Pengaruh orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
      Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang bersangkutan di dalam pendidikan. Siswa akan dinilai keberhasilannya melalui tes hasil belajar. Hasil yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik karena setiap orang menginginkan prestasi yang tinggi, baik siswa, guru, sekolah, maupun orang tua hingga masyarakat. Namun antara siswa satu dengan siswa yang lainnya berbeda dalam pencapaian prestasi belajar. Ada yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, namun ada juga siswa yang rendah prestasi belajarnya. Setiap siswa pasti menginginkan dan berusaha mencapai prestasi belajar yang baik di sekolah, akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua siswa berhasil mencapai prestasi belajar yang baik. Karena aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Tidak sedikit siswa yang menghadapi kesulitan belajar.[1]
      Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran dinyatakan dengan prestasi belajarnya. Prestasi belajar dimaksudkan sebagai simbol tingkat keberhasilan belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai setelah seseorang melakukan proses belajar.     
      Prestasi yang dicapai siswa memberikan gambaran tentang posisi tingkat keberhasilan dirinya dibandingkan dengan siswa lain. Untuk mengetahui bahwa

seseorang telah mengalami proses belajar dan telah mengalami perubahan-perubahan baik perubahan dalam memiliki pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap maka dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Prestasi belajar dapat menunjukan tingkat keberhasilan seseorang setelah melakukan proses belajar dalam melakukan perubahan dan perkembangannya. Hal ini disebabkan prestasi belajar merupakan hasil penilaian atas kemampuan, kecakapan, keterampilan-keterampilan tertentu yang dipelajari selama masa belajar.
        Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor inteligensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor noninteligensi. Dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Hal tersebut dikarenakan prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi proses secara keseluruhan.
      Faktor-faktor yang berinteraksi tersebut berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa bisa berasal dari dalam diri siswa ataupun dari luar diri siswa. Lain dari pada itu pencapaian prestasi anak dalam belajar ditentukan oleh sejauh mana peranan atau keterlibatan orang tua dalam kegiatan belajar anaknya. Seorang anak yang memperoleh pembinaan, dorongan dan bimbingan serta motivasi belajar dari orang tuanya tentu akan nampak pada metode atau cara belajar yang baik pula. Pengaturan jadwal pelajaran dengan kegiatan kurikuler yang tepat merupakan salah satu usaha untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
      Bentuk-bentuk peranan atau keterlibatan orang tua terhadap kegiatan belajar anaknya, misalnya melengkapi bahan atau alat-alat pelajaran, memberikan kesempatan belajar yang cukup, memberikan makanan yang bergizi, memberikan bimbingan belajar di rumah dan hal-hal lain yang diperlukan anak dalam kegiatan belajarnya.
      Salah satu bentuk lain peranan orang tua terhadap kegiatan belajar anaknya adalah bagaimana orang tua membeikan dorongan atau motivasi kepada anak untuk belajar. Dalam hal ini orang tua tidak terlalu kaku atau terlalu memaksakan keinginan untuk belajar dan tidak boleh pula terlalu kasihan atau memanjakan anaknya. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya misalnya tidak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkan anaknya untuk tidak belajar dengan alasan segan merupakan tindakan yang tidak benar, karena jika ini dibiarkan maka akan mengakibatkan anak menjadi nakal dan malas dalam belajar. Begitupun sebaliknya, orang tua tidak boleh terlalu keras, memaksa dan terlalu mengejar anaknya untuk belajar, sebab hal ini akan mengakibatkan yang diliputi rasa ketakutan yang berlebihan bahkan akhirnya anak akan benci pada pelajaran dan bahkan bila rasa ketakutan ini semakin serius maka anak akan mengalami gangguan kejiwaan atau stres.
      Salah satu dampak dari kurang atau tidak adanya keperdulian orang tua terhadap anak adalah munculnya kemalasan pada diri anak untuk belajar yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar yang mereka capai. Berkaitan dengan hal ini. Slameto menyatakan :[2]
      Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialaminya dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur dan tidak diperhatikan oleh orang tuanya, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar.
      Sementara dari hasil observasi awal yang penulis lakukan di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi diketahui bahwa sebagaian besar orang tua siswa belum secara optimal memberi dorongan atau motivasi belajar pada anak. Tindakan yang secara umum mereka lakukan dan dinyatakan sebagai bentuk motivasi terhadap anak adalah ancaman untuk menghukum anak jika anak malas belajar. Meskipun demikian, sebagian besar orang tua menyatakan peduli dengan berbagai kebutuhan belajar anak dan berusaha sekuat tenaga memenuhi apa yang memang dibutuhkan anak dalam belajar. Tentunya apa yang dilakukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan belajar merupakan salah satu aspek yang dapat memotivasi belajar siswa sehingga anak akan berprestasi.


      Berdasarkan uraian dan informasi empiris yang diperoleh, penulis bermaksud melakukan penelitian yang mengkaji PENGARUH ORANG TUA SEBAGAI MOTIVATOR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NURJAMILAH BINTARA RAYA BEKASI.
B.  Identifikasi Masalah
      Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diindentifikasi beberapa masalah yang muncul sebagai berikut:
1.    Apakah ada pengaruh pemberian motivasi oleh orang tua terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
2.    Apakah ada pengaruh antara pemberian hukuman oleh orang tua terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
3.    Apakah ada pengaruh antara pengaturan waktu belajar dengan prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
4.    Apakah ada pengaruh antara kelengkapan fasilitas belajar dengan prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
5.    Apakah ada pengaruh kesulitan belajar terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
6.    Apakah bimbingan belajar dari orang tua mempengaruhi prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
7.    Apakah terdapat pengaruh orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
C.  Pembatasan Masalah
      Dari permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian ini, permasalahan hanya dibatasi pada pembahasan tentang pengaruh orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi.
      Adapun penjelasan istilah dari variabel dalam penelitian ini adalah:
1.    Orang tua sebagai motivator
      Orang tua adalah “ayah bunda, ibu bapak, penanggung, pembimbing, wali.[3] Dalam pembahasan kali ini yang dimaksud peneliti dengan orang tua yaitu wali murid dari siswa di sekolah SMP Nurjamilah yang menjadi obyek penelitian.
      Motivator berarti “orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu, pendorong, penggerak.[4]
      Adapun yang dimaksud dengan motivator dalam penelitian ini adalah pernyataan siswa tentang peran aktif orang tua dalam memberi dorongan atau motivasi dalam kegiatan belajar anak yang meliputi: 1) Pemberian bimbingan dan nasihat, 2) Pengawasan anak terhadap belajar, 3) Pemberian penghargaan dan hukuman, dan 4) Memenuhi kebutuhan belajar dan, 5) Pemberian kasih sayang.
2.    Prestasi belajar siswa
      Prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.[5]
      Adapun yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata yang dicapai siswa dari tes formatif dan sumatif dalam bidang studi PAI pada semester genap tahun ajaran 2015-2016.
D.  Perumusan Masalah
      Berdasarkan uraian-uraian di atas maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimanakah tingkat peran orang tua sebagai motivator di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
2.    Bagaimanakah prestasi belajar siswa dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
3.    Apakah terdapat pengaruh orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
E.  Kegunaan Penelitian
      Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Kegunaan Teoritis
      Adapun kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah:
a.    Mengembangkan wawasan ilmu dan mendukung teori-teori yang sudah ada yang berkaitan dengan kependidikan, terutama masalah proses belajar mengajar di sekolah dan sumber daya manusia.
b.    Menambah khasanah bahan pustaka baik ditingkat program fakultas maupun universitas.
c.    Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan variable lebih banyak.
2.    Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah:
a.    Dapat memberikan masukan yang berarti bagi orang tua siswa SMP Nurjamilah dalam meningkatkan prestasi belajar putra putrinya, khususnya melalui motivator kepada putra putrinya.
b.    Bagi guru dan orang tua sebagai kontribusi pemikiran dalam membentuk kerja sama untuk kemajuan pendidikan putra putrinya.


