Pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi sejarah kebudayaan Islam ( SKI )


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik jikalau subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan - rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.
Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembang kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Gaya belajar merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan hasil  belajar serta kualitas pendidikan. Apabila gaya belajar siswa diketahui maka guru bisa menentukan strategi mengajar yang sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya.
Terdapat tiga tipe gaya belajar yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu visual (cenderung belajar melalui apa yang mereka lihat), auditorial (belajar melalui apa yang mereka dengar) dan kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan). Hasil belajar masih tetapmenjadi indikator untuk menilai tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar. 


Levie & Levie yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubungkan fakta dan konsep. Baugh dan Achsin memiliki pandangan yang searah mengenai hal itu. Perbandingan memperoleh hasil belajar melalui indra pandang dan indra dengar sangat menonjol perbedaannya kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indra pandang (visual), dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar (auditorial), dan 5% lagi dengan indera lainnya (kinestetik). Sementara itu, memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar melalui indera pandang (visual) berkisar 75%, melalui indera dengar (auditorial) sekitar 13% dan melalui indera lainnya (termasuk dalam kinestetik) sekitar 12%.[1]

Hasil belajar merupakan gambaran tentang bagaimana siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hasil belajar merupakan output nilai yang berbentuk angka atau huruf yang didapat siswa setelah menerima materi pembelajaran melalui sebuah tes atau ujian yang disampaikan guru. Dari hasil belajar tersebut guru dapat menerima informasi seberapa jauh siswa memahami materi yang dipelajari.
Dari berbagai uraian dan latar belakang diataslah yang menggerakkan hati penulis untuk membuat penelitian dan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul Pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi sejarah kebudayaan Islam ( SKI ) ”.
B.   Identifikasi Masalah
           Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.    Apakah siswa sudah mengetahui gaya belajar dalam pengajaran sejarah Kebudayaan Islam ?
2.    Adakah perbedaan gaya belajar yang dimiliki siswa akan mengakibatkan hasil belajar yang berbeda pada bidang studi sejarah kebudayaan Islam ?
3.    Apakah kelengkapan fasilitas belajar mempengaruhi perbedaan gaya belajar siswa ?
4.    Apakah gaya belajar dapat berpengaruh terhadap hasil belajar bidang studi sejarah kebudayaan Islam ?
5.    Apakah perbedaan hasil belajar bidang studi sejarah kebudayaan Islam dipengaruhi adanya perbedaan gaya belajar ?
6.    Bagaimana gaya belajar siswa kelas VIII di MTs. Al – Khairiyah pada bidang studi SKI?
7.    Bagaimana dampak gaya belajar terhadap hasil belajar siswa di MTs. Al – Khairiyah pada bidang studi SKI ?
8.    Apakah terdapat pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa  kelas IX pada bidang studi SKI di MTs. Al – Khairiyah ?


C.   Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki oleh penyusun, maka sebagai pencegah terhadap perluasan pembahasan, peneliti membuat batasan masalah yaitu tentang gaya belajar siswa-siswi kelas VIII ( Delapan ) di MTs Al - Khairiyah Jakarta yang mempengaruhi hasil belajar pada bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ).
1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.
Hasil belajar yang dibahas dalam penelitian ini adalah hasil dari proses pembelajaran yang mencakup ranah afektif, kognitif dan psikomotorik dengan indikator nilai raport semester genap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tahun pelajaran 20015 / 2016.
2. Gaya Belajar
Gaya belajar adalah suatu kombinasi dari bagaimana seseorang siswa menyerap apa yang dipelajarinya, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.
     Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri-otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret).
Gaya belajar yang dibahas dalam penelitian ini adalah gaya belajar siswa dengan indikator pertama gaya belajar visual, belajar dengan cara melihat atau mengamati dan mengerti baik mengenai posisi, bentuk maupun warna. Kedua gaya belajar auditorial, dengan memiliki kepekaan terhadap pendengaran, fasih dan pandai dalam berbicara. Ketiga gaya belajar kinestetik, peka terhadap ekspresi dan gerakan dan yang berorientasi terhadap fisik.
D.   Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, Yaitu :
1.    Bagaimana penerapan gaya belajar siswa di MTs. Al – Khairiyah ?
2.    Bagaimana hasil belajar siswa di MTs.  Al – Khairiyah ?
3.    Apakah terdapat pengaruh gaya belajar dengan hasil belajar siswa pada bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) ?

E.   Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini antra lain :
1.    Manfaat Teoretis
a.    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan wawasan pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya tentang pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar sejarah kebudayaan Islam ( SKI ) siswa.
b.    Dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam tentang permasalahan yang terkait.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi siswa
Dapat mengetahui gaya belajar yang baik sehingga tercapai hasil yang memuaskan.
b.    Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa.
c.    Bagi Sekolah
Memberikan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan disekolah khususnya dalam pembelajaran sejaraha kebudayaan Islam.


BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.   Deskripsi Teoretis
1. Gaya Belajar
a.    Pengertian Gaya Belajar
Setiap manusia yang lahir ke dunia ini selalu berbeda satu sama lainnya. Baik bentuk fisik, tingkah laku, sifat, maupun berbagai kebiasaan lainnya. Tidak ada satupun manusia yang memiliki bentuk fisik, tingkah laku dan sifat yang sama walaupun kembar sekalipun. Suatu hal yang perlu kita ketahui bersama adalah bahwa setiap manusia memiliki cara menyerap dan mengolah informasi yang diterimanya dengan cara yang berbeda satu sama lainnya. Ini sangat tergantung pada gaya belajarnya. “Seperti yang dijelaskan oleh Hamzah B. Uno, “bahwa pepatah mengatakan lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya. Peribahasa tersebut memang pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua orang punya gaya belajar yang sama. Termasuk apabila mereka bersekolah disekolah yang sama atau bahkan duduk dikelas yang sama.[2]
Sedangkan menurut S. Nasution, “gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal.”[3]
Menurut DePorter & Hernacki, “gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.”[4]
Menurut Fleming dan Mills, “gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.”
Willing mendefinisikan, “gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh pembelajar. Keefe memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan memandang lingkungannya.”[5]
Adapun gaya belajar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah cara siswa mempelajari materi SKI yang didasarkan pada gaya belajar yang mereka miliki yaitu: gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.
Menurut Bobby DePorter & Mike Hernacki, gaya belajar seseorang adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan dalam situasi antar pribadi.
Seluruh definisi gaya belajar di atas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya. Definisi-definisi gaya belajar tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi. Berdasarkan keterangan-keterangan di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa gaya belajar yaitu suatu cara pandangan pribadi terhadap peristiwa yang dilihat dan di alami. Oleh karena itulah pemahaman, pemikiran, dan pandangan seorang anak dengan anak yang lain dapat berbeda, walaupun kedua anak tersebut tumbuh pada kondisi dan lingkungan yang sama, serta mendapat perlakuan yang sama.
b.    Macam- Macam Gaya Belajar
Menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik.
1). Gaya Belajar Visual
Menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki yang dikutip oleh Sukadi, berdasarkan arti katanya, Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati, memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar.
Orang dengan gaya belajar visual senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan metode dan media belajar yang dominan mengaktifkan indera penglihatan (mata).[6]
Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata sangat memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang untuk memperolah informasi seperti melihat gambar, giagram, peta, poster, grafik, dan sebagainya.Bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan dan huruf.[7]
Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar. Pokoknya mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya.Sebaliknya merasa sulit belajar apabila dihadapkan bahan-bahan bentuk suara, atau gerakan.[8]
Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar visual memperoleh informasi dengan memanfaatkan alat indera mata. Orang dengan gaya belajar visual senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya.
2). Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Orang dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga). Orang dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya untuk mendengar.[9]
Oleh karena itu, mereka sangat mengandalkan telinganya untuk mencapai kesuksesan belajar, misalnya dengan cara mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi. Selain itu, bisa juga mendengarkan melalui nada (nyanyian/lagu).[10]
Anak yang bertipe auditorial, mudah mempelajari bahan-bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah), begitu guru menerangkan ia cepat menangkap bahan pelajaran, disamping itu kata dari teman (diskusi) atau suara radio/casette ia mudah menangkapnya. Pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakan yang ia mengalami kesulitan.[11]
Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar Auditorial memperoleh informasi dengan memanfaatkan alat indera telinga. Untuk mencapai kesuksesan belajar, orang yang menggunakan gaya belajar auditorial bisa belajar dengan cara mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi
3). Gaya belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Misalnya, ia baru memahami makna halus apabila indera perasanya telah merasakan benda yang halus.[12]
Individu yang bertipe ini, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara atau penglihatan.[13]Selain itu, belajar secara kinestetik berhubungan dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung.[14]
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar kinestetik memperoleh informasi dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Individu yang mempunyai gaya belajar kinestetik mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Selain itu dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung.
c. Ciri-ciri Gaya Belajar
Pada dasarnya, dalam diri setiap manusia terdapat tiga gaya belajar. Akan tetapi ada di antara gaya belajar yang paling menonjol pada diri seseorang. Disini peneliti membahas tiga ciri gaya belajar, yaitu ciri gaya belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik.
1).  Ciri-ciri gaya belajar visual :

