Pengaruh orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dapat dilihat
dari prestasi belajar siswa yang bersangkutan di dalam pendidikan. Siswa akan
dinilai keberhasilannya melalui tes hasil belajar. Hasil yang diharapkan adalah
prestasi belajar yang baik karena setiap orang menginginkan prestasi yang
tinggi, baik siswa, guru, sekolah, maupun orang tua hingga masyarakat. Namun
antara siswa satu dengan siswa yang lainnya berbeda dalam pencapaian prestasi
belajar. Ada yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, namun ada juga siswa
yang rendah prestasi belajarnya. Setiap siswa pasti menginginkan dan berusaha
mencapai prestasi belajar yang baik di sekolah, akan tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa tidak semua siswa berhasil mencapai prestasi belajar yang
baik. Karena aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat
berlangsung secara wajar. Tidak sedikit siswa yang menghadapi kesulitan
belajar.[1]
Tingkat keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran dinyatakan dengan prestasi belajarnya.
Prestasi belajar dimaksudkan sebagai simbol tingkat keberhasilan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk nilai setelah seseorang melakukan proses belajar.
Prestasi yang dicapai siswa memberikan
gambaran tentang posisi tingkat keberhasilan dirinya dibandingkan dengan siswa
lain. Untuk mengetahui bahwa
seseorang telah
mengalami proses belajar dan telah mengalami perubahan-perubahan baik perubahan
dalam memiliki pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap maka dapat dilihat dari
prestasi belajarnya. Prestasi belajar dapat menunjukan tingkat keberhasilan
seseorang setelah melakukan proses belajar dalam melakukan perubahan dan
perkembangannya. Hal ini disebabkan prestasi belajar merupakan hasil penilaian
atas kemampuan, kecakapan, keterampilan-keterampilan tertentu yang dipelajari
selama masa belajar.
Kesulitan belajar tidak selalu
disebabkan oleh faktor inteligensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi
juga disebabkan oleh faktor-faktor noninteligensi. Dengan demikian IQ yang
tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Hal tersebut dikarenakan
prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor
yang mempengaruhi proses secara keseluruhan.
Faktor-faktor yang berinteraksi tersebut
berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa bisa berasal dari dalam diri siswa ataupun dari luar diri
siswa. Lain dari pada itu pencapaian prestasi anak dalam belajar ditentukan
oleh sejauh mana peranan atau keterlibatan orang tua dalam kegiatan belajar
anaknya. Seorang anak yang memperoleh pembinaan, dorongan dan bimbingan serta
motivasi belajar dari orang tuanya tentu akan nampak pada metode atau cara
belajar yang baik pula. Pengaturan jadwal pelajaran dengan kegiatan kurikuler
yang tepat merupakan salah satu usaha untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
Bentuk-bentuk peranan atau keterlibatan
orang tua terhadap kegiatan belajar anaknya, misalnya melengkapi bahan atau
alat-alat pelajaran, memberikan kesempatan belajar yang cukup, memberikan
makanan yang bergizi, memberikan bimbingan belajar di rumah dan hal-hal lain
yang diperlukan anak dalam kegiatan belajarnya.
Salah satu bentuk lain peranan orang tua
terhadap kegiatan belajar anaknya adalah bagaimana orang tua membeikan dorongan
atau motivasi kepada anak untuk belajar. Dalam hal ini orang tua tidak terlalu
kaku atau terlalu memaksakan keinginan untuk belajar dan tidak boleh pula
terlalu kasihan atau memanjakan anaknya. Orang tua yang terlalu kasihan
terhadap anaknya misalnya tidak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar,
bahkan membiarkan anaknya untuk tidak belajar dengan alasan segan merupakan
tindakan yang tidak benar, karena jika ini dibiarkan maka akan mengakibatkan
anak menjadi nakal dan malas dalam belajar. Begitupun sebaliknya, orang tua
tidak boleh terlalu keras, memaksa dan terlalu mengejar anaknya untuk belajar,
sebab hal ini akan mengakibatkan yang diliputi rasa ketakutan yang berlebihan
bahkan akhirnya anak akan benci pada pelajaran dan bahkan bila rasa ketakutan
ini semakin serius maka anak akan mengalami gangguan kejiwaan atau stres.
Salah satu dampak dari kurang atau tidak
adanya keperdulian orang tua terhadap anak adalah munculnya kemalasan pada diri
anak untuk belajar yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar yang mereka
capai. Berkaitan dengan hal ini. Slameto menyatakan :[2]
Orang tua yang kurang atau tidak
memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap
belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan
dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya,
tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak
belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya,
kesulitan-kesulitan yang dialaminya dalam belajar dan lain-lain, dapat
menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak
sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur dan
tidak diperhatikan oleh orang tuanya, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk
sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas
belajar.