BAB II
DESKRIPSI TEORETIS KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS  PENELITIAN
A.  Deskripsi Teoretis
1.    Prestasi Belajar PAI
a.    Pengertian Prestasi Belajar PAI
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa bukti dari seseorang yang telah belajar adalah “terjadinya  perubahan tingkah laku dalam aspek-aspek tertentu seperti pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap.[6] Pendapat serupa dikemukakan oleh WS Winkel yang menyatakan bahwa: “Prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan  atau  pengalaman dalam bidang keterampilan, nilai dan sikap.”[7]
Untuk mengetahui adanya perubahan tersebut, maka dalam pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi yang nantinya akan dijadikan sebagai tolak ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan. Apabila pemberian materi telah dirasa cukup, guru dapat melakukan tes yang hasilnya akan digunakan sebagai ukuran dari apa yang telah dicapai siswa yang bukan hanya terdiri dari nilai mata pelajaran saja tetapi juga mencakup nilai tingkah

laku siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Nilai-nilai yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar disebut dengan prestasi belajar.
Prestasi belajar seorang siswa dapat dilihat dari nilai hasil belajar. Evaluasi hasil belajar peserta didik pada dasarnya merupakan bagian dari proses pembelajaran, yang diarahkan untuk menilai peserta didik (memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar) secara berkesinambungan.
Kata “Prestasi “ secara etimologis berarti hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya.[8] Sedangkan secara terminologis, kata “Prestasi”, di antaranya didefinisikan sebagai hasil dari satu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Menurut Zainal Arifin yaitu: Prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam    menyelesaikan sesuatu hal.[9]
Dalam hubungannya dengan usaha belajar prestasi berarti hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada  waktu tertentu. Menurut W.J.S Purwadarminto prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan.[10]
Sedangkan prestasi belajar menurut Tulus Tu’u adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.”[11]
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah di capai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. “Prestasi belajar siswa didokumentasikan dalam bentuk buku laporan (rapot). Buku laporan berisi informasi hasil belajar peserta didik yang memberikan gambaran secara rinci tentang pencapaian kompetensi pada tahap waktu pembelajaran tertentu.[12] Prestasi belajar mempunyai fungsi yaitu:
1)        Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
2)        Sebagai bahan informasi  dalam inovasi pendidikan .
3)        Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
4)        Dapat dijadikan indikator terhadap daya serap anak didik.[13]
      Dengan prestasi belajar guru dapat mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai suatu kompetensi atau belum. Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam program tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Disamping itu, prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu mengadakan bimbingan atau diagnosis terhadap anak didik.
      Adapun pengertian Pendidikan Agama Islam menurut para ahli adalah sebagai berikut : Menurut M. Arifin, bahwa Pendidikan Agama Islam “merupakan bagian dari pendidikan islam, di mana tujuan utamanya ialah membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu agama islam, sehingga ia mampu mengamalkan syariat islam secara benar sesuai pengetahuan agama.”[14]
            Zakiah Daradjat mendefinisikan Pendidikan Agama Islam sebagai:
Pendidikan melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun diakhirat kelak.[15]

      Adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini lebih kepada bagian arti pendidikan islam yang berkaitan dengan aplikasi pendidikan islam dalam pembelajaran di sekolah atau madrasah, baik dalam bentuk kegiatan belajar mengajar ataupun kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan islam.
      Dari pendapat di atas, dapat dirumuskan pengertian prestasi belajar sebagai berikut :
1)        Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2)        Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai dari aspek kognitif karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.
3)        Prestasi belajar siswa disimbolkan dengan nilai atau angka nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan atau ujian yang diselenggarakan sekolah.
      Prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa, secara rutin dan berkata, didokumentasikan oleh guru dan wali kelas di dalam buku daftar nilai serta arsip di bagian administrasi sekolah. Untuk selanjutnya, prestasi belajar ini dilaporkan oleh pihak sekolah kepada siswa atau orang tua siswa melalui buku rapot yang dibagikan setiap akhir semester tahun pelajaran. Pelaporan prestasi belajar siswa tentunya memberikan sejumlah   manfaat, khususnya bagi siswa, baik prestasi yang dicapainya memuaskan (baik) ataupun tidak memuaskan (buruk). Jika prestasi belajar yang dicapai oleh seorang siswa memuaskannya dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu. Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, agar lain waktu mendapat prestasi belajar yang lebih memuaskan lagi. Jika hasil yang diperoleh tidak memuaskan (buruk), ia akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia akan belajar dengan giat.[16]
      Namun demikian, manfaat dari pelaporan prestasi belajar tersebut di atas bisa saja tidak diperoleh siswa. Bahkan, kadang-kadang memberikan dampak negatif, di mana siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang baik merasa puas dengan apa yang dicapainya sehingga ia tidak gigih lagi dalam belajar di lain waktu. Demikian juga jika prestasi belajar yang dicapai buruk, siswa akan menjadi putus asa dengan apa yang dicapainya, terlebih jika merasa telah optimal dalam belajarnya, sehingga enggan belajar dengan giat lagi.[17]

b.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
      Sedangkan M. Dalyono berpendapat bahwa ada dua faktor menentukan pencapaian hasil belajar, yaitu:
1)        Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu kesehatan jasmani dan rohani, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar.
2)        Faktor eksternal, yang berasal dari luar diri siswa, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Dari pendapat-pendapat di atas, berikut diuraikan faktor-faktor yang   mempengaruhi prestasi belajar:
1)        Faktor internal
      Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
a)         Fisiologis
      Faktor Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.
(1)      Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.
Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainya, ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang, baik fisik maupun mental, agar badan tetap kuat pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.[18]
(2)      Sikap Siswa
      Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
(3)      Bakat Siswa
      Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan yang potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.[19]
(4)      Minat Siswa
      Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. [20]
(5)      Motivasi Siswa
      Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri anak didik yang biasa menimbulkan suatu aktivitas dalam hal ini adalah aktivitas belajar. Motivasi ini sangat penting dan sangat mempengaruhi kegiatan maupun hasil belajar. Motivasi perlu diutamakan sejak dini pada diri anak didik dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan.[21]

