Aliran-Aliran Pendidikan
Pengertian Aliran-Aliran Pendidikan
Aliran-aliran pendidikan adalah
pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran
tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni
pemikiran-pemikirn terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir
berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar
diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-alira itu
yang harus dipahami. Oleh karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus
memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan. Dalam dunia pendidikan
setidaknya terdapat 3 macam aliran pendidikan, yaitu aliaran klasik, aliran
modern dan Aliran pokok di Indonesia. Aliran-aliran pendidikan telah dimulai
sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan
dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik
dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan,
pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno
sampai kini.
Aliran
pendidikan moderen di Indonesia
A.
ESENSIALISME
Esensialisme adalah pendidikan
yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan
ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama
ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas,
di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan
doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan
dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan realisme adalah
aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu
sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak
melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Dengan demikian Renaissance
adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme,
karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan
sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan
reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka,
disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam
semesta, yang memenuhi tuntutan zaman
Ø Tokoh-tokoh Esensialisme
Georg Wilhelm Friedrich
Hegel (1770 – 1831)
Georg Wilhelm Friedrich
HegelHegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama
menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual.
George Santayana
George Santayana memadukan
antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan
mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal,
karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas
tertentu.
Ø Pandangan
Esensialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
Pandangan
Essensialisme Mengenai Belajar
Idealisme,
sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan
menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada
taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk
memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos.
belajar dapat didefinisikan
sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa
membina dan menciptakan diri sendiri.
Pandangan Essensialisme
Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme
memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan
organisasi yang kuat
B. PROGRESIVISME
Progresivisme
adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di
masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada
guru atau bidang muatan. Beberapa
tokoh dalam aliran ini : George Axtelle , William O. Stanley , Ernest Bayley ,
Lawrence B. Thomas dan Frederick C. Neff
.
Progravisme mempunyai konsep yang
didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi
maslah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri
(Barnadib, 1994:28). Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu
statemen progrevisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan
kemajuan dipandang merupakan bagian utama dari kebudayaan yang meliputi
ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam.
Progresivisme berpendapat tidak
ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis
dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta
pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan
dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial
yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental,
yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresvisme merupakan
pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada
kreativitas, aktivitas, belajar "naturalistik", hasil belajar
"dunia nyata" dan juga pengalaman teman sebaya
Ø Tokoh-tokoh Progresivisme
William James (11 Januari
1842 – 26 Agustus 1910)
James berkeyakinan bahwa otak
atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai
fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak
atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu
pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari
prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
John Dewey (1859 - 1952)
Teori Dewey tentang sekolah
adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan
minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child
Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas
Hans Vaihinger (1852 - 1933)
Hans
VaihingerMenurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan
obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah
gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di
dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu
berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja
bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
Ø Pandangan
Progesivisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
Anak
didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna
mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat
oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh karena itu filsafat
progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan
otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai
pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya
kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.
filsafat
progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes (fleksibel) dan
terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan
zamannya.Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya
yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.
Kurikulum
dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia
dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.
Progresivisme tidak menghendaki
adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi
dalam unit. Dengan demikian core curriculum mengandung ciri-ciri integrated
curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving.
Dengan adanya mata pelajaran
yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik
maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
C.
PERENIALISME
Perenialisme merupakan suatu
aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal
dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Perenialisme lahir
sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang
pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan
yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang,
dengan menggunakan kembali nilai nilai atau prinsip prinsip umum yang telah
menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan.
Ø Pandangan perenialisme tentang pendidikan
Kaum perenialis berpandangan
bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta mambahayakan
tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan,
serta kestabilan dalam perilaku pendidik. Mohammad Noor Syam (1984)
mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak
mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan
tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme
terhadap pendidikan:
1. Program pendidikan yang ideal harus
didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat
perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya (
Aristoteles)
3. Pendidikan adalah menuntun
kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas
Aquinas)
Ø Tokoh-tokoh Perenialisme
1. Plato. Tujuan utama pendidikan adalah
membina pemimpin yang sadar akan asas normative dan melaksanakannya dalam semua
aspek kehidupan
2. Aristoteles. Ia menganggap penting
pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan
kesadaran menurut aturan moral
3. Thomas Aquinas. Thomas berpendapat
pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif
atau nyata tergantung pada kesadaran tiap-tiap individu. Seorang guru bertugas
untuk menolong membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari anak agar menjadi
aktif dan nyata
D.
REKONSTRUKSIONISME
Kata rekonstruksionisme dalam
bahasa Inggeris rekonstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks
filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham
dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern.
Kedua aliran tersebut, aliran rekonstruksionisme dan perenialisme, memandang
bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu
oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran proses dan lembaga pendidikan
dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut
memerlukan kerjasama antar ummat manusia.
Ø Tokoh-tokoh Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme dipelopori oleh George
Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru,
masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline
Pratt, George Count, Harold Rugg
Ø Pandangan Rekonstruksionisme dan
Penerapannya di Bidang Pendidikan
Aliran rekonstruksionisme
berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia
atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya inetelektual dan spiritual yang
sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan
norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang,
sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa
masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh
rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu.
Sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya leori tetapi mesti menjadi
kenyataan, sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi
teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran
serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,
keturunan, nasionalisme, agama
(kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
Aliran-Aliran
Klasik dalam Pendidikan
Menurut Tim dosen 2006, aliran-aliran
klasik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Aliran Empirisme
Aliran ini menganut paham yang
berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia dalam
perkembanganya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata melalui alat
inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui
proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung (Joseph,
2006).
Jadi segala kecakapan dan
pengetahuanya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan
pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga
dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak
didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak.
John Locke (dalam Joseph:
2006) tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam indera. Ini
berarti apa yang terjadi, apa yang mempegaruhi apa yang membentuk perkembangan
jiwa anak didik adalahlingkungan melalui pintu gerbang inderanya yang berarti
tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui proses penginderaan.
2. Aliran Nativisme.
Teori ini
merupakan kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan bahwa anak lahir
sudah memiliki pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya ditentukan
oleh pembawaanya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi
apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan menjadi jahat,
jika pembawaanyan baik akan menjadi baik. Jadi lingkungan yang diinginkan dalam
perkembangan anak adalah lingkungan yang tidak dibuat-buat, yakni lingkungan
yang alami.
3. Aliran Konvergensi.
Faktor pembawaan dan faktor
lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting, keduanya tidak
dapat dipisahkan sebagaiman teori nativisme teori ini juga mengakui bahwa
pembawaan yang dibawa anak sejak lahir juga meliputi pembaeaan baik dan pembawaan
buruk. Pembawaan yang dibawa anak pada waktu lahir tidak akan bisa berkembang
dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan pembawaan
tersebut.
William Stern (dalam Tim
Dosen 2006: 79) mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung dari pembawaan
dari lingkugan yang keduanya merupakan sebagaiman dua garis yang bertemu atau
menuju pada satu titik yang disebut konvergensi.
Dari beberapa uraian diatas,
teori yang cocok dapat diterima sesuai dengan kenyataan adalah teori
konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungann
atau alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan semuanya
dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan anak.
4.
Aliran Naturalisme.
Aliran
ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-kadang disamakan.
Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori ini
mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik
bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan
lingkungan alami, bukan lingkungna yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika
pendidikan diartikan sebagai usahan sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak
seperti mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi menjadikan
anak kea rah tertentu, maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek
terhadapperkembangan anak. Tetapi jika pendidikan diartikan membiarkan anak
berkembang sesuai dengan pembawaan dengan lingkungan yang tidak dibuat-buat
(alami) makan pendidikan yang dimaksud terakhir ini betrpengaruh positif
terhadap perkembangan anak.
DUA ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI
INDONESIA
Dua aliran pokok pendidikan di
Indonesia itu di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman
Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran tersebut dipandang
sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
1. Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar
Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan.
Ø
Asas Taman Siswa
o
Bahwa setiap orang mempunyai hak
mengatur dirinya sendiri dengan terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
o
Bahwa pengajaran harus memberi
pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekan
diri.
o
Bahwa pengajaran harus berdasar pada
kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
o
Bahwa pengajaran harus tersebar luas
sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
o
Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan
kekuatan sendiri maka harus mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang
dilakukan.
o
Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu
adanya keiklasan lahir dan batin untuk mengobarkan segala kepentinganpribadi
demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
Kemudian ditambahkan dengan asas
kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas
kemanusiaan.
Ø
Tujuan Taman Siswa
o
Sebagai badan perjuangan kebudayaan
dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
o
Membangun abak didik menjadi manusia
yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk
menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian
bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
Ø
Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa
Beberapa
usaha yang dilakukan oleh Rtaman siswa adalah menyiapkan peserta didik yang
cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman siwa
membentuk pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan.
Ø
Hasil-hasil yang Dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukakan
gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman
indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah melahirkan alumni alumni
besar di Indonesia.
2. Ruang
Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia
Nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober
1926 di Kayu Tanam (sumatera Barat). Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran
dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya Kershensteiner.
Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik akan
terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka,
tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.
Ø
Asas Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik
INS mempunyai asas-asas sebagai berikut
o
Berpikir logis dan rasional
o
Keaktifan atau kegiatan
o
Pendidikan masyarakat
o
Memperhatikan pembawaan anak
o
Menentang intelektualisme
Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup
berbagai hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin
dicapai, dan sebagainya.
Ø
Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam
adalah:
Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
o
Memberi pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat
o
Mendidik para pemuda agar berguna
untuk masyarakat
o
Menanamkan kepercayaan terhadap diri
sendiri dan berani bertanggung jawab.
o
Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
Ø
Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu
Tanam
Beberapa
usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain
menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau
pendidik, dan penerbitan mjalah anak-anak Sendi, serta mencetak buku-buku
pelajaran.
Ø
Hasil-hasil yang Dicapai Ruang
Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan
keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan
sejumlah alumni.
Comments
Post a Comment
Jangan lupa komentar yaaa !!!