Pengaruh kebiasaan membaca dengan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta



BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

       Prestasi belajar merupakan hasil yang ditunjukkan seorang siswa setelah melakukan proses belajar mengajar. Prestasi belajar seorang siswa biasanya ditunjukkan dengan angka dan nilai sebagai laporan hasil belajar siswa kepada orang tuanya. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pemikiran Benjamin S. Bloom, dimana tujuan belajar menurut beliau diarahkan untuk mencapai tiga ranah aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga evaluasi terhadap hasil belajar siswa pun juga tidak terlepas dari ketiga aspek tersebut.
       Masyarakat banyak yang beranggapan bahwa kebiasaan membaca seorang siswa tidak serta merta ditentukan oleh tinggi rendahnya prestasi belajar atau seberapa tinggi nilai mata pelajaran yang tercantum dalam raport mereka. Akan tetapi hemat penulis, tidak menutup kemungkinan juga bahwa siswa yang memiliki prestasi belajar baik juga memiliki kualitas kebiasaan membaca yang baik pula atau sebaliknya.
       Dilema ini juga tidak mengherankan sebab untuk Pendidikan Agama Islam lebih khusus mata pelajaran fiqih adalah mata pelajaran amaliyah (praktek). Pada dasarnya keberhasilan pembelajaran fiqih tidak hanya pada level pengembangan kognitif siswa semata, melainkan tentang bagaimana wawasan keagamaan yang didapat bisa menjiwai kepribadian


siswa dan diwujudkan dengan mengamalkannya dalam bentuk ibadah di dalam kehidupan sehari-hari.
       Dalam konteks pembelajaran mata pelajaran fiqih dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi prestasi belajar siswa maka akan semakin baik pula pemahaman dan pengetahuan siswa tentang pengamalan ibadah yang baik dan benar sesuai tuntunan agama Islam. Dan dengan pengetahuan dan pemahaman siswa itu diharapkan siswa mau mengaplikasikannya dalam peribadatan sehari-hari. Dengan demikian kebiasaan membaca siswa berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Idealnya adalah siswa yang memiliki nilai baik dalam mata pelajaran fiqih seharusnya juga aktif dalam pengamalan ibadahnya.
       Kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang, maka kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan.[1] Dari segi kemasyarakatan, kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah membudaya dalam suatu masyarakat. Yang perlu dicapai ialah kebiasaan membaca yang efesien, yaitu kebiasaan membaca yang disertai minat yang baik dan keterampilan membaca yang efesien telah sama-sama berkembang dengan maksimal.
       Membaca merupakan suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung didalam bahan tulis.[2] Karena dengan membaca dapat memberi pengetahuan yang yang belum pernah didapat sebelumnya. Membaca dapat menjadi faktor penting dalam memahami setiap perkembangan yang terjadi dalam kehidupan, di samping menjadi tolak ukur keberhasilan dalam belajar.
        Dengan banyak membaca, siswa akan dapat mengetahui peristiwa masa lampau, masa kini, dan mampu meramalkan peristiwa yang akan terjadi kemudian. Siswa yang memiliki kebiasaan membaca mampu menggunakan waktu untuk kegiatan membaca. Kegemaran terhadap bacaan menjadikan waktu sangat berharga nilainya. Tuntutan akan kebutuhan informasi yang terus berkembang dari waktu ke waktu sebenarnya dapat difasilitasi melalui kegiatan membaca. Namun kenyataan ini menjadi berbeda apabila kebiasaan membaca di kalangan siswa rendah.  Menurut fakta KBRN, Yogyakarta: bahwa Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan membaca buku sangat rendah, yakni hanya nol sampai satu buku per tahun.[3]
       Melihat kenyataan di atas bahwa kebiasaan membaca pada siswa kelas VIII di MTs Inwanul Huda Jakarta juga masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa yang masih enggan dan malas mengunjungi perpustakaan. Hanya sedikit siswa yang mau mengunjungi perpustakan, rata-rata di antara mereka hanya meminjam buku lain seperti komik dan bacaan-bacaan sederhana saja. Kemauan siswa untuk membaca bacaan buku pelajaran fiqih sangat jarang dilakukan. Mereka lebih menyukai bacaan-bacaan yang banyak menampilkan gambar dengan alasan mereka lebih tertarik dan mudah memahami isinya, sedangkan buku pelajaran, kurang diminati oleh siswa karena dipandang lebih sulit dimengerti dan kurang menarik. Kita tahu bahwa buku adalah jendela dunia. Melalui sebuah buku kita bisa mendapat banyak pengetahuan, sayangnya kebiasaan membaca siswa mulai luntur.
       Kebiasaan membaca yang baik merupakan kunci keberhasilan semua pelajaran di sekolah. Membaca bukanlah sekadar aktivitas melihat huruf. Membaca merupakan usaha individu yang peka terhadap kebutuhan informasi dan perkembangan ilmu. Kegiatan membaca merupakan aktivitas yang melibatkan fisik, pikiran, dan emosi. Oleh karena itu, kebiasaan membaca di kalangan siswa menjadi sangat diperlukan dalam aktivitas belajar. Peran siswa dalam membangun kebiasaan membaca sangat diperlukan. Siswa dituntut memiliki kesadaran dalam kegiatan membaca.
       Kebiasaan membaca dalam diri siswa harus senantiasa digalakkan. Dengan kebiasaan membaca yang baik, maka aspek keterampilan berbahasa yang lain juga akan menjadi lebih mudah dilakukan, baik dalam bentuk menulis, berbicara, maupun menyimak. Salah satu dampak langsung dari kegiatan membaca adalah prestasi belajar yang memadai. Kebiasaan membaca memberikan pengaruh besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, guru memiliki kontribusi yang besar dalam pencapaian prestasi belajar siswa di kelas. Kemudahan tersebut bersumber dari proses belajar yang tidak hanya mengandalkan aktivitas belajar formal di kelas, tetapi didukung oleh kebiasaan membaca yang melekat dalam diri siswa.
       Inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana kebiasaan membaca dan prestasi belajar.. Penulis akan menuangkannya dalam skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kebiasaan Membaca Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta”

B.   Identifikasi Masalah

       Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah penelitian sebagai berikut :
1.    Bagaimana kebiasaan membaca siswa kelas VIII di MTs Inwanul Huda Jakarta?
2.    Apa saja yang menjadi penyebab rendahnya kebiasaan membaca siswa kelas VIII di MTs Inwanul Huda Jakarta?
3.    Hal apa yang dapat menunjang kebiasaan membaca siswa kelas VIII MTs Inwanul Huda Jakarta?
4.    Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kebiasaan membaca siswa kelas VIII  di MTs Inwanul Huda Jakarta?
5.    Bagaimana dampak kebiasaan membaca siswa kelas VIII  di MTs Inwanul Huda Jakarta?
6.    Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta?
7.    Apa saja faktor yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta?
8.    Apakah terdapat pengaruh kebiasaan membaca terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul  Huda Jakarta?