2)        Faktor Eksternal siswa
      Faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam: yakni faktor lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
a)         Lingkungan Sosial
      Selain sekolah, lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, keterangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semua dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa.[22]
b)        Lingkungan Non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.[23]

Berdasarkan kajian teoritis tentang prestasi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam seluruh bidang studi PAI adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti dan menguasai seluruh materi pelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam. Adapun indikator prestasi belajar dalam penelitian ini adalah nilai (angket) siswa pada 3 kali tes formatif bidang studi Pendidikan Agama Islam.
c.    Indikator Prestasi Belajar
      Ranah pendidikan secara etimologis berasal dari akar kata didik, yang artinya “memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)”.[24] Kata pendidikan itu sendiri berarti “proses pengubahan sikap dan prilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pendidikan pengajaran dan pelatihan.”
      Pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah atau domain besar yang selanjutnya disebut taksonomi, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah efektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotor domain).
      Adapun taksonomi yang dimaksud menurut Mukhtar adalah: Ranah Kognitif (cognitive domain) menurut Bloom dkk mencakup: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah Afektif (affective domain) menurut taksonomi Krathwohl, Bloom dkk, yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain) menurut Klasifikasi Simpson yaitu, persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
1)        Ranah Kognitif.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak, artinya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif.[25]
2)        Ranah afektif
Rahan afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial. Sebagaimana ranah kognitif, ranah efektif juga mempunyai klasifikasi tingkatan, dari sederhana kepada yang kompleks, tingkatan tersebut.
3)        Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar efektif (kecendrungan untuk berperilaku).[26]  
  
      Dengan kata lain siswa dinyatakan telah mendapatkan hasil belajar jika secara kognitif. Siswa berubah dari tidak tahu tentang suatu hal menjadi tahu, secara afektif, siswa berubah dari bersikap tidak baik menjadi baik, secara psikomotorik, dari tidak bisa melakukan menjadi bisa melakukan. Prestasi belajar dapat diidentifikasi dari nilai angka atau huruf yang merupakan simbol tingkat prestasi dalam belajar, yang diberikan guru melalui suatu peroses penilaian.
      Prestasi belajar dalam penelitian adalah nilai rata-rata yang dicapai siswa dari tes formatif dan sumatif dalam bidang studi PAI.
2.    Orang Tua sebagai Motivator    
a.     Pengertian Orang Tua sebagai Motivator
             Pengertian orang tua adalah ayah dan ibu, sabagaimana yang digambarkan oleh Eko Endarmoko, bahwa “orang tua adalah ayah bunda, ibu bapak; penanggung pengampu wali.[27]
       Sedangkan kata motivator dalam kamus bahasa indonesia berarti “orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong, penggerak.[28] Kata motivator itu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa inggris yang diartikan sebagai “1) pendorong (orang); 2) sesuatu yang menjadi sebab atau alasan yang kuat untuk melakukan sesuatu.[29]
             Sedangkan motivasi adalah suatu tenaga (dorongan, alasan kemauan) dari dalam yang menyebabkan kita berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang akan dicapai.[30] Motivasi merupakan dorongan yang ada dalam jiwa manusia yang mempunyai sifat-sifat abstrak, akan tetapi keberadaannya dapat diketahui melalui gejala-gejala yang tampak dalam perbuatannya maupun tingkah lakunya. Motivasi yang ada pada jiwa manusia pada dasarnya menuntun, membimbing manusia untuk bergerak, berkembang, memajukan dan meningkatkan potensi atau fitrah yang dimilikinya.
             Dalam kaitannya dengan pendidikan, peran orang tua sebagai motivator merupakan bentuk peran orang tua sebagai pendorong bagi anak-anak untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan, khususnya dalam belajar. Keberadaan orang tua sebagai motivator bagi anak tidak hanya ditunjukan bagi anak-anak yang memang memiliki masalah dalam belajar dan berprestasi kurang baik tapi juga kepada anak yang  memiliki prestasi yang tinggi. Sehubung dengan hal di atas, Anita Lie menyatakan: orang tua harus melihat realita dengan bijak. Jangan terlalu tinggi meletakkan harapan, sehingga ketika anak tidak bisa mencapainya, orang tua justru akan menekan anak. Orang tua juga jangan meletakkan harapan terlalu rendah karena akibatnya anak tidak memiliki daya juang.”[31]
             Dengan demikian, bagi anak yang memang memiliki prestasi yang bagus orang tua dapat memacunya untuk mempertahankan prestasi yang dicapai serta meningkatkannya pada kesempatan lain. Namun jika prestasi belajar anak itu jelek atau kurang maka tanggung jawab orang tua tersebut adalah memberikan motivasi atau dorongan kepada anak untuk lebih giat dalam belajar. Dorongan orang tua kepada anaknya yang berprestasi jelek atau kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan kurangnya dorongan dari orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan bahkan akan menimbulkan keputus asaan. Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang tua baik kepada anak yang berprestasi baik ataupun kurang baik dari berbagai jenis aktivitas, seperti mengarahkan cara belajar, dan mengatur waktu belajar, selama pengarahan dari orang tua tidak memberatkan anak.
b.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orang Tua Sebagai Motivator
            Orang tua adalah “orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya. Oleh karena itu, sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut serta untuk mengikuti pendidikan formal di sekolah“.[32]
             Pengabdian orang tua dalam mendidik anak-anaknya semata-mata demi cinta kasih yang kodrati, sehingga dalam suasana cinta kasih sayang dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung dengan baik seumur anak dalam tanggungan utama keluarga. Kewajiban orang tua dalam mendidik anak-anaknya tidak menuntut untuk memiliki profesionalitas yang tinggi, karena kewajiban tersebut berjalan dengan sendirinya sebagai adat atau tradisi, sehingga tidak hanya orang tua yang berilmu tinggi yang dapat melakukan kewajiban mendidik, tetapi juga orang tua yang pendidikannya masih pada taraf yang paling minim. Hal ini karena kewajiban mendidik anak merupakan naluri padagogis pada setiap individu yang menginginkan agar anaknya lebih baik dari keadaan dirinya.[33]
             Apa yang dipaparkan di atas merupakan sebagian dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan peran orang tua sebagai motivator bagi anak-anak mereka. Berikut ini diuraikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan peran orang tua sebagai motivator dalam pendidikan anak:
1)        Cara orang tua mendidik anak.
             Menurut M. Joko Susilo cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. “Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, maka hasil yang didapatkan, nilai atau hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau kedua orang tuanya memang tidak mencintai anaknya“.[34]
             Danny I. Yatim Irwanto mengemukakan beberapa cara orang tua mendidik anak, yaitu:
a)    Pola asuh otoriter, pola ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua, kebebasan anak sangat dibatasi.
b)   Pola asuh demokratik, pola ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya.
c)    Pola asuh permisif, pola asuhan ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berprilaku sesuai dengan keinginannya.
d)   Pola asuhan dengan ancaman, ancaman atau peringatan yang dengan keras diberikan pada anak akan dirasa sebagai tantangan terhadap otonomi dan pribadinya. Ia akan melanggarnya untuk menunjukkan bahwa ia mempunyai harga diri.
e)    Pola asuhan dengan hadiah, yang dimaksud disini adalah jika orang tua mempergunakan hadiah yang bersifat material atau suatu janji ketika menyuruh anak berprilaku seperti yang diinginkan.[35]

