatan atau tidak menciptakan suasana
diskusi di dalam kelas, sekolah sudah seharusnya menyediakan fasilitas,
terutama buku-buku bacaan untuk siswa supaya tidak akan mematikan kebiasaan siswa
untuk ingin tahu atau mencari sesuatu jawaban.
Disamping itu guru
yang mengajar dengan metode ceramah saja
atau yang lebih buruk lagi dengan menyalin saja (baik di papan tulis atau
didiktekan), akan menjadikan kelas itu
kelas yang pasif, kelas yang siswa-siswanya selalu menunggu apa yang akan
diberikan oleh gurunya.[38]
B. Kerangka Berfikir
Kebiasaan membaca
adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara otomatis, mekanis dengan
sengaja atau terencana dan teratur atau berulang-ulang dalam rangka memahami,
menafsirkan, dan memaknai isi suatu bacaan. Prestasi belajar adalah hasil usaha
yang telah dicapai siswa dari apa yang dilakukan dan dikerjakan selama dalam
kegiatan belajar mengajar, yang ditandai adanya perubahan-perubahan dalam diri
siswa meliputi ke tiga aspek belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan
analisis ini diduga kebiasaan membaca mempunyai pengaruh terhadap prestasi
belajar siswa, Semakin tinggi tingkat kebiasaan membaca siswa di MTs Inwanul
Huda Jakarta maka semakin tinggi juga prestasi belajar siswa yang dihasilkan.
Berdasarkan kerangka
berpikir di atas, dapat disusun peta konsep sebagai berikut :
Variabel X
(Kebiasaan Membaca)
1.
Frekuensi Membaca.
2.
Jenis Buku Bacaan.
3.
Jumlah buku yang dibaca dalam waktu tertentu.
4.
Keseringan mengunjungi perpustakaan
|
Pengaruh
Anak yang terbiasa untuk membaca buku
bacaan maka akan meningkatkan prestasi belajarnya.
|
Variabel Y
(Prestasi Belajar )
Nilai Ulangan Harian dan Nilai Ujian Kenaikan Kelas dan Nilai
Raport Semester Genap Mata Pelajaran Fiqih Tahun Pelajaran 2015/ 2016
|
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang kebenarannya harus
diuji secara empiris. Hipotesis dapat
diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.[39]
Dari kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut: Terdapat Pengaruh Kebiasaan Membaca Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII
Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs Inwanul Huda Jakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan kebiasaan membaca siswa MTs Inwanul
Huda Jakarta.
2. Mengetahui prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta.
3. Membuktikan pengaruh antara kebiasaan
membaca dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul
Huda Jakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
a. Letak Geografis
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Inwanul Huda yang beralamatkan Jalan Kesadaran
I RT.001 RW.007 No.54, Kel.Cipinang Muara, Kec.Jatinegara, Jakarta Timur 13420,
Tlp.0218501396 / 0218501396. secara geografis MTs Inwanul Huda terletak pada:
1) Sebelah Barat dibatasi dengan pemukiman
penduduk,
2) Sebelah Utara dibatasi dengan pemukiman
penduduk,
3) Sebelah Timur dibatasi dengan pemukiman
penduduk,
4) Sebelah Selatan dibatasi dengan pemukiman
penduduk
b. Visi, Misi dan
Tujuan Madrasah
1) Visi
Menjadi
lembaga pendidikan yang berkualitas, yang mampu menumbuhkan siswa yang beriman,
bertaqwa, berilmu, terampil dan berakhlak mulia.
2) Misi
a) Menanamkan aqidah islamiyah,
b) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan
ajaran islam,
c) Membekali siswa dengan pengetahuan agama,
pengetahuan umum dan sains,
d) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan
secara efektif dan efisien sehingga siswa mampu merekleksiskan pengetahuannya dalam
kehidupan,
e) Melatih siswa berbuat santun terhadap
orang lain.