C.   Pembatasan Masalah

       Mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki oleh penyusun dan banyaknya masalah yang ada, maka sebagai pencegah terhadap perluasan pembahasan, maka penelitian ini dibatasi pada deskripsi tentang “kebiasaan membaca” dan "prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih” di MTs Inwanul Huda Jakarta.
1.    Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Fiqih
       Pretasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencermin-kan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Prestasi belajar dapat digolongkan menjadi 3 aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi belajar yang dibahas dalam penelitian ini adalah hasil dari proses pembelajaran yang mencakup ranah afektif, kognitif dan psikomotorik dengan indikator nilai ulangan harian, nilai ujian kenaikan kelas dan nilai raport semester genap mata pelajaran fiqih tahun pelajaran 2015/2016
2.    Kebiasaan Membaca
       Kebiasaan membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara otomatis, mekanis dengan sengaja atau terencana dan teratur atau berulang-ulang dalam rangka memahami, menafsirkan, dan memaknai isi suatu bacaan. Kebiasaan membaca yang dibahas dalam penelitian ini adalah kegiatan membaca siswa dengan indikator frekuensi membaca, jenis buku bacaan, jumlah buku yang dibaca dalam waktu tertentu, dan keseringan mengunjungi perpustakaan.

D.   Perumusan Masalah

       Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1.    Bagaimanakah kebiasaan membaca siswa kelas VIII di MTs Inwanul Huda Jakarta?
2.    Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta?
3.    Apakah terdapat pengaruh kebiasaan membaca dengan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta?

E.   Kegunaan Penelitian

       Penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis.
1.    Manfaat Teoretis
       Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kebiasaan membaca siswa guna untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang berkaitan dengan pembelajaran fiqih.
2.    Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a.    Peneliti
       Dapat digunakan sebagai alat ukur kemampuan yang dimiliki berdasarkan teori-teori yang selama ini dipelajari agar lebih memahami tentang pengaruh kebiasaan membaca terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. Dan juga penelitian ini diharapkan mampu untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
b.    Siswa
       Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi siswa untuk memotivasi dirinya supaya terus meningkatkan prestasi belajar dan pengamalan atas konten materi yang mereka dapat khususnya dalam kebiasaan membaca mereka.
c.    Guru
         Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk menemukan pendekatan pengajaran yang lebih baik bagi peserta didik sehingga pembelajaran akan semakin efektif.
d.    Peneliti Lain
       Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan alternatif dalam meningkatkan hasil belajar fiqih dan memberikan dorongan kepada peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam.


BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A.   Deskripsi Teoretis

1.  Prestasi Belajar

a.    Pengertian Prestasi  Belajar

       Secara etimologis kata prestasi belajar merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata prestasi dan belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah pre stasi adalah “hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok.”[4] Ngalim Purwanto berpendapat bahwa prestasi merupakan “sesuatu yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang diberikan guru kepada siswanya dalam waktu tertentu.”[5]
       Prestasi merupakan konsep yang merupakan abstraksi dari kemampuan seseorang dalam menguasai pelajaran misalnya berhitung, membaca, menggambar, dan lain-lain.[6] Kata prestasi digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain pendidikan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi dapat diartikan sebagai kemampuan nyata yang merupakan hasil dari usaha yang telah dicapai. Berarti setiap usaha seseorang akan menghasilkan sebuah prestasi.
       Kata belajar, merupakan sebuah kata yang sudah tidak asing lagi bagi semua lapisan masyarakat, apalagi bagi pelajar. Karena kata belajar merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari semua kegiatan dalam menuntut ilmu. Tetapi tidak semua orang mengetahui pengertian belajar. Oleh karena itu, sebelum melangkah lebih jauh, penulis akan mengemukakan pengertian belajar menurut beberapa ahli dalam dunia pendidikan.
       James O. Whittaker dalam Syaiful Bahri Djamarah merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.[7] Sedangkan Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar, menurutnya belajar adalah “suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”[8]
       Moeslichatoen dalam Abdul Hadis mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai “proses yang membuat terjadinya proses belajar dan perubahan itu sendiri dihasilkan dari usaha dalam proses belajar.”[9] Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono berpandangan bahwa belajar adalah “suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responnya menurun.”[10]
       Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dari keseluruhan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan perubahan yang timbul akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku seseorang. Sehingga perubahan-perubahan seseorang yang terjadi akibat mabuk, gila, lelah, jenuh, dan lain sebagainya tidak dapat dikategorikan dalam belajar ini.
       Dari sini sudah dapat diketahui secara jelas bahwasanya manusia diperintahkan untuk memacu diri dalam rangka peningkatan prestasi yang maksimal, sehingga akhirnya akan dapat merasakan hasil dari usaha dan jerih payahnya sendiri. Demikian pula halnya seorang siswa, prestasi yang diperoleh juga dapat dilihat dari usaha-usahanya dalam belajar. Karena pada dasarnya yang membuat seseorang maju atau mundur adalah dirinya sendiri.
       Dari uraian di atas dapat disimpulkan, Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa dari apa yang dilakukan dan dikerjakan selama dalam kegiatan belajar mengajar, yang ditandai adanya perubahan-perubahan dalam diri siswa meliputi ke tiga aspek belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
       Ngalim Purwanto dalam Sri Habsari menyatakan bahwa pretasi belajar adalah “hasil-hasil belajar yang telah diberikan guru kepada murid-murid atau dosen kepada mahasiswanya dalam jangka tertentu.”[11] Abu Ahmadi juga menyatakan bahwa prestasi belajar adalah “hasil yang dicapai dalam suatu usaha (belajar) untuk mengadakan perubahan/ mencapai tujuan.”[12] Dari pengertian ini, prestasi belajar selalu terkait dengan hasil belajar yang dicapai karena suatu usaha ilmu pengetahuan dan keterampilan.
       Femi Olivia juga berpendapat bahwa pretasi belajar adalah “puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan.”[13] Prestasi belajar siswa dapat ditunjukkan dalam bentuk nilai yang berupa angka-angka atau simbol huruf sebagai bukti sejauh mana siswa dapat menyerap atau menerima materi pelajaran dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan oleh guru selama proses belajar mengajar yang biasanya diukur melalui tes atau evaluasi.[14]

b.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

       Adapun faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ini sama halnya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu adanya faktor internal dan eksternal diantaranya:
       Dimyati dan Mudjiono, mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah: 
1)    Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa meliputi hal-hal seperti: sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar, kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.
2)    Faktor ekstern belajar yang meliputi hal sebagai berikut: guru sebagai pembina belajar, sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah dan kurikulum sekolah.[15]
       Ngalim purwanto juga merumuskan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajar, dan membaginya menjadi dua golongan.
1)     Faktor individual yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang berupa kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
2)     Faktor sosial, yaitu faktor yang ada di luar individu, antara lain keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.[16]

