Pengaruh metode Quantum Teaching terhadap peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya manusia yang hidup di dunia ini membutuhkan pendidikan. Pendidikan ialah sebuah proses pembelajaran dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.[1] Melalui pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia yang berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional.
Menurut Undang–Undang No 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional Bab I pasal (1):
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sendiri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.[2]
Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh faktor. Faktor – faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, lingkungan sosial, dan lain-lain, faktor guru dan siswa merupakan faktor penting.

Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pembelajaran. Setiap pendidik menginginkan peserta didiknya memperoleh hasil yang baik dalam proses pembelajaran.
Namun untuk mencapai hal itu bukanlah suatu hal yang mudah, karena keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain, Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani seperti kesehatan, mental, tingkat kecerdasan, minat dan sebagainya. Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri anak, seperti kebersihan rumah, udara, lingkungan, keluarga, masyarakat, teman, guru, media, sarana dan prasarana belajar. Faktor pendekatan yakni, jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pembelajaran.[3]
Salah satu dari faktor internal yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa adalah minat belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat juga pada dasarnya penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat di ekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.[4]
Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seseorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Fungsi minat bagi kehidupan anak, salah satunya yaitu minat sebagai pendorong tenaga yang kuat serta prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minatnya.
Dengan minat belajar yang tinggi siswa dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan serta hasil belajar yang baik. Dalam pembelajaran guru harus melihat kondisi siswa, karena kondisi siswa sangat penting untuk diperhatikan. Kondisi siswa yang sangat penting adalah bagaimana minatnya dalam mata pelajaran. Siswa yang berminat akan lebih perhatian dan akan lebih ingin tahu terhadap mata pelajaran yang dipelajarinya.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki minat dalam belajar dengan siswa yang tidak memiliki minat akan terdapat perbedaan. Dimana perbedaan tersebut dapat dilihat dari ketekunan belajar serta prestasi yang diperoleh siswa. Begitu pula dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, prestasi belajar pendidikan agama Islam dapat diraih apabila guru mampu membangkitkan minat belajar siswa. Namun saat ini hal itu belum mampu terlaksana dikarenakan pendidikan agama Islam masih banyak diselimuti problematika-problematika dalam pembelajaran. Seperti halnya yang sering kita jumpai salah satu problematika dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah penerapan metode yang kurang tepat dan kurang bervariatif.
Pendidikan Islam merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membentuk manusia muslim yang mempunyai karakter kepribadian Islami. Memiliki kemampuan dalam menghadapi tantangan jaman, dan bermakna bagi dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Sehingga dapat terwujud manusia sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan dari makhluk lain sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Israa’ ayat 70 sebagai berikut:

Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”[5]
Dalam pendidikan agama islam, metode pembelajaran yang masih sering digunakan adalah metode ceramah. Dimana guru menerangkan, siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru hingga proses belajar mengajar berakhir tanpa ada kesempatan untuk mengembangkan daya kreatifitas yang dimiliki siswa. Untuk memperbaiki mutu dan kualitas pembelajaran yang membosankan, maka pada pelaksanaannya dapat menerapkan berbagai model pembelajaran. Salah satunya adalah melalui model Quantum Teaching.
 Strategi pembelajaran Quantum Teaching adalah strategi pembelajaran yang berfokus pada proses dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa serta proses pembelajaran yang tercipta berpengaruh besar terhadap afektivitas dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran.[6] Quantum Teaching berfokus pada hubungan yang dinamis dalam lingkungan kelas dengan interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.
Model Quantum teaching merupakan pembelajaran yang berlangsung secara meriah dengan segala suasananya. Pembelajaran ini berpusat pada siswa, dengan metode pembelajaran yang menyenangkan. Pemakaian berbagai alat bantu seperti penataan bangku yang berbeda-beda, dan musik mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik minat siswa untuk terus mengikuti pembelajaran.[7]
Quantum Teaching tipe TANDUR memiliki perancangan pengajaran sebagai berikut: pertama tumbuhkan, kedua alami, ketiga namai, keempat demonstrasikan, kelima ulangi, keenam rayakan. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.[8]” Dengan demikian pembelajaran pada mata pelajaran fiqih khususnya untuk menumbahkan minat belajar siswa dengan model pembelajaran Quantum Teaching tipe TANDUR akan membuat siswa MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sehingga diharapkan hasil belajar pelajaran fiqih akan meningkat.
Dengan menggunakan metode Quantum Teaching diharapkan agar sistem pembelajaran pendidikan Islam dapat berjalan lebih afektif dan sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa, ini lah yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana penggunaan metode Quantum Teaching terhadap minat belajar siswa . Berdasarkan uraian di atas penulis akan menuangkan dalam skripsi ini yang berjudul : “PENGARUH METODE QUANTUM TEACHING TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH ”.