a)     Senang kerapian dan ketrampilan.
b)     Jika berbicara cenderung lebih cepat.
c)     Ia suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka panjang.
d)     Sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya.
e)     Mementingkan penampilan, baik dalam berpakaian maupun presentasi.
2)    Ciri-ciri gaya belajar Auditoria:
a)     Saat belajar sering berbicara pada diri sendiri.
b)     Mudah terganggu oleh keributan atau hiruk pikuk disekitarnya.
c)     Sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca.
d)     Senang membaca dengan keras dan mendengarkan sesuatu.
e)     Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama, dan warna suara dengan mudah.
3)    Ciri – Ciri Gaya Belajar Kinestetik :
a)     Banyak menggunakan isyarat tubuh.
b)     Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka.
c)     Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang.
d)     Selalu berorientasi dengan fisik dan banyak bergerak.
e)     Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi gaya belajar
Rita Dunn, seorang pelopor dibidang gaya belajar, telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang mencakup faktor – faktor : 
1)  Fisik: seorang murid ketika dapat belajar dengan baik                                                       saat kelasnya terang       
2)  Emosional: ketika seorang murid hanya dapat belajar dengan efektif saat belajar sendiri.
3)    Sosiologis: seorang murid yang lebih baik dapat menerima pelajaran saat dalam keadaan diskusi kelompok
4)    Lingkungan: seorang murid yang memilih belajar dengan adanya seorang figur otoriter seperti guru atau orang tua.
Walaupun masing – masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda dalam menemukan cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah disepakati secara umum adanya 2 kategori utama tentang bagaimana gaya murid belajar:
Pertama : Bagaimana seorang murid menyerap informasi dengan  mudah ( Modalitas )
Kedua    : Cara murid mengatur dan mengolah informasi tersebut ( dominasi otak ).
2. Hasil Belajar
a.    Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat di jelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya. Yaitu “ hasil ” dan “ belajar ”. Pengertian hasil ( product ) menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.[15]
Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar.Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar, selain hasil belajar kognitif yang diperoleh peserta didik.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.[16]
Menurut Morgan, dalam buku Introduction toPsychology (1978) mengemukakan bahwa belajar adalahsetiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman.[17] Menurut Roger, belajar adalah sebuah proses internal yang menggerakkan anak didik agar menggunakan seluruh potensi kognitif, afektif dan psikomotoriknya agar memiliki berbagai kapabilitas intelektual, moral, dan keterampilan lainnya.[18] Sedangkan menurut Piaget, belajar adalah sebuah proses interaksi anak didik dengan lingkungan yang selalu mengalami perubahan dan dilakukan secara terus menerus.[19]
Dari beberapa pengertian belajar tersebut dapat dipaami bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dari interaksi dengan lingkungannya.
Pada hakikatnya hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perilaku yang relatif menetap.[20]
Jadi hasil belajar pada hakikatnya yaitu berubahnya perilaku peserta didik meliputi kognitif, afektif, serta psikomotoriknya. Sehingga setiap pendidik pastinya akan mengharapkan agar hasil belajar peserta didiknya itu meningkat setelah melakukan proses pembelajaran.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern yang berasal dari siswa tersebut, dan faktor ekstern yang berasal dari luar diri siswa tersebut.9
Faktor dari diri siswa terutama adalah kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Seperti yang telah dikemukakan oleh Clark, bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Selain faktor kemampuan siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, serta masih banyak faktor lainnya. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkahlaku yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan adanya kebutuhan untuk belajar dan berprestasi.
Meskipun demikian, hasil yang dicapai masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.
c. Aspek - Aspek Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan pendidikan. Di mana tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yakni: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
1)    Aspek kognitif[21]
Penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam) kelas/ tingkat yakni :
a)    Pengetahuan, dalam hal ini siswa diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih dari fakta-fakta yang sederhana.
b)    Pemahaman, yaitu siswa diharapkan mampu untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.
c)    Penggunaan / penerapan, disini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih generalisasi/ abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, cara) secara tepat untuk  diterapkan  dalam  suatu  situasi  baru  dan menerapkannya secara benar.
d)    Analisis, merupakan kemampuan siswa untuk menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar.
e)    Sintesis, merupakan kemampuan siswa untuk menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru.
f)     Evaluasi, merupakan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus.
Dalam proses belajar mengajar, aspek kognitif inilah yang paling menonjol dan bisa dilihat langsung dari hasil tes. Dimana disini pendidik dituntut untuk melaksanakan semua tujuan tersebut. Hal ini bisa dilakukan oleh pendidik dengan cara memasukkan unsur tersebut ke dalam pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa harus memenuhi unsur tujuan dari segi kognitif, sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2)  Aspek afektif
Tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi. Kratwohl, Bloom, dan Masia mengemukakan taksonomi tujuan ranah kognitif meliputi 5 kategori yaitu menerima, merespons, menilai, mengorganisasi, dan karakterisasi.
3)  Aspek psikomotorik
Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan ketrampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan. Kibler, Barket, dan Miles mengemukakan taksonomi ranah psikomotorik meliputi gerakan tubuh yaang mencolok, ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, perangkat komunikasi nonverbal, dan kemampuan berbicara.[22].
d. Upaya Meningkatkan Hasil belajar
Meningkatan secara epistemologi adalah menaikkan derajat taraf dan Sebagainya, mempertinggi, memperhebat produksi dan sebagainya.[23] Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas sebagai hasil belajar. Hasil belajar dapat dicapai peserta didik melalui usaha-usaha sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara optimal. Terdapat 7 Cara bagaimana Meningkatkan Hasil Belajar Siswa :

1)    Menyiapkan Fisik dan Mental Siswa

Persiapkanlah fisik dan mental siswa. Karena apabila siswa tidak siap fisik dan mentalnya dalam belajar, maka pembelajaran akan berlangsung sia-sia atau tidak efektif. Dengan siap fisik dan mental, maka siswa akan bisa belajar lebih efektif dan hasil belajar akan meningkat. Semuanya di awali dengan sebuah niat yang baik. Mulailah dengan mengajari mereka memulai dengan baik.