       Karena faktor-faktor diataslah, maka muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali dalam belajarnya.

c.    Aspek-aspek Prestasi Belajar

       Pencapaian prestasi belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognif, afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek inilah yang menjadi indikator prestasi belajar.
1)    Prestasi belajar bidang kognitif
       Yaitu ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif yang meliputi:
a)     Pengetahuan (Knowledge), yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya; mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpen dalam ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan yang meliputi fakta, kaidah, prinsip, serta metode yang diketahui.
b)     Pemahaman (Comprehention), yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.
c)     Penerapan (Application), yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret; mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode yang digunakan pada suatu kasus atau problem yang kongkret dan baru, yang dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem yang baru.
d)     Analisis (Analysis), yaitu kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antaranya; mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik, yang dinyatakan dengan penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar dengan hubungan bagian-bagian itu.
e)     Sintesis (Synthesis), yaitu kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari kemampuan analisis; mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola yang baru, yang dinyatakan dengan membuat suatu rencana, yang menuntut adanya kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi yang dimaksud.   
f)      Evaluasi (Evaluation), yaitu jenjang berpikir yang paling tinggi dalam ranah kognitif ini, yang merupakan kemampuan sese-orang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal dan mempertanggungjawabkan pendapat itu berdasarkan kriteria tertentu yang dinyatakan dengan kemampuan memberikan penilaian terhadap suatu hal.   


2)    Prestasi belajar bidang afektif
       Yaitu ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai,  dan sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi ciri-ciri belajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku,  seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran pendidikan agama lslam akan meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama di sekolah yang meliputi:
a)     Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu rangsangan dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan tersebut, yang dinyatakan dengan memper-hatikan sesuatu, walaupun perhatian itu masih bersifat pasif.
b)     Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, yang dinyatakan dengan memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan. 
c)     Penilaian/penentuan sikap (valuing), mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan memposisikan diri sesuai dengan penilaian itu. Artinya, mulai terbentuk suatu sikap, yang dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin,  baik berupa perkataan maupun tindakan.
d)     Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan yang dinyatakan dalam pengembangan suatu perangkat nilai. Jenjang ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik diantara nilai-nilai tersebut, serta mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara internal.
e)     Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga dapat menginternalisasikan-nya dalam diri dan menjadikannya sebagai pedoman yang nyata dan jelas dalam kehidupan sehari-hari,  yang dinyatakan dengan adanya pengaturan hidup dalam berbagai bidang kehidupan.
3)    Prestasi belajar bidang psikomotorik
       Yaitu ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami dan belajar afektif kecenderungan untuk berperilaku) yang meliputi:
a)     Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan, yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulation) dan perbedaan antara rangsangan rangsangan yang ada.
b)     Kesiapan (set), mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan, yang dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
c)     Gerakan terbimbing (guided response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh menurut contoh yang telah diberikan.
d)     Gerakan yang terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan, karena ia sudah mendapat latihan yang cukup, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota anggota tubuh.
e)     Gerakan yang kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan,  yang terdiri atas berbagai komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien, yang dinyatakan dalam suatu rangka perbuatan yang berurutan, serta menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan teratur. 
f)      Penyesuaian pola gerakan (adjustment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
g)     Kreativitas (creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan pola pola gerak-gerik yang baru,  yang dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri.[17]
       Dalam proses belajar mengajar di sekolah, tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik. Hal ini tidak berarti bahwa bidang afektif dan bidang psikomotorik diabaikan. Dengan demikian, untuk mencapai hasil yang diharapkan sebagai tindak lanjutnya banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh siswa dalam belajar. Hal ini dapat terlaksana manakala aspek yang satu dapat saling berkaitan dengan aspek yang lain.[18]

d.    Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar

       Prestasi belajar yang baik sangat terkait dengan proses belajar yang dilakukan siswa. Belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan melibatkan beberapa potensi dalam diri individu baik fisik maupun psikis. Kompleksitas belajar pun semakin nampak dengan adanya berbagai faktor yang mempengaruhinya. Akibat dari itu semua, prestasi belajar setiap individu tidaklah sama. Mungkin ada yang berpendapat bahwa prestasi belajar akan optimal jika individu mau menghabiskan waktunya untuk mengulangi materi pelajaran yang diterimanya.
       Namun upaya meningkatkan prestasi belajar tidaklah sedemikian sama. Sebab, tidak jarang lamanya waktu belajar tidak menjamin prestasi belajar yang optimal jika cara yang ditempuh di dalamnya tidak tepat, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, diperlukan upaya upaya optimal yang dapat meningkatkan prestasi belajar. Di antara upaya tersebut adalah :
1)    Menciptakan kondisi yang kondusif bagi kesehatan belajar
       Prestasi belajar yang di capai oleh siswa akan baik apabila kondisi yang ada ketika siswa belajar, baik internal maupun eksternal, menunjang kegiatan belajar tersebut. Yang dimaksud dengan kondisi internal adalah: kondisi atau situasi yang ada di dalam diri individu itu sendiri seperti kesehatannya, keamanannya, ketentramannya, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi eksternal adalah “kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia, seperti kebersihan rumah, penerangan, serta keadaan lingkungan fisik yang lain.[19]
2)    Menggunakan strategi yang tepat dalam belajar.
       Kondisi internal yang baik bagi siswa untuk belajar belum menjamin baiknya prestasi belajar yang dicapai tanpa adanya strategi belajar yang tepat hingga siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Sehubungan dengan hal tersebut, slameto dalam Tabrani Rusyan mengemukakan sejumlah contoh stategi belajar yang menunjang prestasi belajar, diantaranya adalah sebagai berikut:
a)     Pembagian pekerjaan, dalam hal ini seseorang yang menginginkan hasil optimal dari belajarnya hendaknya sebelum memulai pekerjaan lebih dahulu menentukan apa yang dapat dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Untuk itu hendaknya siswa memulai tugas belajar dari yang paling mudah baginya sehingga keberhasilannya menguasai apa yang dipelajari menjadikan dirinya lebih semangat menyelesaikan tugas lain.
b)     Waktu belajar, biasanya orang dapat bekerja dengan penuh perhatian selama 40 menit, orang yang ingin belajar atau bekerja sungguh-sungguh harus bertekad untuk tidak meninggalkan kegiatan belajarnya selama 40 menit tersebut, apapun yang terjadi. Selama 40 menit tersebut, hendaknya seluruh perhatian tercurahkan kepada tugas, baru kemudian beristirahat utuk memulai kegiatan belajar lainnya.
c)     Cara memperbaiki buku, sering terjadi seorang siswa menghabiskan waktunya berjam-jam untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran dalam buku tertentu tapi hingga buku itu habis terbaca ia belum juga memahami isi buku tersebut. Untuk menghindari hal sedemikian, hendaknya sebelum belajar suatu buku setiap siswa mencari gambaran dan garis besar dari isi buku tersebut dari daftar isi yang ada. Baru kemudian ia membaca isi dari buku tersebut dengan penuh pemahaman.
d)     Membuat catatan, agar apa yang dibaca dan dipelajari dapat melekat dalam pikiran, hendaknya siswa membuat catatan untuk hasil bacaannya. Membuat catatan memerlukan pikiran, jadi tidak sama dengan menyalin. Catatan harus merupakan rangkuman yang memberi gambaran tentang garis-garis besar dari pelajaran itu.[20]