B.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah terurai di atas, maka dapat ditemukan beberapa masalah yaitu sebagai berikut :
1.    Bagaimana penerapan metode Quantum Teaching pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta?
2.    Faktor – faktor apa yang mempengaruhi minat belajar siswa di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta?
3.    Apakah penggunaan metode Quantum Teaching pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta dapat berjalan afektif?
4.    Bagaimana minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta?
5.    Bagaimana pengaruh metode pembelajaran sehingga meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta?
6.    Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta?
7.    Apakah terdapat peningkatan minat belajar siswa setelah penerapan metode Quantum Teaching pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta?
8.    Apakah terdapat pengaruh metode Quantum Teaching terhadap peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta?
C.   Pembatasan Masalah
Dalam pelaksanaan penelitian agar lebih fokus dan terarah, dengan adanya masalah-masalah yang telah diidentifikasikan di atas, maka tidak mungkin dibahas dengan keseluruhan. Pembatasan penelitian ini hanya dibatasi pada deskripsi tentang pengaruh metode Quantum Teaching terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta. Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami permasalahan penelitian ini, maka perlu diberi batasan terhadap variabel penelitian sebagai berikut:
1.  Metode Quantum Teaching
Metode Quantum Teaching adalah metode strategi pembelajaran yang berfokus pada proses dan siswa. Dalam penelitian ini difokuskan pada kerja proses pembelajaran yang tercipta berpengaruh besar terhadap efektivitas dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran. Metode Quantum teaching dapat berjalan dengan benar dan berhasil, maka perlu adanya tahapan yang dikenal sebagai kerangka rancangan Quantum Teaching TANDUR. Dengan indikator tersebut maka diharapkan siswa dapat memahami mata pelajaran fiqih yang akan disampaikan oleh pendidik.
2.  Minat belajar
Minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu pelajaran. Minat belajar yang diangkat dalam penelitian ini adalah hasil dari proses pembelajaran yang mencakup ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik dengan indikator pengalaman belajar, sikap emosional, pokok pimbicaraan, dan jenis buku bacaan. Dengan indikator tersebut dapat diketahui apakah terdapat minat siswa, atau tidak didalam belajar.
D.   Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1.    Bagaimana penerapan metode Quantum Teaching terhadap pembelajaran mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta ?
2.    Bagaimana keadaan minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta ?
3.    Apakah terdapat pengaruh metode Quantum Teaching terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta ?  
E.   Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis.
1.    Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan khususnya yang berkaitan dengan penggunaan metode Quantum Teaching guna untuk meningkatkan minat belajar siswa yang berkaitan dengan pembelajaran fiqih.
2.    Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a.    Siswa
     Untuk menumbuhkan minat belajar siswa dengan menggunakan metode Quantum Teaching guna meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan metode tersebut, siswa dapat aktif dalam belajar dimana pun tempatnya, sehingga diharapkan mereka dapat meningkatkan rasa ingin tahunya terhadapat pelajaran.
b.    Guru
     Sebagai bahan acuan untuk menggunakan metode pembelajaran dan strategi pembelajaran yang aktif. Dengan menumbuhkan minat belajar siswa, sehingga guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif dan baik.
c.    Peneliti lain
       Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan solusi dalam meningkatkan minat belajar siswa, pada mata pelajaran fiqih dan memberikan motivasi kepada peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam.

BAB II
LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR,
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.   Landasan Teoretis
1.    Metode Quantum Teaching
a.    Pengertian Metode Quantum Teaching
Quantum Teaching berasal dari dua kata yaitu "Quantum" yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan "Teaching" yang berarti mengajar. Dengan demikian maka Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar.[9] Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar yang efektif yang dapat mempengaruhi kesuksesan siswa didalam belajar.
Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi paket multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami, dan kemampuan murid untukberprestasi. Sebagai sebuah pendekatan belajar yang segar, mengalir, praktis dan mudah diterapkan.[10]
Quantum teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang

kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.[11] Quantum Teaching adalah bermacam-macam interaksi yang ada dalam momen belajar. Interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya.
Berdasarkan hasil definisi pakar di atas, maka dapat disimpulkan Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.
b.    Langkah-langkah Metode Quantum Teaching
Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang perlu ditempuh agar model Quantum Teaching dapat dilaksanakan dengan baik adalah:
1)    Perencanaan
Hal yang dilakukan adalah:
a)    Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh setelah model Quantum Teaching berakhir.
b)    Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah Quantum Teaching yang akan dilaksanakan.
c)    Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
d)    Selama metode berlangsung, seorang guru hendaknya introspeksi diri apakah:
                                              i.        Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh peserta didik.
                                             ii.        Semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap peserta didik dapat melihat.
                                            iii.        Peserta didik disarankan membuat catatan yang dianggap perlu.
e)    Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan peserta didik.
2)    Pelaksanaan
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

a)    Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya.
b)    Memulai Quantum Teaching dengan menarik perhatian peserta didik.
c)    Mengingat pokok-pokok materi yang akan di Quantum Teachingkan agar model Quantum Teaching mencapai sasaran.
d)    Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah semuanya mengikuti model Quantum Teaching dengan baik.
e)    Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis.[12]

3)    Evaluasi
Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya model Quantum Teaching sering diiringi dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut. Selain itu, guru dan peserta didik mengadakan evaluasi terhadap model Quantum Teaching yang dilakukan, apakah sudah berjalan afektif sesuai dengan yang diharapkan.[13]
c.    Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching
Agar proses pembelajaran dengan model Quantum Teaching ini dapat benar-benar sedinamis mungkin. Maka, perlu melalui tahap-tahapan di bawah ini yang sering dikenal sebagai kerangka rancangan Quantum Teaching TANDUR yaitu :
1)     Tumbuhkan
Pada langkah ini guru harus menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa. Dan memberi tahu siswa bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri, mengaitkan pelajaran dengan masa depan dan berguna dalam dunia nyata. Sehingga mereka tahu apa manfaat dari apa yang sedang mereka pelajari bagi diri mereka biasanya dikenal dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).
2)    Alami
Guru memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Karena pengalaman membangun keingintahuan siswa dan dapat menciptakan beberapa pertanyaan dalam benak mereka. Saat pengalaman terbentang, guru mengumpulkan informasi untuk memaknai pengalaman tersebut. Informasi ini membuat yang abstrak menjadi konkrit.
3)    Namai
Setelah membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka, maka penamaan dapat memuaskan keingintahuan siswa. Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan sebuah masukan.
4)    Demonstrasi
Guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Guru memberikan peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka serta mampu memperagakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru saja mereka miliki.


5)    Ulangi
Siswa diberi kesempatan untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain. Tentunya, dengan menggunakan cara yang berbeda dari asalnya. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Dan tentunya menunjukan pelajar cara-cara mengulang materi yang telah dibahas.
6)    Rayakan
Pada langkah terakhir ini, saatnya untuk memberikan penghormatan atas usaha, keberhasilan dan ketekunan yang dilakukan dengan perayaan. Hal ini akan memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi siswa. Perayaan disini dapat dilakukan dengan memberikan pujian, bernyanyi, bermain tepuk, pesta kelas.[14]
d.    Kelebihan dan Kekurangan Model Quantum Teaching
1)    Kelebihan model Quantum Teaching
a)    Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme.
b)    Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
c)    Proses pengajaran lebih menarik.
d)    Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

2)    Kekurangan metode Quantum Teaching
a)    Memerlukan keterampilan guru secara khusus.
b)    Memerlukan waktu yang banyak.
c)    Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan.
d)    Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan dan waktu untuk menggunakan model Quantum Teaching.[15]