2)    Meningkatkan Konsentrasi

Lakukan sesuatu agar konsentrasi belajar siswa meningkat. Hal ini tentu akan berkaitan dengan lingkungan dimana tempat mereka belajar. Kalau disekolah pastikan tidak ada kebisingan yang membuat mereka terganggu. Kebisingan biasanya memang faktor utama yang mengganggu jadi pihak sekolah harus bisa mengatasinya.
Apabila siswa tidak dapat berkonsentrasi dan terganggu oleh berbagai hal di luar kaitan dengan belajar, maka proses dan hasil belajar tidak akan maksimal. Pengajar juga harus tahu karakter siswa masing-masing. Karena ada juga yang lebih suka belajar dalam kondisi lain selain ketenangan.

3)    Meningkatkan Motivasi Belajar

Motivasi sangatlah penting. Ini sudah dijelaskan pada artikel cara meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi juga merupakan faktor penting dalam belajar. Tidak akan ada keberhasilan belajar diraih apabila siswa tidak memiliki motivasi yang tinggi. Pengajar dapat mengupayakan berbagai cara agar siswa menjadi termotivasi dalam belajar. Caranya sudah saya jelaskan pada artikel sebelumnya.

4)    Menggunakan Strategi Belajar

Pengajar bisa juga harus membantu siswa agar bisa dan terampil menggunakan berbagai strategi belajar yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Setiap pelajaran akan memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga strateginya juga berbeda pula.
Berikan tips agar bisa menguasai pelajaran dengan baik. Tentu setiap pelajaran memiliki karakteristik dan kekhasannya sendiri-sendiri dan memerlukan strategi-strategi khusus untuk mempelajarinya. Misalnya, penguasaan belajar mata pelajaran Matematika akan berbeda dengan pelajaran Bahasa Indonesia.

5)    Belajar Sesuai Gaya Belajar

Setiap siswa punya gaya belajar yang berbeda-beda satu sama lain. Pengajar harus mampu memberikan situasi dan suasana belajar yang memungkinkan agar semua gaya belajar siswa terakomodasi dengan baik. Pengajar harus bisa memilih strategi, metode, teknik dan model pembelajaran yang sesuai akan sangat berpengaruh.
Gaya belajar yang terakomodasi dengan baik juga akan meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga mereka dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak mudah terganggu oleh hal-hal lain di luar kegiatan belajar yang berlangsung. Siswa juga diajarkan untuk menerapkan strategi sendiri jika memang siswa tersebut memilikinya.

6)    Belajar Secara Menyeluruh

Maksudnya disini adalah mempelajari secara menyeluruh adalah mempelajari semua pelajaran yang ada, tidak hanya sebagiannya saja. Perlu untuk menekankan hal ini kepada siswa, agar mereka belajar secara menyeluruh tentang materi yang sedang mereka pelajari. Jadi, sangat perlu bagi pengajar untuk bisa mengajarkan kepada siswanya untuk bisa belajar secara menyeluruh.

7)    Membiasakan Berbagi

Tingkat pemahaman siswa pasti lah berbeda-beda satu sama lainnya. Nah, bagi yang sudah lebih dulu memahami pelajaran yang ada, maka siswa tersebut di ajarkan untuk bisa berbagi dengan yang lain. Sehingga mereka terbiasa juga mengajarkan atau berbagi ilmu dengan teman-teman yang lainnya.[24]
B.  Kerangka Berfikir

Dalam seluruh proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik sebagai anak didik. Masing-masing peserta didik memiliki tipe atau gaya belajar sendiri-sendiri. Kemampuan peserta didik dalam menangkap materi dan pelajaran tergantung dari gaya belajarnya.

Banyak peserta didik yang hasil belajarnya tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, karena disekolah kadang seorang pendidik tidak memperhatikan gaya belajar peserta didiknya. Maka dari itu seorang pendidik diharapkan dapat mengenali gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didiknya agar dalam proses pembelajaran mereka bisa mudah memahami pelajaran yang dijelaskan oleh pendidik, secara menyenangkan, dan bisa membuat mereka tidak malas untuk belajar, sehingga mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran dari penjelasan tersebut.
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, dapat disusun peta konsep sebagai berikut

VARIABEL X
( Gaya Belajar )
1.    Gaya Belajar Visual :
a.       Belajar dengan cara visual.
b.      Mengerti baik mengenai posisi, bentuk maupun warna.
2.    Gaya Belajar Audiotosial :
c.       Memiliki kepekaan terhadap pendengaran.
d.      Fasih dan pandai dalam berbicara.
3.    Gaya Belajar Kinestetik :
e.      Peka terhadap ekspresi dan gerakan
f.        Berorientasi pada Fisik.
VARIEBEL Y
( Hasil Belajar )
Nilai ulangan Harian, Nilai Ujian Semester dan Nilai Rapot Semester Genap Mata Pelajaran SKI Tahun Pelajaran 2015 / 2016
PENGARUH

Gaya belajar yang menjadi karakter belajar siswa, berkualitas, dan gaya belajar yang dikehendaki untuk mendatangkan hasil belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan hasil belajar siswa yang baik.