3)    Penggunaan metode belajar yang tepat
       Metode belajar adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan belajar. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan, cara-cara yang dipakai dalam belajar itu akan kebiasaan. Kebiasaan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Metode yang ditempuh oleh setiap individu dalam belajar tentunya berbeda satu sama lain, seperti dalam hal pembagian waktu belajar. [21]
       Setiap orang memiliki waktu yang memungkinkan baginya untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Kebiasaan seseorang untuk belajar dipagi hari, umpamanya akan sulit mendapatkan hasil yang optimal jika belajar selain pada waktu tersebut. Oleh karenanya, setiap siswa hendaknya menyusun jadwal kegiatan yang baik dan melaksanakannya dengan penuh disiplin.[22]
       Peningkatan prestasi belajar selain dilakukan oleh diri siswa dengan memperbaiki kondisi, strategi, metode alam, kegiatan belajar juga dapat dilakukan oleh pihak di luar diri siswa, seperti guru dan orang tua. Keberadaan guru adalah unsur utama yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2.  Karakteristik Mata Pelajaran Fiqih

        Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagaimana tertuang dalam Permenag RI No. 2 tahun 2008 memiliki 4 sub-mata pelajaran diantaranya: Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Tentunya di setiap sub-mata pelajaran ini memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Adapun karakteristik mata pelajaran Fiqih diantaranya adalah:
1)    Mata pelajaran Fiqih adalah mata pelajaran amaliyah (praktek). Hal ini tercermin dalam tujuan pembelajaran umum mata pelajaran ini yaitu:
a)    Kemampuan mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam Fiqih Ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam Fiqih Muamalah.
b)    Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan dan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial.[23]
2)    Dalam buku Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (Standar Kompetensi) milik Departemen Agama dijelaskan bahwa Mata pelajaran Fiqih di MTs memiliki fungsi untuk:
a)    Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah swt.
b)    Sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
c)    Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat.
d)    Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui ibadah dan muamalah.
e)    Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
f)     Pembekalan peserta didik untuk mendalami fiqih atau hukum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3)    Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di MTs meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungannya.[24]
4)    Ilmu Fiqih menurut Muhammad Daud Ali didefinisikan sebagai: “ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat dalam Al-Qur’an dan ketentuan-ketentuan umum yang terdapat dalam sunnah nabi yang direkam dalam kitab-kitab hadits”.[25]
5)    Ilmu Fiqih terdiri dari dua bagian yakni Fiqih ibadah dan Fiqih Mu’amalah.
6)    Mempelajari Fiqih adalah kewajiban individual (fardhu ‘ain) karena sifat pengetahuannya yang menjadi prasyarat bagi pelaksanaan ibadah seseorang. Hal ini sesuai dengan kaidah Fiqhiyyah:
مالم يتم الواجب الابه فهو واجب
“Sesuatu yang diperlukan untuk sempurnanya hal yang wajib adalah juga wajib”.[26]
7)    Etika yang diajarkan dalam Islam terdiri dari lima norma yang biasa disebut Ahkamul Khamsah (hukum yang lima) sebagai yakni berupa kategori wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.

3.    Kebiasaan Membaca

a.    Pengertian kebiasaan Membaca

       Witherington dalam Djaali mengartikan Kebiasaan (Habit) sebagai an acquired way of acting which is persistent, uniform, and fairly automatic yang berarti Kebiasaan sebagai “cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.” Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi perhatian dan pikiran dalam melakukan-nya. Kebiasaan dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan atau memperhatikan hal-hal lain.[27]
       Menurut Burghard dalam Muhibbin Syah menyatakan bahwa kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.[28] Tampubolon mendefinisikan kebiasaan sebagai kegiatan atau sikap, baik fisik maupun mental, yang telah membudaya dalam suatu masyarakat. Kebiasaan itu merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat.[29] Dia juga mengatakan kebiasaan berkaitan dengan minat, dan merupakan perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.[30]
       Menurut ensiklopedia Indonesia, Kebiasaan secara umum diartikan sebagai istilah yang menunjukan berbagai bentuk tingkah laku mekanik (misalnya: gerakan) maupun semi automatik yang ada dalam perbuatan rutin seperti berpakaian, cara berbicara, atau berpikir yang khas, perbuatan yang dinilai atas dasar etika dan tata krama kesopanan (misalnya kebiasaan baik atau buruk). Dalam psikologi, diartikan sebagai suatu kecenderungan seserang untuk bertindak secara automatis, dimana pembentukan kebiasaan adalah atas dasar belajar dengan jalan latihan dan ulangan. Dengan demikian kebiasaan suatu hasil akhir dari proses belajar. Fungsi kebiasaan memungkinkan terjadinya suatu kelangsungan, dimana seseorang mempergunakan masa lampau sebagai penunjang tindakan selanjutnya.[31]
       Sementara menurut Tarigan, membaca adalah “memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam lambang, simbol.” Adapun menurut Bond dan Wagner yang dikutip oleh ibrahim Bafadal, definisi membaca ialah “suatu proses menangkap atau memperoleh konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya, menginterprestasi, mengevaluasi konsep-konsep pengarang, dan merefleksikan konsep-konsep itu.”[32]
       Menurut Bowman dalam Samsu Somadoyo menyatakan bahwa membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning) dengan mengajarkan kepada anak cara membaca, berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi teknik bagaimana cara mengeksplorasi “dunia” mana pun yang ia pilih dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya.[33]
       Tampubolon mengemukakan pengertian membaca ialah “satu dari empat kemampuan bahasa dan merupakan bagian/komponen dari komunikasi tulis.” Membaca menurut Tampubolon pada dasarnya merupakan proses kognitif meskipun pada taraf penerimaan lambang-lambang tulisan diperlukan kemampuan motoris berupa gerakan-gerakan mata.[34]
       Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan melalui tulisan. Dalam proses tersebut, pembaca mengintegrasikan antara informasi atau pesan dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki.
       Kebiasaan membaca menurut Tampubolon ialah “kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang, maka kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan.”[35] Dari segi kemasyarakatan, kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah membudaya dalam suatu masyarakat. Yang perlu dicapai ialah kebiasaan membaca yang efesien, yaitu kebiasaan membaca yang disertai minat yang baik dan keterampilan membaca yang efesien telah sama-sama berkembang dengan maksimal.
       Sedangkan Dewa Ketut Sukardi berpendapat bahwa apabila membaca buku itu diwajibkan untuk mengulang berkali-kali maka akan terbentuklah kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca akhirnya akan menimbulkan kegemaran membaca.[36]
       Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara otomatis, mekanis dengan sengaja atau terencana dan teratur atau berulang-ulang dalam rangka memahami, menafsirkan, dan memaknai isi suatu bacaan. Salah satu unsur penting dalam Manajemen Diri adalah membangun kebiasaan untuk terus menerus belajar atau menjadi manusia pembelajar yang senantiasa  haus akan informasi dan pengetahuan.
       Salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Namun sayangnya sebagian besar orang tidak pernah punya waktu untuk membaca. Alasan utama yang sering disampaikan adalah kesibukan pekerjaan. Banyak orang maupun peserta didik terjebak dalam kemalasan, rutinitas, dan tekanan pekerjaan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan yang dimiliki, terutama dalam hal kebiasaan menmbaca.
       Dengan seringnya membaca diharapkan mampu mendapat ilmu yang lebih, sehingga mampu mengatasi masalah yang sewaktu-waktu muncul karena memiliki keyakinan dan pengalaman tersendiri