2.    Minat belajar
a.    Pengertian Minat Belajar
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan beberapa aktivitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu aktivitas dia akan memperhatikan secara sungguh-sungguh tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya dorongan atau sesuatu yang menggerakkan. Demikian pula dengan perkembangan minat siswa ditingkat madrasah aliyah memerlukan metode-metode pembelajaran yang dapat membangkitkan pemahaman siswa. Berikut ini paparan tentang pengertian minat yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut :
1)    Eddy Soewardi Kartawidjaja, minat menurut ensiklopedi pendidikan adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar.[16]
2)    Decroly, minat adalah pernyataan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi kebutuhan itu timbul dari dorongan hendak memberi kepuasan kepada suatu instink.[17]
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan minat adalah kegairahan atau keinginan yang terdapat dalam diri seseorang yang mengarahkan aktifitas untuk mencapai tujuan, dan kesedian jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar agar mendapat kepuasan.
b.    Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
Agar minat belajar pada diri siswa dapat berjalan dengan baik, maka terdapat faktor – faktornya yaitu:
1)    Drive determinant, dorongan untuk mempertahankan hidup.
2)    Dorongan keadaan, keadaan yang ditimbulkan oleh dorongan determinant diatas.
3)    Kegiatan mencapai tujuan.
4)    Tercapainya tujuan oleh individu.
5)    Mengendurnya dorongannya karena tujuan telah tercapai.
6)    Efek mengendurnya dorongan semula karena munculnya dorongan lain yang baru, menghendaki pemuasnya.[18]
Minat dan pengalaman belajar adalah masalah pribadi. Seseorang tidak dapat memindahkan minatnya pada orang lain atau memindahkan hasil belajarnya kepada pihak lain. Diri sendirilah yang mampu memotivasi dan merangsang aktifitas belajarnya.
Manusia bukan hanya makhluk biologis seperti halnya dengan hewan. Manusia adalah makhluk sosial dan budaya jelaslah kiranya bahwa belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia dan juga mengerti pula kita sekarang mengapa anak (manusia) membutuhkan waktu yang lama untuk belajar sehingga menjadi manusia dewasa. Manusia selalu dan senantiasa belajar dimanapun berada.
c.    Fungsi Minat Dalam Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas belajar siswa, salah satunya adalah minat. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian belajar siswa dalam bidang studi tertentu.[19]
Minat juga merupakan suatu hal yang penting dalam pendidikan, sebab hal itu merupakan sumber dari usaha peserta didik.[20]
Minat berperan sebagai “motivating force” yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar.[21]
Pada setiap manusia, minat memegang peranan penting dalam kehidupannya dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, anak yang berminat terhadap sesuatu kegiatan baik itu bekerja maupun belajar, akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan.[22]
Siswa akan merasa senang dalam mengikuti mata pelajaran yang mereka senangi sehingga siswa merasa terdorong dan terus berusaha untuk mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Dengan adanya minat pada diri peserta didik, maka proses pembelajaran akan berjalan lancar dan tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa atau tidak diminati siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak adanya daya tarik baginya. Sebaliknya bahan pelajaran yang diminati siswa, akan lebih mudah dipahami dan disimpan dalam memori kognitif siswa karena minat dapat menambah kegiatan belajar.[23]


d.    Beberapa Indikator Minat
Ada beberapa indikator-indikator minat belajar siswa sebagai berikut:
1)    Pengalaman belajar, Pengalaman yang dimiliki oleh siswa dalam mata pelajaran tersebut baik seperti prestasi belajar.

2)    Mempunyai sikap emosional yang tinggi, Seorang anak yang berminat dalam belajar mempunyai sikap emosional yang tinggi misalnya siswa tersebut aktif mengikuti pelajaran, selalu mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik.

3)    Pokok pembicaraan, Apa yang dibicarakan (didiskusikan) anak  dengan orang dewasa atau teman sebaya, dapat memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuatnya minat tersebut. Jadi, artinya dalam berdiskusi anak tersebut akan antusias semangat dan berprestasi.

4)    Buku bacaan (buku yang dibaca), Biasanya siswa atau anak jika diberi kebebasan untuk memilih buku bacaan tertentu siswa itu akan memilih buku bacaan yang menarik dan sesuai dengan bakat dan minatnya.

5)    Pertanyaan, Bila pada saat proses belajar mengajar berlangsung siswa selalu aktif dalam bertanya dan pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang diajarkan itu bertanda bahwa siswa tersebut memiliki minat yang besar terhadap pelajaran tersebut.[24]

B.   Kerangka Berfikir
Metode Quantum Teaching merupaka strategi pembelajaran yang bertujuan mampu mendorong siswa agar lebih aktif dalam proses belajarnya, sehingga guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan tahap–tahapan kerangka belajar yang disebut rancangan Quantum Teaching TANDUR agar siswa dapat menangkap pelajaran lebih cepat dan mudah oleh siswanya.
Minat belajar sangat penting ada pada diri siswa, karena dengan adanya minat siswa dapat belajar dengan bersungguh–sungguh dan memperhatikan guru dalam proses belajar mengajar, ditandai dengan adanya perubahan–perubahan pada diri siswa yang terkait dengan pembelajaran yang mencakup ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik dengan indikator minat belajar dalam menangkap mata pelajaran.
Apabila pendidik mampu menerapkan metode Quantum Teaching dengan baik dan benar, sehingga menimbulkan minat siswa terlihat dengan rajin mengerjakan tugas, aktif bertanya, dan memperoleh hasil yang baik.
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dapat disusun peta konsep sebagai berikut :
Variabel X
(Metode Quantum Teaching)
1.    Tumbuhkan
2.    Alami
3.    Namai
4.    Demontrasikan
5.    Ulangi
6.    Rayakan
Variabel Y
(Minat Belajar)
1.    Pengalaman belajar
2.    Sikap emosional
3.    Pokok pembicaraan
4.    Jenis buku bacaan