      Setiap cara orang tua mendidik anak pasti memiliki resiko masing-masing. “Cara mendidik pola otoriter, dominasi atau keras memang memudahkan orang tua, karena tidak perlu bersusah payah untuk bertanggung jawab dengan anak. Anak yang dibesarkan dengan cara pendidikan seperti ini mungkin memang tidak memiliki masalah dengan pelajaran dan juga bebas dari masalah kenakalan remaja. Akan tetapi cenderung tumbuh menjadi pribadi yang kurang memiliki kepercayaan diri, kurang kreatif, kurang dapat bergaul dengan lingkungan sosialnya, ketergantungan kepada orang lain, serta memiliki depresi yang lebih tinggi.
      Sementara cara mendidik tipe permisive, baik hati dan tidak tegas, tunduk pada anak, atau memanjakan, membuat anak merasa boleh berbuat sekehendak hatinya. Anak memang akan memiliki rasa percaya yang lebih besar, kemampuan sosial baik, dan tingkat depresi lebih rendah. Tapi juga akan lebih mungkin terlibat dalam kenakalan remaja dan memiliki prestasi yang rendah di sekolah. Anak tidak mengetahui norma-norma sosial yang harus dipatuhinya“.[36]
      Cara mendidik anak yang dianggap lebih cocok untuk membantu anak mengembangkan kreativitasnya adalah cara mendidik otoratif, baik hati dan tegas, atau bisa lebih dikenal dengan demokratis. Dalam cara mendidik ini, orang tua memberi kontrol terhadap anaknya dalam batas-batas tertentu, aturan untuk hal-hal yang esensial saja, dengan tetap menunjukkan dukungan, cita dan kehangatan kepada anaknya. Dengan demikian “anak juga dapat merasa bebas menggunakan kesulitannya, kegelisahannya kepada orang tua karena ia tahu, orang tua akan membantunya mencari jalan keluar tanpa berusaha mendiktenya.”[37]
2)        Suasana dalam keluarga.
      Rumah tangga merupakan pemberi pengaruh utama yang lebih kuat di samping di sekolah atau dalam masyarakat. “orang tua harus mampu menuntun, mengarahkan, mengawasi, mempengaruhi dan menggerakkan si anak agar penuh dengan gairah untuk memberikan motivasi pada anak. Sebaiknya orang tua harus mampu berkomunikasi sehingga muncul kepercayaan timbal balik dengan anak“[38]
      Faktor yang ikut berpengaruh dalam pendidikan anak adalah suasana rumah tangga. Keadaan rumah tangga yang gaduh, ramai dan bahkan sering antar anggota rumah yang kurang harmonis akan berakibat negatif terhadap anak.
 Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abuddin Nata bahwa:
      Ketidak harmonisan keluarga atau rumah tangga berarti terganggunya tali kasih sayang (silaturrahmi) antara ayah, ibu dan anak. Betapa pentingnya tali kasih sayang ini dalam keluarga. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering cek cok, pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar akibatnya belajarnya kacau.[39]

3)        Keadaan ekonomi keluarga
      Faktor ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak dan mentukan kenyamanan belajarnya, karena dalam belajar anak membutuhkan sarana dan perasarana belajar yang baik dan lengkap. Tanpa adanya sarana belajar yang lengkap tidak akan optimal.[40]
      Kebutuhan sarana belajar yang lengkap akan terpenuhi apabila faktor ekonomi dari orang tua memadai. Dari sini dapat dilihat bahwa peran ekonomi keluarga besar sekali pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan anak dalam masyarakat, sebagaimana dikatakan bahwa “Biaya merupakan suatu pengeluaran keluarga untuk membiayai sekolah anak, yang kemampuannya dipengaruhi oleh tingkat pendapat keluarga tersebut.”[41]
      Peran orang tua sebagai motivator dalam kaitanya dengan kondisi ekonomi adalah menyangkut keadaan ekonomi yang dapat digunakan untuk biaya pendidikan serta untuk melengkapi perlalatan maupun perlengkapan belajar.
      Keadaan keluarga yang kelas ekonominya menengah ke bawah akan merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan anaknya yang tentunya berkaitan dengan fasilitas belajar. Dengan demikian keadaan tersebut akan sangat mempengaruhi kegiatan belajar anak dan dampak pada prestasi belajar yang diraih anak tersebut.
      Namun demikian, Abu Ahmadi menyatakan bahwa: “Status ekonomi tidaklah dapat dikatakan sebagai faktor yang mutlak, sebab hal ini tergantung pula kepada sikap orang tua dan corak interaksi dalam keluarga itu.”
      Tidak jarang dijumpai orang tua yang tidak bisa menjadikan kemampuan ekonominya sebagai alat motivasi anak untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Dengan kemampuan ekonomi yang memadai orang tua memanggil guru-guru privat dalam berbagai bidang studi ke rumah untuk memberi pelajaran tambahan ke pada siswa tanpa menghiraukan kebutuhan anak untuk bermain, berisirahat, berteman, dan lain sebagainya. Akibatnya anak merasa jenuh dan lelah sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak seperti yang diharapkan orang tua.
c.    Indikator Orang Tua Sebagai Motivator
      Motivasi orang tua, terutama dalam hal pendidikan anak sangatlah diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah motivasi orang tua terhadap aktivitas belajar yang dilakukan anak sehari-hari dalam kapasitasnya sebagai pelajar dan penuntut ilmu. Bentuk peran orang tua sebagai motivator terhadap belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian penghargaan dan hukuman serta memenuhi kebutuhan belajar anak.
      Berikut uraian bentuk peran orang tua sebagai motivator pada aktivitas belajar anak:
1)        Pemberian bimbingan dan nasehat
      Menurut Oemar Hamalik dengan mengutip pendapat Stikes dan Dorcy, menyatakan bahwa bimbingan adalah “suatu proses untuk menolong individu dan kelompok supaya individu itu dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah-masalahnya.”[42] Kemudian ia juga mengutip pendapat Stoops, yang menyatakan bimbingan adalah “suatu proses yang terus menerus untuk membantu individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.”[43]
          Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Anak tidak mungkin tumbuh sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anak sangat memerlukan bimbingan dari orang tua, terlebih lagi dalam masalah belajar. Seorang anak mudah sekali putus asa karena ia masih labil, untuk itu orang tua perlu memberikan bimbingan pada anak selama ia belajar. Dengan pemberian bimbingan ini anak akan merasa semakin termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya.
           Singgih D. Gunarsa mengungkapkan pendapatnya sehubungan dengan peran orang tua dalam membimbing belajar anak di rumah, sebagai berikut:
a)        Orang tua membantu anak untuk membagi waktu antara waktu bermain, dan waktu belajar sesuai dengan kebutuhan anak tersebut, karena kebutuhan bermain dan belajar pada anak berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b)        Bagi anak yang tidak mendapatkan pekerjaan rumah dari sekolah hedaknya diberikan beberapa tugas kecil di rumah (yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah) dengan tetap memperhatikan kemampuan anak untuk menyelesaikan tugas tersebut.
c)        Bagi anak yang telah mendapatkan pekerjaan rumah secara teratur, perlu dibuatkan jadwal belajar di rumah dengan mempertimbangkan waktu istirahat anak. Jadi tidak tepat jika jadwal belajar anak adalah sepulangnya dari sekolah. Jadwal rutinitas kegiatan anak yang meliputi belajar, istirahat, dan bermain harus disusun secara proposional dengan mempertimbangkan usia anak.[44]