3) Tujuan
Mewujudkan masyarakat yang berkualitas, beriman,
bertaqwa, berilmu, terampil dan berakhlakul karimah.
c. Profil Madrasah
Tabel 1 Profil MTs Inwanul Huda Jakarta
No
|
Identitas Sekolah
|
|
1
|
Nama Sekolah
|
Mts Inwanul Huda
|
2
|
Nomor Induk Sekolah
|
-
|
3
|
Nomor Statistik Sekolah
|
212317430012
|
4
|
Propinsi
|
Dki Jakarta
|
5
|
Otonomi Daerah
|
-
|
6
|
Kecamatan
|
Jatinegara
|
7
|
Desa / Kelurahan
|
Cipinang Muara
|
8
|
Jalan Dan Nomor
|
Jl. Kesadaran Cipinang Muara Nomer 54
|
9
|
Kode Pos
|
13420
|
10
|
Telepon
|
021-8501396
|
11
|
Faxcimile / Fax
|
-
|
12
|
Daerah
|
Perkotaan
|
13
|
Status Sekolah
|
Swasta
|
14
|
Kelompok Sekolah
|
Imbas
|
15
|
Akreditasi
|
|
16
|
Surat Keputusan / Sk
|
Nomor : 3582/2005 Tgl : 3 Juni 2005
|
17
|
Penerbit Sk (Ditandatangani) Oleh
|
Kepala Kanwil Dep.Agama
|
18
|
Tahun Berdiri
|
1982
|
19
|
Tahun Perbahan
|
-
|
20
|
Kegiatan Brelajar Mengajar
|
Pagi
|
21
|
Bangunan Sekolah
|
Milik Sendiri
|
22
|
Luas Bangunan
|
-
|
23
|
Lokasi Sekolah
|
Jl. Kesadaran Cipinang Muara Rt 001/07
|
24
|
Jarak Ke Pusat Kecamatan
|
1 (Satu) Km
|
25
|
Terletak Pada Lintasan
|
Kecamatan
|
26
|
Jumlah Keanggotaan Rayon
|
5 (Lima) Sekolah
|
27
|
Organisasi Penyelenggaraan
|
Yayasan
|
28
|
Perjalanan / Perubahan Sekolah
|
-
|
Sumber: Tata Usaha MTs Inwanul Huda Jakarta
d. Keadaan Guru
Data jumlah Guru dan Karyawan MTs Inwanul Huda
Sebagai Berikut:
Tabel 2 Data Guru MTs Inwanul Huda Jakarta
No
|
Nama
|
Pendidikan
|
Jabatan
|
Mata pelajaran
|
1
|
Tuti
Alawiyah, S.Pdi
|
S1
|
Kepala Sekolah
|
Fiqih
|
2
|
Dra
Suryani
|
S1
|
Guru
|
Aqidah Akhlak
|
3
|
Drs.
Muh Yasin
|
S1
|
Guru
|
Al-quran Hadis
|
4
|
Nawiyah,
S.Ag
|
S1
|
Guru
|
Bahasa Arab
|
5
|
Meity
Purnamawati, A, Ma
|
D3
|
Guru
|
PLKJ
|
6
|
Abdul
Khoir, A.Md
|
D3
|
Guru
|
Fiqih
|
7
|
Tahwila,
S.Pdi
|
S1
|
Guru
|
TIK
|
8
|
Nur
Aida, ST
|
S1
|
Guru
|
Bahasa Indonesia
|
9
|
Muh
Syaifullah, S.Pdi
|
S1
|
Guru
|
IPS
|
10
|
Drs
Sardal
|
S1
|
Guru
|
Matematika
|
11
|
Hita
Nurlita, S.Pd
|
S1
|
Guru
|
Bahasa Inggris
|
12
|
H.
Abdul Hadi, S.Po
|
S1
|
Guru
|
Olahraga
|
13
|
Aan
Ardjali, S.Ag
|
S1
|
Guru
|
SBK
|
14
|
Diana
Widyosari,S.Pd
|
S1
|
Guru
|
IPA
|
15
|
Muh
Syarif, S.Pdi
|
S1
|
Guru
|
Bahasa Arab
|
16
|
Ahmad
Zaenudin
|
PGA
|
Guru
|
PKN
|
17
|
M.