Berpengaruh dengan minat belajar siswa
 

C.   Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang diteliti. Jawaban ini dapat benar, atau salah tergantung pembuktian di lapangan. Sebagaimana diungkapkan oleh S. Margono, bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya.[25]
Dari kajian teori di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ho: Tidak terdapat pengaruh Metode Quantum Teaching terhadap minat belajar  siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta.
Ha: Terdapat pengaruh Metode Quantum Teaching terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.   Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:
1.    Menjelaskan penerapan metode Quantum Teaching dalam pembelajaran mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta.
2.    Mengetahui minat belajar pada mata pelajaran fiqih siswa MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta.
3.    Membuktikan pengaruh Metode Quantum Teaching terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kepada siswa MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta.

B.   Tempat dan Waktu Penelitian

1.    Tempat Penelitian

a.  Letak Geografis
Penelitian ini dilaksanakan di MA Al – Wathoniyah 14 yang beralamatkan Jalan Rorotan II RT.001 RW.004 No.01, Kel.Rorotan, Kec.Cilincing, Jakarta Utara 14140, Tlp. (021) 44850472. secara geografis MA Al – Wathoniyah 14 terletak pada: 
1)    Sebelah Barat dibatasi dengan jalan utama Rorotan,
2)    Sebelah Utara dibatasi dengan pasar kandang sapi,
3)    Sebelah Timur dibatasi dengan pemukiman penduduk


4)    Sebelah Selatan dibatasi dengan pemukiman penduduk

b.  Visi, Misi dan Tujuan Madrasah
1)    Visi
Cerdas dalam prestasi, terampil dalam karya, luhur dalam budi pekerti.
2)    Misi
a)    Melaksanakan pendidikan dalam bimbingan dan pembelajaran secara afektif,
b)    Menumbuhkan semangat belajar secara intensif,
c)    Mendorong dan membantu siswa untuk mengenal potensi diri secara optimal,
d)    Memacu aktfitas dan kreatifitas dalam berkarya,
e)    Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama, sehingga menjadi sumber kreatif dalam bertindak .
3)    Tujuan
a)    Mencerdaskan kehidupan bangsa ,
b)    Membantu pelaksanaan program pemerintahan dalam bidang pendidikan.

c.    Profil Madrasah
Tabel 1 Profil MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta
No
Identitas Sekolah
1
Nama Sekolah
MA Al – Wathoniyah 14
2
Nomor Induk Sekolah
-
3
Nomor Statistik Sekolah
131231720009
4
Propinsi
Dki Jakarta
5
Otonomi Daerah
-
6
Kecamatan
Cilincing
7
Desa / Kelurahan
Rorotan
8
Jalan Dan Nomor
Jl. Rorotan II Nomer 01
9
Kode Pos
14140
10
Telepon
021-44850472
11
Faxcimile / Fax
-
12
Daerah
Perkotaan
13
Status Sekolah
Swasta
14
Kelompok Sekolah
-
15
Akreditasi
B
16
Surat Keputusan / Sk
-
17
Penerbit Sk (Ditandatangani) Oleh
-
18
Tahun Berdiri
1988
19
Tahun Perbahan
-
20
Kegiatan Belajar Mengajar
Pagi
21
Bangunan Sekolah
Milik Sendiri
22
Luas Bangunan
-
23
Lokasi Sekolah
Jl. Rorotan II Rt 001/04
24
Jarak Ke Pusat Kecamatan
-
25
Terletak Pada Lintasan
-
26
Jumlah Keanggotaan Rayon
-
27
Organisasi Penyelenggaraan
Yayasan
28
Perjalanan / Perubahan Sekolah
-
Sumber : Tata Usaha MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta
d.    Keadaan Guru
Data jumlah Guru dan Karyawan MA Al – Wathoniyah 14 Sebagai Berikut:
            Tabel 2 Data Guru MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta
No
Nama
Pendidikan
Jabatan
Mata pelajaran
1
Maulana Yusuf, S. Ag
S1
Kepala Sekolah
Sosiologi
2
Hj. Sundusiah, S. Ag
S1
Guru
Al-qur’an Hadist
Aqidah Akhlak
3
Yanthi Arifianthi, S. Pd
S1
Guru
Matematika
Biologi
4
Nurul Kamal, S. Pd
S1
Guru
Geografi
5
Peni Murniasih, S. Pd
S1
Guru
B. Indonesia
6
Nurul Husna, S. Pd. I
S1
Guru
B. Arab X
BTQ
SKI
7
Sunan, SE
S1
Guru
Ekonomi
TIK
8
Nur’aini, SE
S1
Guru
Akuntansi
9
Hariyanto, S. Pd
S1
Guru
Penjas
10
Siti Rabiatul A. S. Pd. I
S1
Guru
B. Inggris
B. Ingris Wajib
B. Inggris Peminatan
11
A. Umairoh, M.A
S2
Guru
Fiqih X dan XI
12
Muzakir, S. Ag
S1
Guru
Fiqih XII
13
Nodivel Yatmi, SH
S1
Guru
Sosiologi XII
14
Ilham Rosyadi, S. Ag
S1
Guru
Bahasa Arab
15
Faturrohman, S. Pd. I
S1
Guru
Sejarah
Indonesia
Sejarah Peminatan
16
Abdul Choir, S. Pd. I
S1
Guru
Prakarya dan Kewirausahaan
Keterampilan
17
Syafie, M. Pd
S2
Guru
BP
18
Siti Atiqoh
S1
Guru
BP
19
Miftakhudin, S, Ip
S1
Guru
PKN
   Sumber : Tata Usaha MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta
e.    Keadaan Siswa
Data Jumlah siswa MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta pada tahun ajaran 2015-2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Data Siswa MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016
Kelas
Jenis
X
XI
XII
Total
L
14
6
11
31
P
17
25
11
53
Jumlah
31
31
22
84
Sumber : Tata Usaha MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta
f.     Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang terdapat di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta adalah sebagai berikut:



Tabel 4 Data Sarana dan Prasarana MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta
No
Fasilitas
Jenis
Jumlah
Keadaan
1
Ruangan
Ruang Kantor Kepala Sekolah
1 Ruang
Baik
Ruang Kantor Guru
1 Ruang
Baik
Ruang Tata Usaha
1 Ruang
Baik
Ruang Belajar
3 Ruang
Baik
Ruang Perpustakaan
1 Ruang
Baik
Ruang UKS
1 Ruang
Baik
Ruang BK
1 Ruang
Baik
Mushola/Mesjid
1 Ruang
Baik
Laboratorium
2 Ruang
Baik
Ruang Tamu
1 Ruang
Baik
Kantin
1 Ruang
Baik
Toilet Siswa
2 Ruang
Baik
Toilet Guru
2 Ruang
Baik
Gudang
1 Ruang
Cukup
Ruang OSIS
1 Ruang
Cukup





2





Kelengkapan Kelas di tiap kelas
Meja / Kursi Murid
10 meja
20 kursi
Baik
Meja / Kursi Guru
1 meja
1 kursi
Baik
Papan Tulis
1 buah
Baik
Kipas Angin
2 buah
Baik
Gambar Presiden/wakil presiden
1 buah
Baik
Gambar pahlawan
3 buah
Baik
Jam dinding
1 buah
Baik
Peta
1 buah
Baik
Jadwal kelas
1 buah
Baik
Struktur kelas
1 buah
Baik
3
Perpustakaan

Rak buku
3 unit
Baik
Lemari
1 unit
Baik
Meja
1 unit
Baik
Kursi
1 unit
Baik
Globe
1 unit
Baik
Tempat koran
1 unit
Baik
Peta dunia
1 unit
Baik
Meja dan kursi baca
5 unit
Baik
4
Laboratorium
Laboratorium komputer
1 ruang
Baik
Laboratorium IPA
1 ruang
cukup
Komputer
5 unit
Baik
5
Alat Peraga
Tengkorak
1 unit
cukup
Patung anggota tubuh
2 unit
Baik
Infokus
3 unit
Baik
Microskop
1 unit
Baik
Alat optik
1 unit
Baik
6
Sarana Dan Prasarana Olahraga
Lapangan Olahraga
1 Lahan
Cukup
Tiang bendera
1 tiang
Cukup
7
Fasiltas Lainnya
Wastafel
1 unit
Cukup
Mading
1 unit
Baik
Sumber : Observasi di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta

2.    Waktu Penelitian

       Penelitian berlangsung selama  5 (lima) bulan yaitu mulai Mei 2016 hingga bulan September 2016 dengan kegiatan-kegiatan penelitian sebagai berikut :