      Bentuk lain dari motivasi dari orang tua adalah memberikan nasihat kepada anak. Menasihati anak berarti memberi saran-saran untuk memecahkan suatu masalah, berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan pikiran sehat. Nasihat dan patuh memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan hakikat sesuatu serta mendorong mereka untuk melakukan sesuatu perbuatan yang baik.
       Nasihat dapat diberikan orang tua pada saat anak belajar di rumah. Dengan demikian maka orang tua dapat mengetahui kesulitan-kesulitan tersebut dapat membantu usaha untuk mengatasi kesulitannya dalam belajar, sehingga anak dapat meningkatkan minat belajarnya.
2)        Pengawasan terhadap belajar
      Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya, sebab tanpa adanya pengawasan dari orang tua besar kemungkinan pendidikan anak tidak akan berjalan lancar. Pengawasan orang tua tersebut dalam arti mengontrol atau mengawasi semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
       Pengawasan yang diberikan orang tua dimaksudkan sebagai penguat disiplin supaya pendidikan anak tidak terbengkelai, karena terbengkelainya pendidikan seorang anak bukan saja akan merugikan dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan hidupnya.
      Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi segala sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang maksimal.
      Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan terhadap kebebasan anak untuk berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan kewajiban anak yang bebas dan bertanggung jawab.
3)        Pemberian penghargaan dan hukuman 
      Orang tua juga perlu memberikan penghargaan kepada anak. Penghargaan adalah sesuatu yang diberikan orang tua kepada anaknya karena adanya keberhasilan anak dalam belajar sehingga meraih prestasi. Hal ini sangat berguna bagi anak karena dengan penghargaan anak akan timbul rasa bangga, mampu atau percaya diri dan berbuat yang lebih maksimal lagi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah memberikan pujian dan penghargaan pada kemampuan atau prestasi yang diperoleh anak. Pujian dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa orang tua menilai dan menghargai tindakan usahanya.
      Bentuk lain penghargaan orang tua selain memberi pujian adalah dengan memberikan semacam hadiah atau yang lain. Hadiah ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi pada anak, untuk menggembirakan, dan untuk menambah kepercayaan pada anak itu sendiri, serta untuk mempererat hubungan dengan anak. Akan tetapi orang tua juga harus tetap memberikan nasihat karena hadiah itu sendiri juga bisa merusak dan menyimpangkan pikiran anak dari tujuan belajar yang sebenarnya.
      Kadang kala orang tua juga dapat menggunakan hukuman. Hukuman diberikan jika anak melakukan sesuatu yang buruk, misalnya ketika anak malas belajar atau masuk ke sekolah. Tujuan diberikannya hukuman ini adalah untuk menghentikan tingkah laku yang kurang baik, dan tujuan selanjutnya adalah mendidik dan mendorong anak untuk menghentikan sendiri tingkah laku yang tidak baik.
      Disamping itu hukuman yang diberikan itu harus wajar, logis, obyektif, dan tidak membebani mental, serta harus sebanding antara kesalahan yang diperbuat dengan hukuman yang diberikan. Apabila hukuman terlalu berat, anak cenderung untuk menghindari atau meninggalkan. Dalam hal ini M. Ngalim Purwanto mengemukakan sifat hukuman yang mendidik, yaitu:
a)   Senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran;
b)   Sedikit banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan;
c) Selalu bertujuan ke arah perbaikan; hukuman itu hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri.[45]
4)        Memenuhi kebutuhan belajar
      Kebutuhan belajar adalah segala alat dan sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak. Kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam sekolah, buku-buku, alat-alat belajar, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak, karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik. Dalam hal ini Bimo Walgito menyatakan bahwa “semakin lengkap alat-alat pelajarannya, akan semakin dapat orang belajar  dengan sebaik-baiknya, sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini merupakan gangguan di dalam proses belajar, sehingga hasilnya akan mengalami gangguan.”[46]
      Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai akan berdampak positif dalam aktivitas belajar anak. Anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya sering kali tidak memiliki semangat belajar. Lain halnya jika segala kebutuhan belajarnya tercukupi, maka anak tersebut lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar.
      Mengenai perhatian terhadap kebutuhan belajar, kaitanya dengan motivasi belajar mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Hal itu dapat diketahui bahwa dengan dicukupinya kebutuhan belajar, berarti anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Kebutuhan belajar, seperti buku termasuk unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar.
5)         Memberian Kasih Sayang
      Pengabdian orang tua dalam mendidik anak-anaknya semata-mata demi cinta kasih yang kodrati, sehingga dalam suasana cinta kasih sayang dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung dengan baik seumur anak dalam tanggungan utama keluarga. Kewajiban orang tua dalam mendidik anak-anaknya tidak menuntut untuk memiliki profesionalitas yang tinggi, karena kewajiban tersebut berjalan dengan sendirinya sebagai adat atau tradisi, sehingga tidak hanya orang tua yang berilmu tinggi yang dapat melakukan kewajiban mendidik, tetapi juga orang tua yang pendidikannya masih pada taraf yang paling minim. Hal ini karena kewajiban mendidik anak merupakan naluri padagogis pada setiap individu yang menginginkan agar anaknya lebih baik dari keadaan dirinya. Anak juga membutuhkan kasih sayang dan motivasi dari orang tua agar anak lebih semangat untuk belajar karna dapat dorongan dari orang tua.
      Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat ditarik sintesis bahwa yang dimaksud dengan orang tua sebagai motivator adalah bentuk peran orang tua sebagai pendorong bagi anak-anak untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan, khususnya dalam belajar, dengan indikator: 1) pemberian bimbingan dan nasehat; 2) pengawasan terhadap belajar; 3) pemberian penghargaan dan hukuman, 4) memenuhi kebutuhan belajar, dan 5) pemberian kasih sayang.