b.    Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Kebiasaan Membaca

       Menurut Daryono banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kebisaan membaca, yakni:
1.    Kurikulum pendidikan dan sistem pembelajaran di Indonesia belum mendukung kepada peserta didik, semestinya kurikulum atau sistem pembelajaran yang ada mengharuskan membaca buku lebih banyak lebih baik atau mencari informasi lebih dari apa yang diajarkan.
2.    Masih terlalu banyaknya jenis hiburan, permainan game dan tayangan yang tidak mendidik, bahkan kebanyakan acara yang ditayangkan lebih banyak yang mengalihkan perhatian untuk membaca buku kepada hal-hal yang bersifat negatif.
3.    Kebiasaan membaca terdahulu yang turun temurun dan sudah mendarah daging, masyarakat sudah terbias dengan cara mendongeng, bercerita yang sampai saat sekarang masih berkembang dimasyarakat indonesia.
4.    Rendahnya produksi buku yang berkualitas di Indonesia, dimana terjadi kesenjangan penyebaran buku di perkotaan dan pedesaan yang mengakibatkan terbatasnya sarana bahan bacaan dan kurang meratanya bahan bacaan ke plosok tanah air.
5.    Pentingnya dukungan dari lingkungan keluarga, yang kesehariannya hanya disibukkan oleh kegiatan-kegiatan keluarga yang tidak menyentuh aspek-aspek penumbuhan kebiasaan baca pada keluarga.
6.    Minimnya sarana untuk memperoleh bahan bacaan, seperti perpustakaan, dan taman bacaan.

c.    Aspek-aspek Kebiasaan Membaca

       Dalam mengungkap kebiasaan membaca, Utami Munandar mengungkapkan konsep kebiasaan membaca menjadi dua belas aspek. Kedua belas aspek itu dapat dipergunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan kebiasaan membaca, yaitu kesenangan membaca, jenis buku bacaan, jumlah buku yang dibaca dalam waktu tertentu, asal buku bacaan yang diperoleh, tingkat keseringan mengunjungi perpustakaan, macam-macam buku yang disenangi, frekuensi membaca, hal berlangganan majalah, bagian surat kabar yang disenangi untuk dibaca, alasan berlangganan majalah, jenis majalah yang dilanggani, dan majalah yang paling disenangi dibaca.[37]

d.    Upaya Meningkatkan Kebiasaan Membaca

       Tidak dapat disangsikan lagi bahwa penanaman kebiasaan membaca  harus dimulai pada usia dini, dan tidak dapat disanksikan pula bahwa sekolah merupakan tempat yang sangat tepat untuk memupuk minat dan kebiasaan membaca bagi anak-anak. Salah satu dukungan yang dibutuhkan untuk menumbuhkan minat baca siswa adalah peran guru. Guru perlu memotivasi siswa untuk mencintai buku sejak awal. Karena itu upaya pengembangan atau peningkatan minat dan kebiasaan membaca juga diadakan di sekolah-sekolah.
       Kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa antara lain: penyelenggaraan jam-jam cerita di perpustakaan sekolah, pemberian tugas membaca, pemberian tugas pembuatan abstraksi, pemotivasian penyelenggaraan majalah dinding, penyelenggaraan lomba membaca, penyelenggaraan lomba pembuatan kliping, pemotivasian penerbitan majalah atau buletin sekolah, penyelenggaraan pameran buku yang dikaitkan dengan peringatan hari-hari besar nasional dan agama, penugasan siswa membantu pustakawan di perpustakaan sekolah, penyelenggaraan program membaca, dan pemberian bimbingan teknis membaca.
        Dari semua kegiatan yang dilaksanakan di atas, perlu adanya dukungan dari para guru dan sekolah. Guru mempunyai peranan penting untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa-siswanya. Jika guru salah atau kurang tepat dalam menggunakan metode mengajar maka akan membuat siswa malas membaca, tidak memberikan motivasi (dorongan) pada siswa untuk gemar membaca. Guru yang tidak memberikan kesempatan atau tidak menciptakan suasana diskusi di dalam kelas, sekolah sudah seharusnya menyediakan fasilitas, terutama buku-buku bacaan untuk siswa supaya tidak akan mematikan kebiasaan siswa untuk ingin tahu atau mencari sesuatu jawaban.
    
       Disamping itu guru yang  mengajar dengan metode ceramah saja atau yang lebih buruk lagi dengan menyalin saja (baik di papan tulis atau didiktekan),  akan menjadikan kelas itu kelas yang pasif, kelas yang siswa-siswanya selalu menunggu apa yang akan diberikan oleh gurunya.[38]

B.   Kerangka Berfikir

       Kebiasaan membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara otomatis, mekanis dengan sengaja atau terencana dan teratur atau berulang-ulang dalam rangka memahami, menafsirkan, dan memaknai isi suatu bacaan. Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa dari apa yang dilakukan dan dikerjakan selama dalam kegiatan belajar mengajar, yang ditandai adanya perubahan-perubahan dalam diri siswa meliputi ke tiga aspek belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan analisis ini diduga kebiasaan membaca mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa, Semakin tinggi tingkat kebiasaan membaca siswa di MTs Inwanul Huda Jakarta maka semakin tinggi juga prestasi belajar siswa yang dihasilkan.
       Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat disusun peta konsep sebagai berikut :
Variabel X
(Kebiasaan Membaca)

1.    Frekuensi Membaca.
2.    Jenis Buku Bacaan.
3.    Jumlah buku yang dibaca dalam waktu tertentu.
4.    Keseringan mengunjungi perpustakaan


Pengaruh
Anak yang terbiasa untuk membaca buku bacaan maka akan meningkatkan prestasi belajarnya.
Variabel Y
(Prestasi Belajar )

Nilai Ulangan Harian  dan Nilai Ujian Kenaikan Kelas dan Nilai Raport Semester Genap Mata Pelajaran Fiqih Tahun Pelajaran 2015/ 2016


C.   Hipotesis Penelitian

       Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris.  Hipotesis dapat diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.[39] Dari kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat Pengaruh Kebiasaan Membaca Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs Inwanul Huda Jakarta. 