Salam
|
S1
|
Guru
|
SKI
|
Sumber:
Tata Usaha MTs Inwanul Huda Jakarta
e. Keadaan Siswa
Data Jumlah siswa MTs Inwanul Huda
Jakarta pada tahun ajaran 2015-2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Data Siswa MTs
Inwanul Huda Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016
Kelas
Jenis
|
VII
|
VIII
|
IX
|
Total
|
||||||
A
|
B
|
A
|
B
|
C
|
A
|
B
|
C
|
|||
L
|
16
|
11
|
18
|
20
|
19
|
18
|
19
|
11
|
132
|
|
P
|
18
|
10
|
16
|
13
|
16
|
18
|
17
|
12
|
120
|
|
Jumlah
|
34
|
21
|
34
|
33
|
35
|
36
|
36
|
23
|
252
|
|
55
|
102
|
95
|
||||||||
Sumber: Tata Usaha MTs Inwanul Huda Jakarta
f. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang terdapat di MTs
Inwanul Huda Jakarta adalah sebagai berikut:
Tabel
4 Data Sarana dan Prasarana MTs Inwanul Huda Jakarta
No
|
Fasilitas
|
Jenis
|
Jumlah
|
Keadaan
|
1
|
Ruangan
|
Ruang Kantor Kepala Sekolah
|
1 Ruang
|
Baik
|
Ruang Kantor Guru
|
1 Ruang
|
Baik
|
||
Ruang Tata Usaha
|
1 Ruang
|
Baik
|
||
Ruang Belajar
|
8 Ruang
|
Baik
|
||
Ruang Perpustakaan
|
1 Ruang
|
Baik
|
||
Ruang UKS
|
1 Ruang
|
Baik
|
||
Ruang BK
|
1 Ruang
|
Baik
|
||
Mushola/Mesjid
|
1 Ruang
|
Baik
|
||
Laboratorium
|
2 Ruang
|
Baik
|
||
Ruang Tamu
|
1 Ruang
|
Baik
|
||
Kantin
|
1 Ruang
|
Baik
|
||
Toilet Siswa
|
2 Ruang
|
Baik
|
||
Toilet Guru
|
2 Ruang
|
Baik
|
||
Gudang
|
1 Ruang
|
Cukup
|
||
Ruang OSIS
|
1 Ruang
|
Cukup
|
||
2
|
Kelengkapan Kelas di tiap kelas
|
Meja / Kursi Murid
|
10 meja
20 kursi
|
Baik
|
Meja / Kursi Guru
|
1 meja
1 kursi
|
Baik
|
||
Papan Tulis
|
1 buah
|
Baik
|
||
Kipas Angin
|
2 buah
|
Baik
|
||
Gambar Presiden/wakil presiden
|
1 buah
|
Baik
|
||
Gambar pahlawan
|
3 buah
|
Baik
|
||
Jam dinding
|
1 buah
|
Baik
|
||
Peta
|
1 buah
|
Baik
|
||
Jadwal kelas
|
1 buah
|
Baik
|
||
Struktur kelas
|
1 buah
|
Baik
|
||
3
|
Perpustakaan
|
Rak buku
|
3 unit
|
Baik
|
Lemari
|
1 unit
|
Baik
|
||
Meja
|
1 unit
|
Baik
|
||
Kursi
|
1 unit
|
Baik
|
||
Globe
|
1 unit
|
Baik
|
||
Tempat koran
|
1 unit
|
Baik
|
||
Peta dunia
|
1 unit
|
Baik
|
||
Meja dan kursi baca
|
5 unit
|
Baik
|
||
4
|
Laboratorium
|
Laboratorium komputer
|
1 ruang
|
Baik
|
Laboratorium IPA
|
1 ruang
|
cukup
|
||
Komputer
|
10 unit
|
Baik
|
||
5
|
Alat Peraga
|
Tengkorak
|
1 unit
|
cukup
|
Patung anggota tubuh
|
2 unit
|
Baik
|
||
Infokus
|
1 unit
|
Baik
|
||
Microskop
|
1 unit
|
Baik
|
||
Alat optik
|
1 unit
|
Baik
|
||
6
|
Sarana Dan Prasarana Olahraga
|
Lapangan Olahraga
|
1 Lahan
|
Cukup
|
Tiang bendera
|
1 tiang
|
Cukup
|
||
7
|
Fasiltas Lainnya
|
Wastafel
|
1 unit
|
Cukup
|
Mading
|
1 unit
|
Baik
|
Sumber: Observasi di MTs
Inwanul Huda Jakarta
2. Waktu Penelitian
Penelitian belangsung selama 5 (lima)
bulan yaitu mulai April 2016 hingga bulan Agustus 2016 dengan kegiatan-kegiatan
penelitian sebagai berikut
Tabel 5 Kegiatan Penelitian
Kegiatan
|
Pelaksanaan
|
||||||||||||||||||||||||
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
|||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||||
1
|
Penyusunan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
2
|
Seminar Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
3
|
Penyusunan Deskripsi
Teoretis
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
4
|
Observasi lokasi
penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
5
|
Penyusunan Instrumen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|||||||||||||||||||||||||
6
|
Penyebaran Angket
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
7
|
Pengelolaan dan
Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
8
|
Penyusunan Laporan
Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
9
|
Pengesahan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah “konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.
Apabila suatu konsep tidak memiliki variasi nilai maka disebut sebagai
konstanta (variabel yang nilainya bersifat tetap dan tidak bisa diubah).”[40] Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua
variabel yaitu satu variabel bebas (Independent Variable) dan satu
variabel terikat (Dependent Variable).
Menurut Idrus Alwi, variabel bebas (Independent Variable) adalah “variabel
yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.”
Sedangkan variabel terikat (Dependent Variable) merupakan “variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat,karena adanya variabel bebas”[41].
Dalam peneltian ini ada dua variabel yaitu :
- Variabel terikat yaitu Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih (Y)
- Variabel bebas yaitu Kebiasaaan Membaca (X)
D. Metode Penelitian
Penelitian tentang pengaruh
kebiasaan membaca terhadap prestasi belajar
siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda
Tahun Pelajaran 2015/2016 termasuk penelitian deskriptif atau
expost facto. Secara harfiah, expost Facto berarti “sesudah
fakta” karena sebab yang diselidiki sudah berpengaruh pada variable lain. Kerlinger
dalam Idrus Alwi mendefinisikan penelitian expost facto sebagai penemuan
empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan kontrol
terhadap variable-variable bebas karena manifestasinya sudah terjadi atau
variabel-variable tersebut secara inheren tidak dapat dimanipulasi.[42] Eksplanasinya
tergolong penelitian deskriptif
korelasional dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian deskriptif
korelasi karena penelitian
ini akan mencari kontribusi antara satu variabel dengan variabel lain
yaitu variabel kebiasaan membaca terhadap variabel prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran fiqih. Menggunakan pendekatan kuantitatif karena variabel bebas dan
variabel terikat diukur dalam bentuk Angka-angka, kemudian dicari ada tidaknya
kontribusi antara kedua variabel tersebut dan dikemukakan seberapa besar
kontribusinya.[43]
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah “himpunan semua individu yang dapat (atau yang mungkin
akan) memberikan data dan informasi untuk suatu penelitian.”[44]
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Inwanul Huda Tahun
Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 252 siswa. Mengingat populasi sangat luas,
maka dalam penelitian ini peneliti membatasi populasi untuk membantu
mempermudah penarikan sampel. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim, “Pembatasan
populasi dilakukan dengan membedakan populasi target (Target Population)
dan populasi terjangkau (Accessible Population). Berdasarkan pendapat
tersebut, maka:
Populasi Target = Seluruh
siswa MTs Inwanul Huda Jakarta.