d.   Pengaruh Orang Tua sebagai Motivator Terhadap Prestasi Belajar Siswa
      Motivasi orang tua merupakan masalah yang esensial sekali sifatnya terhadap prestasi belajar siswa. Dikarenakan motivasi orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Motivasi orang tua merupakan manifestasi dari sikap dan perhatian orang tua terhadap siswa, sesorang akan merasakan sesuatu yang lain dari dirinya entah itu keinginan, harapan-harapan, angan-angan dan cita-cita yang nantinya dapat terealisasikan dengan di gandeng rasa aman dan kasih sayang dan perhatian orang tua. Tidak jarang dijumpai realita yang ada, bahwa sering terdapat anak-anak yang malas, sering membolos sekolah, dan yang lebih parah lagi anak meninggalkan aktivitas belajarnya dengan mendatangi diskotik-diskotik dan tempat-tempat yang terlarang lainnya. Adakalahnya di kalangan siswa hanya mencari perdikat formal sebagai kelompok siswa. Padahal ia tidak tahu apa-apa dan anehnya juga tidak berusaha untuk tahu. Banyak ditemui siswa pergi kesekolah hanya dengan sehelai notebook, itu saja kalau mendapat pelajaran, dan itu saja yang diandalkan untuk menempuh tes ujian nanti, tidak membeli buku yang diwajibkan, sementara juga malas ke perpustakaan. Hal semacam ini siswa pada umumnya benar-benar lesu dan tidak bergairah terhadap ilmu. Problem pokok yang kian komplek ini menunjukkan bahwa orang tua tidak berhasil untuk mendorong siswa atau anak untuk lebih meningkatkan lagi prestasi belajarnya selama ini.
      Terkadang orang tua merasa bahwa tugasnya hanyalah memenuhi keinginan materi anak belajar bukan memotivasi anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Hal sedemikian akan membawa dampak yang negatif pada anak, merasa bebas dari tanggung jawab sebagai seorang siswa yang tidak lepas dari tugas-tugas akademiknya. Maka anak-anak perlu memperboleh motivasi yang tepat dari orang tua selain motivasi yang ada pada dirinya sendiri akan dapat belajar lebih giat dan nantinya akan mendapatkan prestasi yang diharapkan. Oleh karena motivasi mempengaruhi tinggi rendahnya, prestasi siwa, orang tua diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip motivasi mendidik, merangsang minat belajarnya dan tetap mempertahankan motivasi yang ada pada dirinya.
      Dengan demikian prestasi belajar anak akan tinggi atau memuaskan disebabkan adanya dorongan dari luar selain dorongan yang ada pada dirinya , dorongan itu berupa motivasi yang berasal dari kedua orang tuanya. Dengan demikian jelaslah bahwa pengaruh motivasi orang tua sangat menunjang terhadap keberhasilan prestasi belajar seorang siswa untuk anak didik
B.   Kerangka Berfikir
      Motivasi dari orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Tanpa adanya dorongan atau rangsangan dari orang tua untuk belajar, maka timbul kurang gairah pada diri anak dalam prestasi belajarnya. Hal ini yang akan mengarah pada rasa pesimis yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan anak. Hasil belajar akan optimal manakala ada motivasi yang tepat dari orang tua selain motivasi yang datang dari anak itu sendiri.
      Untuk menciptakan kondisi atau proses yang mengarahkan anak untuk meningkatkan dalam belajar maka orang tua harus memberikan motivasi dan dorongan yang tinggi agar anak berprestasi dalam belajar. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang dimiliki oleh siswa, maka semakin tinggi prestasi belajar yang dicapai anak akan menjadi lebih baik, untuk itu diduga terdapat pengaruh orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang studi PAI.
      Untuk memperjelas uraian kerangka berfikir di atas, maka penulis sajikan dengan skema berikut ini.
VARIABEL X
ORANG TUA SEBAGAI MOTIVATOR
Pernyataan siswa tentang peran orang tua sebagai motivator dengan indikator:
1)   Pemberian bimbingan dan nasehat.
2)   Pengawasan terhadap belajar.
3)   Pemberian penghargaan dan hukuman.
4)   Pemenuhan kebutuhan belajar
5)   Memberikan kasih sayang

VARIABEL Y
PRESTASI BELAJAR SISWA
Nilai rata-rata yang dicapai siswa dari tes formatif dan sumatif dalam bidang studi PAI pada semester genap tahun pelajaran 2015-2016
PENGARUH
Orang tua yang aktif memotivasi anak dalam belajar, maka anak akan termotivasi sehingga anak dapat berprestasi.
 
C.   Hipotesis Penelitian
      Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis juga mengatakan hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari.[47] Untuk mengetahui kebenaran hipotesis maka sebuah penelitian amatlah diperlukan.
      Berdasarkan kajian teoretik dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi.
 
 
BAB III
METODE PENELITIAN
A.      Tujuan Penelitian
      Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1.         Mengetahui tingkat peran orang tua sebagai motivator di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi.
2.         Mengetahui prestasi belajar siswa dalam bidang studi PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi.
3.         Membuktikan adanya pengaruh orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang studi PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi.
B.       Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat Penelitian
a.       Letak Geografis
      Penelitian ini dilaksanakan di SMP Nurjamilah Bekasi yang berdomisili di Jln. Bintara Raya Rt 003 Rw 12 No. 27 Keranji Bekasi Barat kota Bekasi. Propinsi Jawa Barat. Adapun batasan geografis SMP berada di sekitar pinggir jalan raya. Namun demikian untuk mencapai lokasi sekolah ini tidaklah sulit, karena dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan darat baik mobil maupun motor. Lain dari pada itu, sekolah ini juga dilintasi dengan kendaraan umum.

b.      Visi dan Misi SMP Nurjamilah
a). Visi SMP Nurjamilah
      Terdepan dalam prestasi, berkualitas dalam menjalankan agama islam, memiliki akidah yang kokoh, menghasilkan SDM yang berakhlak mulia, menyiapkan generasi muda islam yang berbasis IPTEK dan IMTAQ.
b). Misi SMP Nurjamilah:
1.        Menanamkan ajaran agama islam sejak dini
2.        Membentuk SDM yang berakhlak mulia
3.        Menghasilkan peserta didik yang cerdas, terampil, dan kreatif
4.        Memberikan pendidikan yang berbasis IPTEK dan IMTEQ.
Tujuan :
1.        Membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
2.        Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia
3.        Mengenal, menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berprilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.
4.        Meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni.
c.       Keadaan Guru
      Adapun data guru SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Daftar Nama-Nama Guru dan Karyawan
Tahun Ajaran 2015/2016