Sementara dari hasil observasi awal yang
penulis lakukan di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi diketahui bahwa sebagaian
besar orang tua siswa belum secara optimal memberi dorongan atau motivasi
belajar pada anak. Tindakan yang secara umum mereka lakukan dan dinyatakan
sebagai bentuk motivasi terhadap anak adalah ancaman untuk menghukum anak jika
anak malas belajar. Meskipun demikian, sebagian besar orang tua menyatakan
peduli dengan berbagai kebutuhan belajar anak dan berusaha sekuat tenaga
memenuhi apa yang memang dibutuhkan anak dalam belajar. Tentunya apa yang
dilakukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan belajar merupakan salah satu aspek
yang dapat memotivasi belajar siswa sehingga anak akan berprestasi.
Berdasarkan uraian dan informasi empiris
yang diperoleh, penulis bermaksud melakukan penelitian yang mengkaji PENGARUH
ORANG TUA SEBAGAI MOTIVATOR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SMP NURJAMILAH BINTARA RAYA BEKASI.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat
diindentifikasi beberapa masalah yang muncul sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh pemberian motivasi oleh orang tua
terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
2. Apakah ada pengaruh antara pemberian hukuman oleh orang
tua terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
3. Apakah ada pengaruh antara pengaturan waktu belajar
dengan prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
4. Apakah ada pengaruh antara kelengkapan fasilitas belajar
dengan prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
5. Apakah ada pengaruh kesulitan belajar terhadap prestasi
belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
6. Apakah bimbingan belajar dari orang tua mempengaruhi
prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
7. Apakah terdapat pengaruh orang tua sebagai motivator
terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
C. Pembatasan Masalah
Dari permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian ini,
permasalahan hanya dibatasi pada pembahasan tentang pengaruh orang tua sebagai
motivator terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi.
Adapun penjelasan istilah dari
variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Orang tua sebagai motivator
Orang tua adalah “ayah bunda, ibu bapak,
penanggung, pembimbing, wali.[3]
Dalam pembahasan kali ini yang dimaksud peneliti dengan orang tua yaitu wali
murid dari siswa di sekolah SMP Nurjamilah yang menjadi obyek penelitian.
Motivator berarti “orang (perangsang)
yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu,
pendorong, penggerak.[4]
Adapun yang dimaksud dengan
motivator dalam penelitian ini adalah pernyataan siswa tentang peran aktif
orang tua dalam memberi dorongan atau motivasi dalam kegiatan belajar anak yang
meliputi: 1) Pemberian bimbingan dan nasihat, 2) Pengawasan anak terhadap
belajar, 3) Pemberian penghargaan dan hukuman, dan 4) Memenuhi kebutuhan
belajar dan, 5) Pemberian kasih sayang.
2. Prestasi belajar siswa
Prestasi belajar adalah “penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.[5]
Adapun yang dimaksud dengan prestasi
belajar dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata yang dicapai siswa dari tes
formatif dan sumatif dalam bidang studi PAI pada semester genap tahun ajaran
2015-2016.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka perumusan masalah
yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah tingkat peran orang tua sebagai motivator di
SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa dalam bidang studi
Pendidikan Agama Islam di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
3. Apakah terdapat pengaruh orang tua sebagai motivator
terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi?
E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Adapun kegunaan teoritis dari
penelitian ini adalah:
a. Mengembangkan wawasan ilmu dan mendukung teori-teori yang
sudah ada yang berkaitan dengan kependidikan, terutama masalah proses belajar
mengajar di sekolah dan sumber daya manusia.
b. Menambah khasanah bahan pustaka baik ditingkat program
fakultas maupun universitas.
c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
dengan variable lebih banyak.
2. Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan
praktis dari penelitian ini adalah:
a. Dapat memberikan masukan yang berarti bagi orang tua
siswa SMP Nurjamilah dalam meningkatkan prestasi belajar putra putrinya,
khususnya melalui motivator kepada putra putrinya.
b. Bagi guru dan orang tua sebagai kontribusi pemikiran
dalam membentuk kerja sama untuk kemajuan pendidikan putra putrinya.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoretis
1. Prestasi Belajar PAI
a.
Pengertian Prestasi Belajar PAI
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa bukti dari
seseorang yang telah belajar adalah “terjadinya
perubahan tingkah laku dalam aspek-aspek tertentu seperti pengetahuan,
pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,
jasmani, budi pekerti dan sikap.[6]
Pendapat serupa dikemukakan oleh WS Winkel yang menyatakan bahwa: “Prestasi
belajar yang dihasilkan oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam
bidang pengetahuan atau pengalaman dalam bidang keterampilan, nilai
dan sikap.”[7]
Untuk mengetahui adanya perubahan tersebut,
maka dalam pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi yang
nantinya akan dijadikan sebagai tolak ukur maksimal yang telah dicapai siswa
setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan. Apabila
pemberian materi telah dirasa cukup, guru dapat melakukan tes yang hasilnya
akan digunakan sebagai ukuran dari apa yang telah dicapai siswa yang bukan
hanya terdiri dari nilai mata pelajaran saja tetapi juga mencakup nilai tingkah
laku siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar.