Populasi Terjangkau = Siswa
kelas VIII MTs Inwanul Huda Jakarta yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas VIII-A,
VIII-B, dan VIII-C yang berjumlah 102 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah “himpunan bagian
(sub set) dari sebuah populasi tertentu.”[45] Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah
dengan menggunakan simple random sampling. Simple random sampling adalah “metode penarikan dari sebuah
populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi
atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil.”
Atau “suatu tipe sampling probabilitas, di mana
peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada
semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel.” Dikatakan simple (sederhana) karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata dalam populasi itu.[46] Ukuran
sampel dari populasi terjangkau ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikembangkan dari Slovin yaitu:
Keterangan:
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan misalnya 5%.[47]
Dengan jumlah
populasi terjangkau = 102,
tingkat kesalahan = 5%, maka
ukuran sampel yang mewakili adalah :
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan akan sangat menentukan baik buruknya hasil penelitian.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang
relevan, akurat, dan reliabel. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Metode Angket
Kuesioner (angket) merupakan “cara menghimpun data yang dilakukan dengan
serangkaian daftar pertanyaan/pernyataan yang disusun secara sistematis, yang
harus diisi responden.”[48] Jenis angket yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket tertutup, yaitu sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.[49]
Skala Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data dengan angket ini
adalah Rating Scale (Skala Rating). Skala rating adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang
berupa suatu daftar yang berisi tentang sifat/cin-ciri tingkah laku yang ingin
diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat. Penilaian yang diberikan
oleh observer berdasarkan observasi spontan terhadap perilaku orang lain, yang
berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi sosial dengan orang itu selama
periode waktu tertentu.[50]
Jawaban setiap item dalam
instrumen yang menggunakan skala rating berupa checklist dan diuraikan
secara lebih terperinci, dengan menggunakan kata-kata Selalu (SL), Sering (SR),
Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP).
Tabel 6 Skala Rating
Alternatif Jawaban
|
SL
|
SR
|
KK
|
TP
|
Skor
|
4
|
3
|
2
|
1
|
2. Metode Dokumentasi
Suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, suara, maupun gambar.[51] Metode dokumentasi
digunakan untuk mengambil data tentang prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran fiqih yang diambil dari nilai ulangan harian, nilai ujian kenaikan kelas dan nilai raport semester genap siswa kelas VIII mata
pelajaran fiqih MTs. Inwanul Huda
Jakarta
3. Metode Observasi
Cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan.[52] Metode ini
digunakan untuk mendapatkan data tentang kondisi umum siswa dan fasilitas di
MTs Inwanul Huda Jakarta.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan interprestasikan. Pen ggunaan teknik analisis data dalam
penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dilakukan untuk
mencari korelasi antara dua variabel. Aadapun data dan informasi yang diperoleh
dalam penelitian ini akan diolah dengan teknik analisis data sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskriptifkan data tentang
kebiasaan membaca dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih, sehngga
data dapat disajikan dalam bentuk histogram.
2. Uji Persyaratan Analisis Data
Untuk menguji persyaratan analisis data,
dalam penelitian ini digunakan uji normalitas. Pengujian normalitas dilakukan
untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Dalam penelitian ini
menggunakan uji normalitas data dengan uji lilliefors.