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.   Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:
1.    Menjelaskan kebiasaan membaca siswa MTs Inwanul Huda Jakarta.
2.    Mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta.
3.    Membuktikan pengaruh antara kebiasaan membaca dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta.

B.   Tempat dan Waktu Penelitian

1.    Tempat Penelitian

a.    Letak Geografis
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Inwanul Huda yang beralamatkan Jalan Kesadaran I RT.001 RW.007 No.54, Kel.Cipinang Muara, Kec.Jatinegara, Jakarta Timur 13420, Tlp.0218501396 / 0218501396. secara geografis MTs Inwanul Huda terletak pada:  
1)    Sebelah Barat dibatasi dengan pemukiman penduduk,
2)    Sebelah Utara dibatasi dengan pemukiman penduduk,
3)    Sebelah Timur dibatasi dengan pemukiman penduduk,


4)    Sebelah Selatan dibatasi dengan pemukiman penduduk

b.    Visi, Misi dan Tujuan Madrasah
1)    Visi
       Menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas, yang mampu menumbuhkan siswa yang beriman, bertaqwa, berilmu, terampil dan berakhlak mulia.
2)    Misi
a)    Menanamkan aqidah islamiyah,
b)    Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran islam,
c)    Membekali siswa dengan pengetahuan agama, pengetahuan umum dan sains,
d)    Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien sehingga siswa mampu merekleksiskan pengetahuannya dalam kehidupan,
e)    Melatih siswa berbuat santun terhadap orang lain.
3)    Tujuan
       Mewujudkan masyarakat yang berkualitas, beriman, bertaqwa, berilmu, terampil dan berakhlakul karimah.

c.    Profil Madrasah
Tabel 1 Profil MTs Inwanul Huda Jakarta
No
Identitas Sekolah
1
Nama Sekolah
Mts Inwanul Huda
2
Nomor Induk Sekolah
-
3
Nomor Statistik Sekolah
212317430012
4
Propinsi
Dki Jakarta
5
Otonomi Daerah
-
6
Kecamatan
Jatinegara
7
Desa / Kelurahan
Cipinang Muara
8
Jalan Dan Nomor
Jl. Kesadaran Cipinang Muara Nomer 54
9
Kode Pos
13420
10
Telepon
021-8501396
11
Faxcimile / Fax
-
12
Daerah
Perkotaan
13
Status Sekolah
Swasta
14
Kelompok Sekolah
Imbas
15
Akreditasi

16
Surat Keputusan / Sk
Nomor : 3582/2005 Tgl : 3 Juni 2005
17
Penerbit Sk (Ditandatangani) Oleh
Kepala Kanwil Dep.Agama
18
Tahun Berdiri
1982
19
Tahun Perbahan
-
20
Kegiatan Brelajar Mengajar
Pagi
21
Bangunan Sekolah
Milik Sendiri
22
Luas Bangunan
-
23
Lokasi Sekolah
Jl. Kesadaran Cipinang Muara Rt 001/07
24
Jarak Ke Pusat Kecamatan
1 (Satu) Km
25
Terletak Pada Lintasan
Kecamatan
26
Jumlah Keanggotaan Rayon
5 (Lima) Sekolah
27
Organisasi Penyelenggaraan
Yayasan
28
Perjalanan / Perubahan Sekolah
-
                Sumber: Tata Usaha MTs Inwanul Huda Jakarta
d.    Keadaan Guru
Data jumlah Guru dan Karyawan MTs Inwanul Huda Sebagai Berikut:
Tabel 2 Data Guru MTs Inwanul Huda Jakarta
No
Nama
Pendidikan
Jabatan
Mata pelajaran
1
Tuti Alawiyah, S.Pdi
S1
Kepala Sekolah
Fiqih
2
Dra Suryani
S1
Guru
Aqidah Akhlak
3
Drs. Muh Yasin
S1
Guru
Al-quran Hadis
4
Nawiyah, S.Ag
S1
Guru
Bahasa Arab
5
Meity Purnamawati, A, Ma
D3
Guru
PLKJ
6
Abdul Khoir, A.Md
D3
Guru
Fiqih
7
Tahwila, S.Pdi
S1
Guru
TIK
8
Nur Aida, ST
S1
Guru
Bahasa Indonesia
9
Muh Syaifullah, S.Pdi
S1
Guru
IPS
10
Drs Sardal
S1
Guru
Matematika
11
Hita Nurlita, S.Pd
S1
Guru
Bahasa Inggris
12
H. Abdul Hadi, S.Po
S1
Guru
Olahraga
13
Aan Ardjali, S.Ag
S1
Guru
SBK
14
Diana Widyosari,S.Pd
S1
Guru
IPA
15
Muh Syarif, S.Pdi
S1
Guru
Bahasa Arab
16
Ahmad Zaenudin
PGA
Guru
PKN
17
M. Salam
S1
Guru
SKI
        Sumber: Tata Usaha MTs Inwanul Huda Jakarta


e.    Keadaan Siswa
Data Jumlah siswa MTs Inwanul Huda Jakarta pada tahun ajaran 2015-2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Data Siswa MTs Inwanul Huda Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016
Kelas
Jenis
VII
VIII
IX
Total
A
B
A
B
C
A
B
C
L
16
11
18
20
19
18
19
11
132
P
18
10
16
13
16
18
17
12
120
Jumlah
34
21
34
33
35
36
36
23
252
55
102
95