B.   Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis dapat diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.[25]
Dari kajian teori dan kerangka pikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Terdapat pengaruh antara gaya belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) di MTs Al – Khairiyah Jakarta.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.  Tujuan Penelitian
         Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebagai berikut :
1.    Mendeskripsikan gaya belajar siswa di MTs Al – Khairiyah Jakarta.
2.    Menjelaskan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) siswa MTs Al – Khairiyah Jakarta.
3.    Mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) siswa MTs Al – Khairiyah Jakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat Penelitian
a. Letak Geografis
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al – Khairiyah yang beralamatkan Jl. Mampang Prapatan IV Rt. 006 / 02 No. 74, Kel.Tegal Parang Kec. Mampang Prapatan, Jakarta – Selatan, Tlp. ( 021 ) 7941228. Alasan utama dilakukan penelitian di tempat ini adalah, karena lokasi terbilang cukup dekat dengan tempat saya bekerja, dan mudah dijangkau, dapat menggunakan sepeda motor, mobil, dan lain sebagainya .secara geografis MTs Al - Khairiyah sebagai berikut:


1.  Sebelah Utara      : Gedung Madrasah Ibtidaiyah
2. Sebelah Selatan : Rumah Penduduk
3. Sebelah Timur      : Rumah Penduduk
4. Sebelah Barat      : Rumah Penduduk

b. Profile Madrasah
Tabel 1. Profile MTs. Al – Khairiyah Jakarta
NO
Identitas Sekolah
 1
 Nama Sekolah
MTs. Al - Khairiyah 
 2
 N.P.S.N
20102656 
 3
 N.S.S / N.S.M
212317140004 
 4
 Propinsi
DKI Jakarta 
 5
 Otonomi
 Jakarta Selatan
 6
 Kecamatan
 Mampang Prapatan
 7
 Desa / Kelurahan
Tegal / Parang
 8
 Alamat
 Jl. Mampang Prapatan IV No. 74
 9
 Kode Pos
 12790
 10
 Telepon
 ( 021 ) 7941228
 11
 Faksimile
 ( 021 ) 7991711
 12
 Daerah
 Perkotaan
 13
 Status Sekolah
 Swasta
 14
 Kelompok Sekolah
 Terbuka
 15
 Akreditasi
 “ A ” ( 5 Tahun )
 16
 Surat Keputusan / SK
 KW.09.4/4/KP.08.8/3524/2005
 Tanggal 03 Juni 2005
  
 17
 Penerbit SK
Kanwil Dep. Agama DKI Jakarta 
 18
 Tahun Berdiri
Tahun 1968 
 19
 Kegiatan Belajar Mengajar
Pagi dan Siang 
20
 Bangunan Sekolah
 Milik Sendiri
 21
 Luas Bangunan
 1533 M2
 22
 Lokasi Sekolah
 Strategis
 23
 Jarak Kepusat Kecamatan
 1 ( Satu ) Km
 24
 Jarak Kepusat Otoda
 4 ( Empat ) Km
 25
 Terletak Pada Lintasan
 Kab / Kota
 26
 Jumlah Keanggotaan Rayon / KKM
 10 Sekolah
 27
 Organisasi Penyelenggara
 Yayasan
DATA YAYASAN :
28
Nama Yayasan
Yayasan Waqfiyah Perguruan Al – Khairiyah
29
Pimpinan  Yayasan
Hamdy Abdullah Musa, Lc
30

Alamat Yayasan
 Jl. Mampang Prapatan IV no. 74 Jakarta Sleatan






c. Visi, Misi dan tujuan Madrasah
1). Visi
Beriman, Bertaqwa, berbudi Luhur, Unggul, dalm Prestasi dan Istiqomah
2). Misi
1.   Melatih siswa agar tekun beribadah, tertib dan istiqomah.
2.  Menumbuhkan prilaku aktif, kreatif dan menyenangkan dalam membina hubungan harmonis antara warga madrasah.
3.  Bekerja sama, tertib berbicara, tertib berpakaian dan berpendapat
4.  Menjadikan lembaga yang mandiri, bertanggung jawab dan mengamalkan akhlak Islami.
5.  Membina sikap dan prilaku kehidupan  yang sesuai dengan norma – norma agama Islam.
6.  Menciptakan keluarga beriman, bertaqwa, terampil, cerdas, dan siap hidup dalam masyarakat.
d. Keadaan Guru
Tabel 2. Jumlah Guru dan Karyawan MTs. Al – kahiriyah
No
Nama Guru
Keterangan
1
 Ummi A njariyah M. pd
Kepala Sekolah
2
 Alfi Rusdiawati S.Ag
Wakil Kepala Sekolah
3
 Akram S.Pd
Waka Bid. Kesiswaan
4
 Dra. Eni Maryani
Waka Bid. Sarana & Prasarana
5
 Dra Hj. Himlah
Tenaga Pendidik
6
 Drs. Khairuddin
Tenaga Pendidik
7
 Hj. Khalifah Tabrani
Tenaga Pendidik
8
 Hj. Rusdah S.Pd
Tenaga Pendidik
9
A.    Hidayat S.Pd, M.si
Tenaga Pendidik
10
 Tugino
Tenaga Pendidik
11
 Ria Chairiyah S.Pd
Tenaga Pendidik
12
 Hj. Cholilah S.Pdi
Tenaga Pendidik
13
 Iwan Syafe’I S.Pd
Tenaga Pendidik
14
H. Syamsul bahri S.Ag
Waka Bid. Kesiswaan
15
 Hj. Nurmilah S.Pdi
Tenaga Pendidik
16
 Siti Makbullah S.Pdi
Tenaga Pendidik
17
 Bustomi
Tenaga Pendidik
18
 Nur Qomariah S.Kom
Tenaga Pendidik
19
 Fifit Fitriyah S. Pd
Tenaga Pendidik
20
 Selly Revianty S. Pd
Tenaga Pendidik
21
 Syaeful bariyah SE
Tenaga Pendidik
22
 Mardani S.Sos
Tenaga Pendidik
23
 Ihsan S.Pd
Tenaga Pendidik
24
 Hj. Nurhayati S.Ag
Tenaga Pendidik
25
 Roni Imanuddin S.Th.I
Tenaga Pendidik
26
 Ali Ma’sum M.Ed
Tenaga Pendidik
27
 Yana S.Pd
Tenaga Pendidik