3. Pengujian Hipotesis
a. Regresi
Regresi adalah jenis uji statistika yang
dipakai untuk melihat daya prediksi variabel independen (prediktor) terhadap
variabel dependen (kriterium). Dengan persamaan regresi: Ŷ= a + bX.
b. Linearitas
Pemeriksaan kelinearan dilakukan melalui
pengujian hipotesis nol. Bahwa linear melawan hipotesis tandingan bahwa tidak
linear, yaitu dengan koefisien regresi sederhana dan uji keberartian regresi
c. Koefesien Determinasi
Untuk mengetahui berapa besar sumbangan
variabel Kebiasaan Membaca (variabel X) dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Fiqih (variabel Y) menggunakan rumus D= (rxy)2 x
100%.
d. Signifikansi Korelasi
Untuk menguji signifikan atau tidak
signifikannya korelasi antara dua variable X dan Y, maka akan di uji
menggunakan rumus:
H. Hipotesis Statistik
Adapun rumusan hipotesis
statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
a. Regresi
H0 : β
= 0 à Tidak terdapat pengaruh antara kebiasaan membaca dengan prestasi
belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta.
H1 : β ≠ 0 à Terdapat pengaruh antara kebiasaan
membaca dengan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di
MTs Inwanul Huda Jakarta.
b. Signifikan Regresi
H0 : β < 0 à Regresi Non Signifikan
H1 : β > 0 à Regresi Signifikan
c. Linearitas Regresi
Ŷ = a + bX. à Regresi Linier
Ŷ > a + bX. à Regresi Non Linier
Kriteria :
Regresi : Terima H0, jika Fh < Ftabel pada (1,n-2)
α 5%
Tolak
H0 jika Fh > F Fta bel pada (1,n-2) α 5%
Linearitas : Terima H0, jika
Fh < Ftabel pada (k-2,n-k) α 5%
Tolak
H0, jika Fh > Ftabel
pada (k-2,n-k) α 5%
[1] Tampubolon, Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien,
(Bandung, Angkasa, 2008), h. 228.
[2] Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca,
(Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), Cet Pertama, h. 4.
[3]Radio Republik Indonesia, Kebiasaan
Membaca Buku Masyarakat Indonesia Rendah, Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 di http://www.rri.co.id/post/berita/213647/nasional/kebiasaan_
membaca_buku_masyarakat_indonesia_rendah.html.
[4] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 19.
[5] M. Ngalim Purwanto, Teknik-teknik
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 2009), h. 61
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), Cet. Kedua, h. 12.
[8] Ibid, h. 13.
[9] Abdul Hadis, Psikologi dalam Pendidikan,(Bandung : Alfabeta,
2006), h. 60.
[10] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006), Cet.ketiga, h. 9.
[12] Ibid.
[13] Femi Olivia, Teknik Ujian Efektif, (Jakarta: Elex Media
Koputindo, 2011), h. 73.
[15] Dimyati dan Mudjiono, Op Cit, hh. 236-253.
[17] Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi pembelajaran, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012), Cetakan
Pertama, hh. 43-49.
[29] Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak,
(Bandung:
Angkasa, 1993), h. 228.
[31]
Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve), h. 1704.
[32] Synta Umaria, Hubungan Antara Kemampuan Membaca Dengan Prestasi
Belajar Siswa Pada Bidang Studi Fiqih Siswa SDIT Mutiara Hati Tambun Selatan
Bekasi, Skripsi Sarjana Pendidikan,
(Jakarta: Perpustakaan Uniat, 2015), h. 12. t.d.
[33]
Samsu Somadayo, Op Cit, h. 2.
[34]
Tampubolon, Op Cit, h. 41.
[35] Tampubolon, Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien,
(Bandung, Angkasa, 2008), h. 228.
[36] Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak
(Jakarta: Ghalia Indonesia 1987) h.
105.
[38] Zaifbio, Minat Baca Siswa,
Diakses pada selasa 7 Juni 2016 di https://zaifbio.wordpress.com/ 2011/11/21/minat-baca-siswa/
[39] Idrus Alwi, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing,
2013) h. 75.
[40] Ibid, h. 49.
[41] Ibid, h. 50.
[42] Ibid,
h. 89.
[44] Ibid, h. 95.
[45] Ibid.
[46]
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung, Alfabeta, 2014), cet.24
h. 64.
[51] Ibid,
h. 111.
Comments
Post a Comment
Jangan lupa komentar yaaa !!!