                Sumber: Tata Usaha MTs Inwanul Huda Jakarta
f.     Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang terdapat di MTs Inwanul Huda Jakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Data Sarana dan Prasarana MTs Inwanul Huda Jakarta
No
Fasilitas
Jenis
Jumlah
Keadaan
1
Ruangan
Ruang Kantor Kepala Sekolah
1 Ruang
Baik
Ruang Kantor Guru
1 Ruang
Baik
Ruang Tata Usaha
1 Ruang
Baik
Ruang Belajar
8 Ruang
Baik
Ruang Perpustakaan
1 Ruang
Baik
Ruang UKS
1 Ruang
Baik
Ruang BK
1 Ruang
Baik
Mushola/Mesjid
1 Ruang
Baik
Laboratorium
2 Ruang
Baik
Ruang Tamu
1 Ruang
Baik
Kantin
1 Ruang
Baik
Toilet Siswa
2 Ruang
Baik
Toilet Guru
2 Ruang
Baik
Gudang
1 Ruang
Cukup
Ruang OSIS
1 Ruang
Cukup
2
Kelengkapan Kelas di tiap kelas
Meja / Kursi Murid
10 meja
20 kursi
Baik
Meja / Kursi Guru
1 meja
1 kursi
Baik
Papan Tulis
1 buah
Baik
Kipas Angin
2 buah
Baik
Gambar Presiden/wakil presiden
1 buah
Baik
Gambar pahlawan
3 buah
Baik
Jam dinding
1 buah
Baik
Peta
1 buah
Baik
Jadwal kelas
1 buah
Baik
Struktur kelas
1 buah
Baik
3
Perpustakaan
Rak buku
3 unit
Baik
Lemari
1 unit
Baik
Meja
1 unit
Baik
Kursi
1 unit
Baik
Globe
1 unit
Baik
Tempat koran
1 unit
Baik
Peta dunia
1 unit
Baik
Meja dan kursi baca
5 unit
Baik
4
Laboratorium
Laboratorium komputer
1 ruang
Baik
Laboratorium IPA
1 ruang
cukup
Komputer
10 unit
Baik
5
Alat Peraga
Tengkorak
1 unit
cukup
Patung anggota tubuh
2 unit
Baik
Infokus
1 unit
Baik
Microskop
1 unit
Baik
Alat optik
1 unit
Baik
6
Sarana Dan Prasarana Olahraga
Lapangan Olahraga
1 Lahan
Cukup
Tiang bendera
1 tiang
Cukup
7
Fasiltas Lainnya
Wastafel
1 unit
Cukup
Mading
1 unit
Baik
    Sumber: Observasi di MTs Inwanul Huda Jakarta

2.    Waktu Penelitian

       Penelitian belangsung selama  5 (lima) bulan yaitu mulai April 2016 hingga bulan Agustus 2016 dengan kegiatan-kegiatan penelitian sebagai berikut
Tabel 5 Kegiatan Penelitian

No
Kegiatan
Pelaksanaan
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

1
Penyusunan Proposal









































2
Seminar Proposal









































3
Penyusunan Deskripsi Teoretis









































4
Observasi lokasi penelitian









































5
Penyusunan Instrumen












































6
Penyebaran Angket









































7
Pengelolaan dan Analisis Data









































8
Penyusunan Laporan Penelitian









































9
Pengesahan Laporan



































































C.   Variabel Penelitian

       Variabel penelitian adalah “konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Apabila suatu konsep tidak memiliki variasi nilai maka disebut sebagai konstanta (variabel yang nilainya bersifat tetap dan tidak bisa diubah).”[40]  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yaitu satu variabel bebas (Independent Variable) dan satu variabel terikat (Dependent Variable).
       Menurut Idrus Alwi, variabel bebas (Independent Variable) adalah “variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.” Sedangkan variabel terikat (Dependent Variable) merupakan “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,karena adanya variabel bebas”[41].
Dalam peneltian ini ada dua variabel yaitu :
  1. Variabel terikat yaitu Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih (Y)
  2. Variabel bebas yaitu Kebiasaaan Membaca (X)               

D.   Metode Penelitian

       Penelitian  tentang  pengaruh  kebiasaan  membaca  terhadap prestasi  belajar  siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Tahun  Pelajaran  2015/2016 termasuk penelitian deskriptif atau expost facto. Secara harfiah, expost Facto berarti “sesudah fakta” karena sebab yang diselidiki sudah berpengaruh pada variable lain. Kerlinger dalam Idrus Alwi mendefinisikan penelitian expost facto sebagai penemuan empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan kontrol terhadap variable-variable bebas karena manifestasinya sudah terjadi atau variabel-variable tersebut secara inheren tidak dapat dimanipulasi.[42] Eksplanasinya tergolong penelitian deskriptif  korelasional dengan  pendekatan  kuantitatif.  Penelitian deskriptif  korelasi  karena  penelitian  ini akan mencari  kontribusi  antara satu variabel dengan variabel lain yaitu variabel kebiasaan membaca terhadap variabel prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. Menggunakan pendekatan kuantitatif karena variabel bebas dan variabel terikat diukur dalam bentuk Angka-angka, kemudian dicari ada tidaknya kontribusi antara kedua variabel tersebut dan dikemukakan seberapa besar kontribusinya.[43]

E.   Populasi dan Sampel

1.    Populasi

       Populasi adalah “himpunan semua individu yang dapat (atau yang mungkin akan) memberikan data dan informasi untuk suatu penelitian.”[44] Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Inwanul Huda Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 252 siswa. Mengingat populasi sangat luas, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi populasi untuk membantu mempermudah penarikan sampel. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim, “Pembatasan populasi dilakukan dengan membedakan populasi target (Target Population) dan populasi terjangkau (Accessible Population). Berdasarkan pendapat tersebut, maka:
Populasi Target         = Seluruh siswa MTs Inwanul Huda Jakarta.
Populasi Terjangkau  = Siswa kelas VIII MTs Inwanul Huda Jakarta yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas VIII-A, VIII-B, dan VIII-C yang berjumlah 102 siswa.

2.    Sampel

       Sampel  adalah “himpunan bagian (sub set) dari sebuah populasi tertentu.”[45] Teknik  pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan simple random sampling. Simple random sampling adalah “metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil.” Atau “suatu tipe sampling probabilitas, di mana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel.” Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu.[46] Ukuran sampel dari populasi terjangkau ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikembangkan  dari Slovin yaitu:
Keterangan:
n  = Ukuran Sampel
N  = Ukuran Populasi
e  = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan    sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan misalnya 5%.[47]
       Dengan  jumlah  populasi terjangkau = 102,  tingkat  kesalahan = 5%, maka ukuran sampel yang mewakili adalah :

F.    Teknik Pengumpulan Data

       Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan akan sangat  menentukan baik buruknya hasil penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang relevan, akurat, dan reliabel. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.    Metode Angket

       Kuesioner (angket) merupakan “cara menghimpun data yang dilakukan dengan serangkaian daftar pertanyaan/pernyataan yang disusun secara sistematis, yang harus diisi responden.”[48]  Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.[49]
       Skala Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data dengan angket ini adalah Rating Scale (Skala Rating). Skala rating adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang berupa suatu daftar yang berisi tentang sifat/cin-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat. Penilaian yang diberikan oleh observer berdasarkan observasi spontan terhadap perilaku orang lain, yang berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi sosial dengan orang itu selama periode waktu tertentu.[50]
       Jawaban setiap item dalam instrumen yang menggunakan skala rating berupa checklist dan diuraikan secara lebih terperinci, dengan menggunakan kata-kata Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP).
Tabel 6 Skala Rating
Alternatif Jawaban
SL
SR
KK
TP
Skor
4
3
2
1

2.    Metode Dokumentasi

       Suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, suara, maupun gambar.[51] Metode dokumentasi digunakan untuk mengambil data tentang prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih yang diambil dari nilai ulangan harian, nilai ujian kenaikan kelas dan nilai raport semester genap siswa kelas VIII mata pelajaran fiqih  MTs. Inwanul Huda Jakarta

3.      Metode Observasi

       Cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.[52] Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kondisi umum siswa dan fasilitas di MTs Inwanul Huda Jakarta.