Tabel 5 Kegiatan Penelitian


No
Kegiatan
Pelaksanaan
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

1
Penyusunan Proposal

























2
Seminar Proposal

























3
Penyusunan Deskripsi Teoretis

























4
Observasi lokasi penelitian

























5
Penyusunan Instrumen



























6
Penyebaran Angket

























7
Pengelolaan dan Analisis Data

























8
Penyusunan Laporan Penelitian

























9
Pengesahan Laporan






















































C.   Variabel Penelitian

       Variabel penelitian adalah “konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Apabila suatu konsep tidak memiliki variasi nilai maka disebut sebagai konstanta (variabel yang nilainya bersifat tetap dan tidak bisa diubah).”[26]  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yaitu satu variabel bebas (Independent Variable) dan satu variabel terikat (Dependent Variable).
       Menurut Idrus Alwi, variabel bebas (Independent Variable) adalah “variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.” Sedangkan variabel terikat (Dependent Variable) merupakan “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,karena adanya variabel bebas”[27].
Dalam peneltian ini ada dua variabel yaitu :
  1. Variabel terikat yaitu Minat Belajar Mata Pada Pelajaran Fiqih (Y)
  2. Variabel bebas yaitu Metode Quantum Teaching (X)

D.   Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode expost facto dengan teknik deskriptif korelasional. Metode expost facto adalah keterikatan antar variabel bebas dengan variabel bebas, maupun antar variabel bebas dengan variabel terikat, sudah terjadi secara alami, dan peneliti dengan setting tersebut ingin melacak kembali jika dimungkinkan apa yang menjadi faktor penyebabnya.[28] Teknik deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan  subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya.[29]
      Sedangkan menurut Anas Sudjiono teknik analisis korelasional adalah teknik analisis statistik mengenai hubungan antar dua variabel atau lebih.[30] Jadi, teknik korelasional adalah mengumpulkan data-data agar bisa mengukur kemungkinan ada tidaknya hubungan dari variabel-variabel dalam kondisi yang akan diteliti.

E.   Populasi dan Sampel

3.    Populasi

       Populasi adalah “himpunan semua individu yang dapat (atau yang mungkin akan) memberikan data dan informasi untuk suatu penelitian.”[31] Menurut Suharsimi Arikunto, Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.[32]
       Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 84 siswa.

4.    Sampel

       Sampel  adalah “himpunan bagian (sub set) dari sebuah populasi tertentu.”[33] Suharsimi Arikunto berpendapat, bahwa apabila subjeknya kurang dari seratus orang lebih baik diambil semua, sedangkan apabila lebih dari seratus orang, maka diambil sampel antara 10-25% atau 20-25% atau lebih.[34] Dari uraian diatas, karena dalam penelitian ini jumlah populasinya sedikit, maka yang dijadikan sampel adalah seluruhnya dengan demikian pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel total ( seluruh siswa MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta Tahun Pelajaran 2015/2016) yang berjumlah 84 siswa.

F.    Teknik Pengumpulan Data

       Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan akan sangat  menentukan baik buruknya hasil penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang relevan, akurat, dan reliabel. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.    Metode Angket

       Kuesioner (angket) merupakan “cara menghimpun data yang dilakukan dengan serangkaian daftar pertanyaan/pernyataan yang disusun secara sistematis, yang harus diisi responden.”[35]  Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
       Skala Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data dengan angket ini adalah Rating Scale (Skala Rating). Skala rating adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang berupa suatu daftar yang berisi tentang sifat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat. Penilaian yang diberikan oleh observer berdasarkan observasi spontan terhadap perilaku orang lain, yang berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi sosial dengan orang itu selama periode waktu tertentu.[36]
       Jawaban setiap item dalam instrumen yang menggunakan skala rating berupa checklist dan diuraikan secara lebih terperinci, dengan menggunakan kata-kata Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP).

Alternatif Jawaban
SL
SR
KK
TP
Skor
4
3
2
1

2.    Metode Dokumentasi

       Suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, suara, maupun gambar.[37] Metode dokumentasi digunakan untuk mengambil data tentang penggunaan metode Quantum Teaching pada mata pelajaran fiqih yang dilihat dari keaktifan siswa didalam kelas  dan kesungguhan belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta.