No.
NAMA GURU DAN KARYAWAN
JABATAN
MENGAJAR MATA PELAJARAN
1
ANWAR M. INCES S.Ag
KEPALA SEKOLAH
PAI
2
H. ACHMAD SHOBUR, LC.
GURU
PPKN
3
AHMAD MASYRIQOINI
GURU
B. Indonesia
4
ROPIKO JUNAEIDI
GURU
B. Inggris
5
MUSTAIEM, S.Pd.
GURU
PPKN
6
ULFI LATIFAH
GURU
Matematika
7
PUTRI YULIANA S.Pd 
GURU
IPA
8
ENDANG LULI LESTARI, S.Pd.
GURU
IPS
9
SYAMSUL ARIFIN
GURU
Al-Qur’an Hadits
10
TRI INDRIANI PUJIANTI, S.Pd.
GURU
SBK
11
ROHIMATUL JANNAH. S.Pd.
GURU
I. Syari’ah
12
NAFSIATUL MUKARROMAH
GURU
Penjaskes
13
NUR HASANAH, S.H.
GURU
Aqidah Akhlak
14
M. RIZKY APRIYANTO 
GURU
B. Sunda
15
NENENG YULIANA, S.Psi.
GURU
TIK
16
M. ADI. K, S.Pd.
GURU
B. Arab
17
SEPTIYANTI HANIFAH, S.Pd.
GURU
SKI
18
RAHMIANA S.Hum
GURU
Muthola’ah
19
ASYROFAH, S.H.I
GURU
Biologi
20
PALUPI, S.E.
GURU
IPA
21
OLFIANA FEBRIANTI S.Pd
GURU
PAI
22
SUSI HERAWATI
GURU
TIK
23
TRI NOVIYANTO, S.Pd.
GURU
PAI
24
AKBAR
TU
Matematika
25
M. IMRON ROSYADI
TU
B. Indonesia
26
LALA LATIFATUL HUDA
GURU
Al-Qur’an Hadits
   Sumber: Tata Usaha SMP Nurjamilah
d.      Keadaan Siswa
      Data keadaan siswa pada tahun pelajaran 2015-2016 SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Keadaan Siswa/I SMP Nurjamilah
Tahun Ajaran 2015/2016

Tahun Ajaran
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Jumlah seluruh siswa
Lk
Pr
Jml
Lk
Pr
Jml
Lk
Pr
Jml
Lk
Pr
Jml
2014/2015
100
100
200
112
115
227
80
75
155
292
290
582
2015/2016
125
134
259
114
114
228
76
88
164
315
336
651
2016/2017
111
114
225
86
84
170
65
70
135
262
268
530
     Sumber: Tata Usaha SMP Nurjamilah
e.       Sarana dan Prasarana
      SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi ini memiliki saran dan prasarana yang sudah memadai di antaranya.
Tabel 3
Sarana dan Prasarana SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi

No
Jenis Ruangan
Jumlah
Kondisi
1
Ruang Belajar/ Kelas
18
Baik
2
Ruang Perpustakaan
1
Baik
3
Ruang Kepala Sekolah
1
Baik
4
Ruang Guru
1
Baik
5
Ruang Osis
1
Baik
6
Ruang Ibadah/ Masjid
1
Baik
7
Gudang
1
Baik
8
Ruang UKS
1
Baik
9
Ruang Serbaguna
1
Baik
10
Kamar Mandi Guru
3
Baik
11
Kamar Mandi Siswa
3
Baik
12
Ruang Tata Usaha
1
Baik
13
Kantin
1
Baik
14
Dapur
2
Baik
15
Printer
1
Baik
16
Laboratorium IPA
1
Baik
17
Laboratorium Komputer
1
Baik
18
Telpon
1
Baik
19
Infocus
2
Baik
20
Komputer TU
1
Baik
    Sumber: Tata Usaha SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi.
2.    Waktu Penelitian
      Penelitian ini berlangsung selama 4 (empat) bulan yaitu pada bulan mei hingga bulan Agustus 2016 dengan kegiatan-kegiatan penelitian sebagai berikut:
a)      Persiapan meliputi: penyusunan proposal, seminar proposal, dan penyusunan instrumen.
b)      Pengumpulan data di lapangan meliputi: observasi lokal penelitian, penyebaran angket, dan pengumpulan dokumen.
c)      Pengelolaan dan analisis data.
d)     Pembuatan laporan hasil penelitian.
e)      Pengesahan laporan.

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4
Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Kegiatan
Mei
Juni
Juli
Agust
Sept
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Penyusunan
Proposal




















2
Seminar proposal




















3
Penyusunan deskripsi




















4
Observasi tempat penelitian




















5
Penyusunan instrumen




















6
Pengumpulan data




















7
Pengelolaan  data dan analisis data




















8
Penyusunan laporan penelitian




















9
Pengesahan




















Sumber: Data diolah
C.      Variabel Penelitian
      Kata “variabel” berasal dari bahasa Inggris variable yang berarti: ”ubahan”, “factor  tak  tetap”, atau “gejala yang dapat diubah-ubah”.[48] Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.[49]
      Dari pengertian-pengertian di atas, bahwa variabel penelitian dapat diartikan sebagai atribut atau nilai atau sifat dari objek atau kegiatan yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari infromasinya kemudian ditarik sebuah kesimpulan.
      Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu orang tua sebagai motivator sebagai variabel yang mempengaruhi atau variabel bebas dan prestasi belajar siswa pada bidang Pendidikan Agama Islam sebagai variabel terikat.
D.      Metode Penelitian
      Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode expost facto dengan teknik deskriptif korelasional. Metode expost facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.[50] Teknik deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan  subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya.[51]
      Sedangkan menurut Anas Sudjiono teknik analisis korelasional adalah teknik analisis statistik mengenai hubungan antar dua variabel atau lebih.[52] Jadi, teknik korelasional adalah mengumpulkan data-data agar bisa mengukur kemungkinan ada tidaknya hubungan dari variabel-variabel dalam kondisi yang akan diteliti.
                                                 