Sumber : Tata Usaha MTs. Al – khairiyah 2015
e. Keadaan Siswa
Data Jumlah siswa MTs Al - Khairiyah Jakarta pada tahun ajaran 2015 - 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Data Siswa MTs. Al – Khairiyah Jakaarta tahun Ajaran 2015 / 2016
No
Kelas
Jumlah Siswa
1
7.A
39
2
7.B
38
3
7.C
39
4
7.D
38
5
8.A
36
6
8.B
35
7
8.C
36
8
8.D
36
9
9.A
31
10
9.B
30
11
9.C
30
12
9.D
30
     
            Sumber : Tata Usaha MTs. Al – khairiyah 2015
f. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang terdapat di MTs Al – Khairiyah Jakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Data Sarana dan Prasarana MTs. Al – Kahiriyah Jakarta
No
Fasilitas
Jenis
Jumlah
Keadaan
1
Ruangan
Ruang Guru
1 Ruang
Baik
Ruang Tata Usaha
1 Ruang
Baik
Ruang Kelas
12 Ruang
Baik
Ruang Administrasi
1 Ruang
Baik
Ruang Perpustakaan
1 Ruang
Baik
Ruang Penyimpanan Olahraga
1 Ruang
Baik
Ruang OSIS
1 Ruang
Baik
Mushola/UKS
1 Ruang
Baik
Laboratorium
3 Ruang
Baik
Mushola
1 Ruang
Baik
Kantin
2 Ruang
Baik
Toilet Siswa
4 Ruang
Baik
Toilet Guru
4 Ruang
Baik
Gudang
1 Ruang
cukup

-
Cukup
2
Kelengkapan di keseluruhan kelas
Meja / Kursi Murid
144 meja
144 kursi
Baik
Meja / Kursi Guru
12 meja
12 kursi
Baik
Papan Tulis
12 buah
Baik
Kipas Angin
12 buah
Baik
Gambar Presiden/wakil presiden
24 buah
Baik
Papan Statistik Siswa
12 buah
Baik
Jam dinding
12 buah
Baik
Buku Agenda Guru
12 buah
Baik
Jadwal piket kelas
12 buah
Baik
Absensi Shalat Pribadi
Setiap siswa
3
Perpustakaan

Rak buku
4 unit
Baik
Satu set meja ruangan
1 unit
Baik
Satu set meja komputer
1 unit
Baik
Satu set meja pengawas
1 unit
Baik
Alat – alat kebersihan
1 set
Baik
Kipas angin
1 unit
Baik
Peta dunia
1 unit
Baik
1 set meja audio visual
1 set
Baik
4
Laboratorium
Laboratorium komputer
1 ruang
Baik
Laboratorium IPA
1 ruang
cukup
Komputer
40 unit
Baik
5
Sarana Dan Prasarana Olahraga
Lapangan Olahraga
2 Lahan
Sangat Baik
Alat – alat Olahraga
Semua jenis
Sangat Baik
Tiang bendera
1 tiang
Baik
6
Fasiltas Lainnya
Mading
1 unit
Baik

2. Waktu Penelitian

Penelitian belangsung selama 5 ( Lima ) bulan yaitu mulai April 2016 hingga bulan Agustus  2016 dengan kegiatan-kegiatan penelitian sebagai berikut:
No
Kegiatan
 Pelaksanaan
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Penyusunan Proposal  




