G.   Teknik Analisis Data

       Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interprestasikan. Pen ggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dilakukan untuk mencari korelasi antara dua variabel. Aadapun data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dengan teknik analisis data sebagai berikut:
1.    Analisis Statistik Deskriptif
       Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskriptifkan data tentang kebiasaan membaca dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih, sehngga data dapat disajikan dalam bentuk histogram.
2.    Uji Persyaratan Analisis Data
       Untuk menguji persyaratan analisis data, dalam penelitian ini digunakan uji normalitas. Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas data dengan uji lilliefors.
3.    Pengujian Hipotesis
a.    Regresi
       Regresi adalah jenis uji statistika yang dipakai untuk melihat daya prediksi variabel independen (prediktor) terhadap variabel dependen (kriterium). Dengan persamaan regresi: Ŷ= a + bX.
b.    Linearitas
       Pemeriksaan kelinearan dilakukan melalui pengujian hipotesis nol. Bahwa linear melawan hipotesis tandingan bahwa tidak linear, yaitu dengan koefisien regresi sederhana dan uji keberartian regresi
c.    Koefesien Determinasi
       Untuk mengetahui berapa besar sumbangan variabel Kebiasaan Membaca (variabel X) dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (variabel Y) menggunakan rumus             D= (rxy)2 x 100%.
d.    Signifikansi Korelasi
       Untuk menguji signifikan atau tidak signifikannya korelasi antara dua variable X dan Y, maka akan di uji menggunakan rumus:

H.   Hipotesis Statistik

       Adapun rumusan  hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
a.    Regresi
H0 : β = 0 à Tidak terdapat pengaruh antara kebiasaan membaca dengan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta.
H1 : β ≠ 0 à Terdapat pengaruh antara kebiasaan membaca dengan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fiqih di MTs Inwanul Huda Jakarta.
b.    Signifikan Regresi
H0 : β < 0 à Regresi Non Signifikan
H1 : β > 0 à Regresi Signifikan
c.    Linearitas Regresi
Ŷ = a + bX. à Regresi Linier
Ŷ > a + bX. à Regresi Non Linier
Kriteria :
Regresi :        Terima H0, jika Fh < Ftabel pada (1,n-2) α 5%
                        Tolak H0 jika Fh > F Fta bel pada (1,n-2) α 5%
Linearitas :    Terima H0,  jika Fh < Ftabel pada (k-2,n-k) α 5%
                        Tolak H0,  jika Fh > Ftabel pada (k-2,n-k) α 5%





[1] Tampubolon, Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien, (Bandung, Angkasa, 2008), h. 228.
 
[2] Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), Cet Pertama, h. 4.
[3]Radio Republik Indonesia, Kebiasaan Membaca Buku Masyarakat Indonesia Rendah, Diakses pada Minggu, 15 Mei  2016 di http://www.rri.co.id/post/berita/213647/nasional/kebiasaan_ membaca_buku_masyarakat_indonesia_rendah.html.
                [4] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 19.

[5] M. Ngalim Purwanto, Teknik-teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 2009), h. 61
                [6] Asep Hermawan, Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, (Jakarta: Grasindo), h. 51
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. Kedua, h. 12.
[8] Ibid, h. 13.
[9] Abdul Hadis, Psikologi dalam Pendidikan,(Bandung : Alfabeta, 2006), h. 60.
[10] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet.ketiga, h. 9.
                [11] Sri Habsari, Bimbingan dan Konseling SMA untuk Kelas XI (Grasindo, 2005), h. 75.
[12] Ibid.
[13] Femi Olivia, Teknik Ujian Efektif, (Jakarta: Elex Media Koputindo, 2011), h. 73.
                [14] Ibid.
[15] Dimyati dan Mudjiono, Op Cit,  hh. 236-253.
                [16] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 102.
[17] Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cetakan
Pertama, hh. 43-49.
                [18] Ibid.
                [19] A.Tabrani Rusyan (et al), Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hh. 74-76.
                [20] Ibid, hh. 76-82.
                [21] Ibid, h. 83.
                [22] Ibid.
                [23] Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.
                [24]Departemen Agama Republik Indonesia, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah: Standar Kompetensi, (Jakarta: Depag RI, 2005), cet. ke-2, hh. 46-47.
                [25]Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 48.
                [26] Nurkholis Madjid, Tradisi Islam, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 41.
                [27] Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke-6, hh. 127-128.
                [28] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hh. 116-117.
[29] Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak, (Bandung:
Angkasa, 1993), h. 228.
                [30] Ibid.
[31] Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve), h. 1704.
[32] Synta Umaria, Hubungan Antara Kemampuan Membaca Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Fiqih Siswa SDIT Mutiara Hati Tambun Selatan Bekasi, Skripsi Sarjana Pendidikan,
(Jakarta: Perpustakaan Uniat, 2015), h. 12. t.d.
[33] Samsu Somadayo, Op Cit, h. 2.
[34] Tampubolon, Op Cit, h. 41.
[35] Tampubolon, Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien, (Bandung, Angkasa, 2008), h. 228.

[36] Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak (Jakarta: Ghalia Indonesia 1987) h. 105.
                [37]Andri Wicaksono, Hubungan Antara Kebiasaan Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Membaca Pemahaman, Diakses pada hari Senin, 20 Juni 2016 di http://andriew.blogspot.co.id/2011/04/hubungan-antara-kebiasaan-membaca-dan.html
[38] Zaifbio, Minat Baca Siswa, Diakses pada selasa 7 Juni 2016 di https://zaifbio.wordpress.com/ 2011/11/21/minat-baca-siswa/
[39] Idrus Alwi, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing, 2013) h. 75.
[40] Ibid, h. 49.
[41] Ibid, h. 50.
[42] Ibid, h. 89.
                [43] Ibid.
[44] Ibid,  h. 95.
[45] Ibid.
[46] Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung, Alfabeta, 2014), cet.24 h. 64.
                [47] Idrus Alwi, Op Chit, h.102.
 [48]Ibid,  h. 111.
                [49] Ibid.
                [50] Ibid, h. 108.
[51] Ibid,  h. 111.
                [52] Ibid,  h. 110.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Ilmu Hadits Riwayah Dan Dirayah

Pengalaman tes di Bank Mandiri

Pidato Bahasa Inggris dan terjemahan tentang Reading is a window to the world