E.       Populasi dan Sampel Penelitian
  1. Populasi Penelitian
           Menurut Sutrisno Hadi populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki.[53] Menurut Idrus Alwi populasi adalah semua individu yang dapat (atau yang mungkinkan) memberikan data dan informasi untuk suatu penelitian.[54] Jadi populasi adalah seluruh obyek yang akan diteliti dalam sebuah penelitian.
            Populasi target dalam penelitian ini seluruh siswa SMP Nurjamilah dengan jumlah 530 orang siswa. Populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas 8 SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi yang berjumlah 170 orang siswa.
  1. Sampel Penelitian
      Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.[55] Sedangkan sampel menurut Sugiyono adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.[56] Jadi sampel penelitian adalah sebagian objek yang akan diteliti yang mewakili populasi tertentu.
      Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah sebagian siswa SMP Nurjamilah. Menurut Suharsimi, jika jumlah subyeknya kurang dari 100 diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.[57] Tetapi jika jumlah populasi lebih dari 100 orang atau jumlah subjeknya besar maka sampel yang dapat diambil antara 10-25% atau 20-25% atau lebih maka dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil kurang lebih 35% (dari populasi terjangkau) yaitu sebanyak 60 orang siswa.  Adapun teknik pengambilan sampelnya menggunakan sample random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak sederhana tanpa memperhatikan kriteria tertentu. Sehingga setiap objek dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan responden.
F.       Teknik Pengumpulan Data
      Untuk memperoleh data informasi yang berkenaan dengan penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah sebagai berikut:
1)    Teknik pengukuran dengan bentuk skala
      Skala adalah suatu prosedur atau teknik pemberian angka atau simbol lain kepada sejumlah ciri dari suatu objek tertentu berupa Quesioner. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating scale. Rating scale adalah salah satu alat untuk memperoleh  data yang berupa suatu daftar tentang sifat atau ciri-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat.[58]
      Teknik skala ini digunakan untuk mengukur hasil angket atau kuesioner variabel Orang Tua sebagai Motivator dan variabel Prestasi Belajar PAI dengan menggunakan pendekatan skala frekuensi alternatif jawabannya berupa Selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), pernah (PR) dan tidak pernah (TP).
2)      Teknik non-pengukuran
      Pengumpulan data penelitian dalam teknik non-pengukuran ini ialah berupa observasi, dan dokumentasi.
a.       Observasi adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.[59]
b.      Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mencatat arsip-arsip yang telah ada. Data yang dimaksud seperti keadaan para siswa, keadaan guru, struktur organisasi, sarana dan prasarana yang ada di sekolah.  
G.      Teknik Analisis Data
      Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interprestasikan. Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dilakukan untuk mencari korelasi antara dua variabel. Adapun data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan dioleh dengan teknik analisis data sebagai berikut:  
1.    Data Deskriptif
      Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskriptifkan data tentang orang tua sebagai motivator dan prestasi belajar siswa, sehingga data dapat disajikan dalam bentuk histogram.
2.    Uji Persyaratan Analisis Data
      Untuk menguji persyaratan analisis data, dalam penelitian ini digunakan uji normalitas. Penguji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas data dengan uji liliefor.
3.    Pengujian Hipotesis
a.    Regresi
      Regresi adalah jenis uji statistik yang dipakai untuk melihat daya prediksi variabel independen (prediktor) terhadap variabel dependen (kriterium). Dengan persamaan regresi: Ŷ= a + bX.
b. linearitas
      Pemeriksaan kelinearan dilakukan melalui pengujian hipotesis nol. Bahwa linear melawan hipotesis tandingan bahwa tidak linear, yaitu dengan koefisien regresi sederhana dan uji keberartian regresi.
c.  Koefesien Determinasi
      Untuk mengetahui berapa besar sumbangan variabel Orang Tua sebagai Motivator (variabel X) dengan Prestasi Belajar Siswa (variabel Y) menggunakan rumus D = (rxy)2 x100%.
d.  Signifikasi Korelasi
      Untuk menguji signifikan atau tidak signifikannya korelasi antara dua variabel X dan Y, maka akan di uji menggunakan rumus:
H.      Hipotesis Statistik
      Adapun rumusan hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
a.       Regresi
    H0 : β = 0 à Tidak terdapat pengaruh antara orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya  Bekasi.
    H1  : β    0  à Terdapat pengaruh antara orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi.
b.      Signifikan Regresi
Ho : β < 0 Regresi non Linier
H1 : β > 0 → = Regresi Linier
  1. Linearitas Regresi
Ŷ = a + bX. → Regresi Linier
Ŷ= a + bX. → Regresi Non Linier
Kriteria:
a.       Terima H0 Jika rhitung < rtabel pd db N-2 α 5%
Tolak H0 Jika rhitung > rtabel pada db N-2 α 5%
b.      Terima Ho Jika Fh < Ftabel pada (1,n-2) α 5%
Tolak Ho jika Fh > Ftabel pada (1,n-2) α 5%
c.       Terima Ho jika Fh < Ftabel pada (k-2,n-k) α 5%
Tolak Ho jika Fh > Ftabel pada (k-2,n-k) α 5%


[1]Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 77.
[2]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 61.
[3]Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 437.
[4]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 756.
[5]Ibid , h. 787.
[6]Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), h. 30.
[7]WS Winkel, Psikologi Pengajaran Edisi Revisi. (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), h. 102.
[8]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 787.

[9] Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), h. 121.
[10] W.J.S Purwadarrninta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 767.
[11]Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta:Grasindo,2004), h. 75.
[12]Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit, h. 27.
[13]Tulus Tu’u, Op, Cit. h. 77.
[14]M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. Ke-4, h. 5.
[15]Zakiah Daradjat, et, al, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 86.
[16]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 6.
[17]Ibid., h. 7.
[18]M. Dalyono, Psikologi Pendidikan,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 55.
[19]M. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010), h. 133.
[20]Ibid., h. 133.
[21] Sardiman . A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 73.
[22]M. Dalyono, Op, Cit, h.59.
[23] Ibid., h. 60.
[24]Departemen Pendidikan Nasional, Op, Cit., h. 232.
[25]Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 43.
[26]Ibid., hh. 46-47.
[27]Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 437.
[28] Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., h. 756.
[29]JS. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam  Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2007), h. 232.

[31]Anita Lie, Memudahkan Anak Belajar, (Jakarta: Kompas, 2008), h. 29.
[32]Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2001), h. 39.
[33]Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha-Usaha Nasional, 1988), h. 16.
[34]M. Joko Susilo, Gaya Belajar Menjadi Makin Pintar, (Yokyakarta: Pinus, 2006), h. 77.
[35]Danny I. Yatim dan Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika, (Jakarta: Arcan, 1991), h. 94.
[36]Mohammad Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Disiplin diri, (Jakarta:  PT Rieneka Cipta, 1998), h. 42.
[37]Ibid, h. 44.
[38]Ali Ismail, Panduan Praktis Bagi Orang Tua Mendampingi Remaja Meraih Sukses, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2000), h. 35.
[39]Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Grasindo 2001), h. 300.
[40]M. Joko Susilo, Op. Cit., h.80.
[41]Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 158.
[42]Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2002), h. 193.
[43]Ibid.
[44]Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia, 1987), Cet. Ke-5, hh. 19-20.
[45]M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 236.
[46]Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta:Andi Offset, 1990), hh. 123-124.
[47] Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 96.
[48]Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. ke-23, h. 36.
[49]Idrus Alwi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing, 2013), Cet.ke-1,  h. 49.
[50] Ridwan, Belajar Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2006), cet. Ke-3, h. 50.
[51]Ibid. h. 93.
[52]Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet.Ket-24, h. 188.
[53]Sutrisno Hadi, Statistik, Jilid 2, (Yogyakarta: Andi, 2004), Jilid 2, h. 182.
[54]Idrus Alwi, Op,Cit, h. 95.
[55]S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Cipta, 2010), h. 118.
[56]Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 81.
[57]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. Ke-1, h. 134.
[58]Idrus Alwi, Op,Cit, h. 108.
[59]Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Skolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 54.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Ilmu Hadits Riwayah Dan Dirayah

Pengalaman tes di Bank Mandiri

Pidato Bahasa Inggris dan terjemahan tentang Reading is a window to the world