2
Seminar Proposal




















3
Penyusunan Deskripsi Teoretis




















4
Observasi Lokasi Penelitian




















5
Penyusunan Instrument




















6
Penyebaran Angket




















7
Pengelolaan dan Analisis Data




















8
Penyusunan Laporan Penelitian




















9
Pengesahan Laporan












































Tabel 5.  Kegiatan Penelitian
                         

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.[26] Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yaitu satu variabel bebas (Independent Variable) dan satu variabel terikat (Dependent Variable).
Menurut Sugiyono, “variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat (Dependent Variable) merupakan varia bel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,karena adanya variabel bebas”[27]
Dalam peneltian ini ada dua variabel yaitu :
a)  Variabel terikat yaitu Hasil Belajar siswa Mata Pelajaran SKI (Y)
b)  Variabel bebas yaitu Gaya Belajar Siswa (X)

D. Metode Penelitian

Penelitian  tentang  pengaruh  gaya  belajar terhadap Hasil  belajar  Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) siswa  kelas  IX  di di MTs Al - Khairiyah Tahun  Pelajaran  2016 / 2017 termasuk penelitian deskriptif atau ex-post facto. Secara harfiah, expost Facto berarti “sesudah fakta” karena sebab yang diselidiki sudah berpengaruh pada variable lain. Kerlinger (1993) Mendefinisikan penelitian ex-post  facto sebagai penemuan empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan kontrol terhadap variable-variable bebas karena manifestasikan sudah terjadi atau variabel-variable tersebut secara inheren tidak dapat dimanipulasi.[28]

Eksplanasinya    tergolong    penelitian    deskriptif    korelasional    dengan  pendekatan  kuantitatif.  Penelitian  deskriptif  korelasi  karena  penelitian  ini akan mencari  kontribusi  antara  satu variabel  dengan variabel  lain  yaitu  variabel  gaya belajar terhadap  variabel hasil belajar siswa pada Mata   Pelajaran   Sejarah Kebudayaan Islam. Menggunakan   pendekatan  kuantitatif karena  variabel bebas  dan  variabel  terikat  diukur  dalam  bentuk  angka-angka, kemudian  dicari  ada tidaknya  kontribusi  antara  kedua  variabel  tersebut  dan dikemukakan seberapa besar kontribusinya.

D. Populasi dan Sampel

1.   Populasi Penelitian

Populasi adalah himpunan semua individu yang dapat (atau yang mungkin akan) memberikan data dan informasi untuk suatu penelitian.[29] Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh hasil belajar siswa kelas VIII Mata Pelajaran SKI di MTs Al - Khairiyah Tahun Pelajaran 2015 / 2016 yang berjumlah 143 siswa. Mengingat populasi sangat luas, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi populasi untuk membantu mempermudah penarikan sampel. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim, “ Pembatasan populasi dilakukan dengan membedakan populasi target ( target population ) dan populasi terjangkau ( Accessible Population ). Berdasarkan pendapat tersebut, maka :
Populasi Target                 : Seluruh siswa MTs Al – Khairiyah Jakarta Sebanyak 418 orang.         
Populasi Terjangkau Dalam Penelitian ini :
Siswa kelas VIII MTs Al – Khairiyah Jakarta yang terdiri dari 4 kelas yaitu kelas VIII-A, VIII-B, VIII-C, dan VIII-D yang berjumlah 143 siswa.

2.   Sampel Penelitian

Sampel  adalah  himpunan bagian (sub set) dari sebuah populasi tertentu.[30] Teknik  sampling  dalam  penelitian  ini adalah simple  random  sampling,  yaitu “ Metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil ” atau suatu tipe sampling probabilitas, dimana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan keempatan yang sama kepada kepada semua anggota populasi untu ditetapkan sebagai anggota sampel ”.     
“dikatakan simple (sederhana)  karena pengambilan   anggota   sampel   dari  populasi   dilakukan   secara   acak   tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu”. Ukuran  sampel  dari  populasi  ditentukan dengan menggunakan rumus  yang dikembangkan  dari  Slovin yaitu :
Keterangan :
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan misalnya 5%.
 Dengan  jumlah  populasi  =  143,  tingkat  kesalahan = 5%, maka ukuran sampel yang mewakili adalah : 105 Responden


F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan akan sangat menentukan baik buruknya hasil penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang relevan, akurat, dan reliabel. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.  Metode Angket

Kuesioner (angket) merupakan cara menghimpun data yang dilakukan dengan serangkaian daftar pertanyaan/pernyataan yang disusun secara sistematis, yang harus diisi responden.[31] Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
Skala instrumen yang digunakan dalam pengambilan data dengan angket ini adalah Rating Scale ( Skala Rating ). Skala Rating adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang berupa suatu daftar yang berisi tentang sifat / ciri – ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat. Penilaian yang diberikan oleh observer berdasarkan observasi spontan terhadap pelaku orang lain, yang berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi sosial dengan orang itu selama periode waktu tertentu. [32]
Jawaban setiap item dalam instrumen yang menggunakan skala rating berupa checklist dan diuraikan secara lebih terperinci, dengan menggunakan kata – kata Selalu ( SL ), Sering ( SR ), Kadang – kadang ( KK ), dan Tidak Pernah ( TP ).
Tabel 2. Skala Rating
Alternatif Jawaban
SL
SR
KK
TP
Skor
4
3
2
1