G.   Teknik Analisis Data

       Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interprestasikan. Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dilakukan untuk mencari korelasi antara dua variabel. Adapun data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dengan teknik analisis data sebagai berikut:
1.    Statistik Deskriptif
       Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskriptifkan data tentang metode Quantum Teaching dan minat belajar siswa, sehingga data dapat disajikan dalam bentuk histogram.
2.    Uji Persyaratan Analisis Data
3.    Pengujian Hipotesis
a.    Regresi
       Regresi adalah jenis uji statistika yang dipakai untuk melihat daya prediksi variabel independen (prediktor) terhadap variabel dependen (kriterium). Dengan persamaan regresi: Ŷ= a + bX.
b.    Linearitas
       Pemeriksaan kelinearan dilakukan melalui pengujian hipotesis nol. Bahwa linear melawan hipotesis tandingan bahwa tidak linear, yaitu dengan koefisien regresi sederhana dan uji keberartian regresi
c.    Koefesien Determinasi
       Untuk mengetahui berapa besar sumbangan variabel Metode Quantum Teaching (variabel X) dengan Minat Belajar Siswa (variabel Y) menggunakan rumus D = (rxy)2 x 100%.



d.    Signifikansi Korelasi
       Untuk menguji signifikan atau tidak signifikannya korelasi antara dua variable X dan Y, maka akan di uji menggunakan rumus:

H.   Hipotesis Statistik

       Adapun rumusan  hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
a.      Regresi
H0 : β = 0 à  Tidak Terdapat pengaruh antara metode Quantum Teaching terhadap minat belajar siswa  mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta.
H1 : β ≠ 0 à    Terdapat pengaruh antara metode Quantum Teaching
terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Al – Wathoniyah 14 Jakarta.
b.      Signifikan Regresi
Ho : β < 0 → Regresi non Linier
H1 : β > 0 → = Regresi Linier
c.      Linearitas Regresi
Ŷ = a + bX. → Regresi Linier
Ŷ= a + bX. → Regresi Non Linier
Kriteria:
       Regresi               : Terima Ho. Jika Fh < Ftabel pada (1,n-2) α 5%
                        Tolak Ho jika Fh > Ftabel pada (1,n-2) α 5%
       Linearitas           : Terima Ho jika Fh < Ftabel pada (k-2,n-k) α 5%
                        Tolak Ho jika Fh > Ftabel pada (k-2,n-k) α 5%


[1] Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 10.
[2] Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Surabaya:
Media Centre, 2005), h. 4.
[3] Muhibin Syah, Op Cit. h. 132.
[4] Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi. ­(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 180.
[5] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, Jakarta: CV. Pundi Aksara, 2004,
h. 290.
[6] DePorter, Quantum Teaching, Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas.(Bandung: Mizan Pustaka, 2007 ), h. 3.
[7] Ibid, h. 5.
[8] DePorter, Quantum Teaching. (Bandung: Kaifa. 2009), h. 10.
[9] Bobby De Porter, Quantum Teaching, alih bahasa oleh Ary Nilandari (Cet. XI;
Bandung: Kaifa, 2003), h. 5.
[10] Abudin Nata, Manajemen Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,(Kencana,Jakarta 2003), h.35.
[11] Ary Nilandari,Quantum Teaching, mempraktikan quantum learning di ruang kelas,
(Bandung:Kaifa,2000),h.5.
[12] Ibid , h. 7.
[13] Gordon Dryden, Revolusi Cara Belajar, (Cet. VIII; Bandung: Kaifa, 2004), h. 192-195.
[14] Ary Nilandari, Op Cit. h.10.
[15] Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 90.
[16] Eddy Suewardi Kartawidjaja, 1987, Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar, Bandung,
Sinar Baru, h. 183.
[17] Usman Said, 1985, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Cetakan II, Jakarta, h.
102.
[18] Eddy Soewardi Kartawidjaya, op cit., h. 183-184.
[19]  Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 151.
[20] Wayan Nurkanca dan Sunarta, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1986), Cet. IV, h. 230 .
[21] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2006), h. 130.
[22] Ibid, h. 133.
[23] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: CV.
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. II, h. 59.
[24] Ibid, h. 61 .
[25] Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 68.
[26] Idrus Alwi, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing, 2013) h. 49.
[27] Ibid, h. 50.
[28] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke-11, h. 165.
[29] Idrus Alwi, Op Chit. h. 93.
[30] Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet.Ket-24, h. 188.
[31] Ibid,  h. 95.
[32] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h.236.
[33] Anas Sudjiono, Op Chit. h. 95
[34] Suharsimi Arikunto, Op Chit, h.134.
 [35] Idrus Alwi, Op Chit,  h. 111.
                [36] Ibid, h. 108.
[37] Ibid,  h. 111.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Ilmu Hadits Riwayah Dan Dirayah

Pengalaman tes di Bank Mandiri

Tabel Z Skor Positif dan Negatif