2.    Metode Dokumentasi

Suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, suara, maupun gambar.[33] Metode dokumentasi digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar Mata Pelajaran SKI siswa yang diambil dari nilai ulangan harian, Ujian Akhir Semester ( UAS ) dan Rapot semester genap tahun pelajaran 2015 / 2016. Siswa kelas VIII Mata Pelajaran SKI  MTs. Al - Khairiyah Jakarta.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interprestasikan. Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dilakukan untuk mencari korelasi antara dua variabel. Adapun data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dengan teknik analisis data sebagai berikut :

1.  Data Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskriptifkan data tentang gaya belajar dan hasil belajar siswa, sehingga data daat disajikan dengan bentuk histogram.
2.  Uji persyaratan analisis data
Untuk menguji persyaratan analisis data, dalam penelitian ini digunakan uji normalitas, uji linearitas, dan regresi data dengan rumus sebagai berikut :
a.  Uji Normalitas Data
           Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas data dengan uji lilliefors.
b.  Linearitas
      Pemeriksaan kelinearan dilakukan melalui pengujian hipotesis nol. Bahwa linear melawan hipotesis tandingan bahwa ridak linear, yaitu dengan koefisien regresi sederhana dan uji keberartian regresi.
c.  Regresi
      Regresi adalah jenis uji statistik yang dipakai untuk melihat daya prediksi variabel independen ( Prediktor ) terhadap variabel dependen ( Kriterium ). Dengan persamaan regresi : Ŷ = a + bX.
     3,   Pengujian Hipotesis
a.  Korelasi Product Moment
               Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, statistik yang digunakan adalah  korelasi  Product Moment dengan rumus sebagai berikut :
                                      
b.  Koefisiensi Determinasi
          Untuk mengetahui berapa besar sumbangan variabel Gaya Belajar ( Variabel X ) dengan hasil Belajar Siswa ( Variabel Y )  menggunakan rumus D = ( rxy )2  x 100 %.
c.   Signifikansi Korelasi
         Untuk menguji signifikan atau tidak signifikannya korelasi antara dua Variabel X dan Y, maka akan diuji menggunakan rumus :

I. Hipotesis Statistik

Adapun rumusan hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H0 : β = 0 à Tidak Terdapat pengaruh antara gaya belajar dengan hasil   belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) di MTs Al – Khairiyah Jakarta.
H1 :β ≠ 0 à Terdapat pengaruh antara gaya belajar dengan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) di MTs Al – Khairiyah Jakarta.
a.    Signifikan Regresi
H0 : β < 0 à Regresi Non Signifikan
H1 : β > 0 à Regresi Signifikan
b.    Linearitas Regresi
Ŷ = a + bX. à Regresi Linier
Ŷ > a + bX. à Regresi Non Linier
Kriteria :
Regresi :        Terima H0, jika Fh < Ftabel pada (1,n-2) α 5%
                                         Tolak H0 jika Fh > F Fta bel pada (1,n-2) α 5%
Linearitas :    Terima H0,  jika Fh < Ftabel pada (k-2,n-k) α 5%
                                         Tolak H0,  jika Fh > Ftabel pada (k-2,n-k) α 5




[1]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008 ), h. 9.

[2]Hamzah B. Uno, Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran,  h. 180.
[3]S. Nasition,Berbagai pendekatan dalam proses belajar & mengajar, h. 94.
[4]Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan BelajarNyaman dan Menyenangkan , h. 110.

[5]Minarti, “Pengertian Gaya Belajar & Macam-macam Gaya Belajar” dalam http:// minarti rahayu.blogspot.com/2013/03/pengertian-gaya-belajar-berbagai-macam.html, diakses 19 April 2014
[6]Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, h. 112.

[7]Nini Subini,Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogjakarta: Javalitera, 2012), h.118.
[8]Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008 ), h. 84-85.

[9] Sukadi, Progressive Learning, h.98.
[10] Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, h. 119.
[11] Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, h. 85.

[12] Sukadi,  Progressive Learning, h.100.
[13] Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, h. 85.
[14] Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, h. 119.

[15] Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), h. 44.
[16] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 2.
[17] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 84.
   [18]Abudin  Nata,  Perspektif  Islam  Tentang  Strategi  Pembelajaran,(Jakarta: Kencana, 2011), h. 101.

[19] Abudin Nata, Perspektif Islam, h. 99.
[20] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003 ), hh. 37-38.
[21] Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hh. 202-204
[22] Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hh, 205-208
[23] Peter salim dan yeni salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer  (Jakarta  : Modern Press, 1995), h, 160

[24] Ilawati, cara meningkatkan hasil belajar, diakses pada hari senin, 2 agustus 2016 di http://www.ilawati-apt.com/cara-meningkatkan-hasil-belajar.

[25]Idrus Alwi, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing, 2013) h.75
[26]Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.60
[27]Ibid, h. 61
[28] Idrus Alwi h. 89
[29] Ibid,  h. 95
[30] ibid
[31] Ibid,  h. 111
[32]  Ibid, h 108
[33] Idrus Alwi, h.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Ilmu Hadits Riwayah Dan Dirayah

Pengalaman tes di Bank Mandiri

Pidato Bahasa Inggris dan terjemahan tentang Reading is a window to the world