Nilai-nilai yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar
disebut dengan prestasi belajar.
Prestasi belajar seorang siswa dapat dilihat
dari nilai hasil belajar. Evaluasi hasil belajar peserta didik pada dasarnya
merupakan bagian dari proses pembelajaran, yang diarahkan untuk menilai peserta
didik (memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar) secara
berkesinambungan.
Kata “Prestasi “ secara etimologis berarti
hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya.[8]
Sedangkan secara terminologis, kata “Prestasi”, di antaranya didefinisikan
sebagai hasil dari satu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara
individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Menurut Zainal
Arifin yaitu: Prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang
dalam menyelesaikan sesuatu hal.[9]
Dalam hubungannya dengan usaha belajar prestasi
berarti hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan
belajar pada waktu tertentu. Menurut
W.J.S Purwadarminto prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya
menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan
atau dilakukan.[10]
Sedangkan prestasi belajar menurut Tulus Tu’u
adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.”[11]
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa
prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah di capai menurut kemampuan
yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah
laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu,
prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau
ujian. “Prestasi belajar siswa didokumentasikan dalam bentuk buku laporan
(rapot). Buku laporan berisi informasi hasil belajar peserta didik yang
memberikan gambaran secara rinci tentang pencapaian kompetensi pada tahap waktu
pembelajaran tertentu.[12]
Prestasi belajar mempunyai fungsi yaitu:
1)
Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik.Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
2)
Sebagai bahan informasi
dalam inovasi pendidikan .
3)
Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
4)
Dapat dijadikan indikator terhadap daya serap anak didik.[13]
Dengan prestasi belajar guru dapat mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai suatu kompetensi atau belum. Fungsi prestasi belajar tidak hanya
sebagai indikator keberhasilan dalam program tertentu, tetapi juga sebagai
indikator kualitas institusi pendidikan. Disamping itu, prestasi belajar juga
berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu mengadakan bimbingan atau
diagnosis terhadap anak didik.
Adapun pengertian Pendidikan Agama Islam menurut para ahli adalah
sebagai berikut : Menurut M. Arifin, bahwa Pendidikan Agama Islam “merupakan
bagian dari pendidikan islam, di mana tujuan utamanya ialah membina dan
mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus
mengajarkan ilmu agama islam, sehingga ia mampu mengamalkan syariat islam
secara benar sesuai pengetahuan agama.”[14]
Zakiah Daradjat mendefinisikan Pendidikan Agama Islam sebagai:
Pendidikan melalui ajaran-ajaran agama islam,
yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap didik agar nantinya setelah selesai
dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran
agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan
kesejahteraan hidup di dunia maupun diakhirat kelak.[15]
Adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini
lebih kepada bagian arti pendidikan islam yang berkaitan dengan aplikasi
pendidikan islam dalam pembelajaran di sekolah atau madrasah, baik dalam bentuk
kegiatan belajar mengajar ataupun kegiatan lainnya yang bertujuan untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan islam.
Dari pendapat di atas, dapat dirumuskan pengertian prestasi belajar
sebagai berikut :
1)
Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai
oleh siswa setelah mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah.
2)
Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai dari
aspek kognitif karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.
3)
Prestasi belajar siswa disimbolkan dengan nilai atau
angka nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan
ulangan atau ujian yang diselenggarakan sekolah.
Prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa, secara rutin dan
berkata, didokumentasikan oleh guru dan wali kelas di dalam buku daftar nilai
serta arsip di bagian administrasi sekolah. Untuk selanjutnya, prestasi belajar
ini dilaporkan oleh pihak sekolah kepada siswa atau orang tua siswa melalui
buku rapot yang dibagikan setiap akhir semester tahun pelajaran. Pelaporan
prestasi belajar siswa tentunya memberikan sejumlah manfaat, khususnya bagi siswa, baik prestasi
yang dicapainya memuaskan (baik) ataupun tidak memuaskan (buruk). Jika prestasi
belajar yang dicapai oleh seorang siswa memuaskannya dan hal itu menyenangkan,
tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu.
Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih
giat, agar lain waktu mendapat prestasi belajar yang lebih memuaskan lagi. Jika
hasil yang diperoleh tidak memuaskan (buruk), ia akan berusaha agar lain kali
keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia akan belajar dengan giat.[16]
Namun demikian, manfaat dari pelaporan prestasi belajar tersebut di atas
bisa saja tidak diperoleh siswa. Bahkan, kadang-kadang memberikan dampak
negatif, di mana siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang baik merasa puas
dengan apa yang dicapainya sehingga ia tidak gigih lagi dalam belajar di lain
waktu. Demikian juga jika prestasi belajar yang dicapai buruk, siswa akan
menjadi putus asa dengan apa yang dicapainya, terlebih jika merasa telah
optimal dalam belajarnya, sehingga enggan belajar dengan giat lagi.[17]
b.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Sedangkan M.
Dalyono berpendapat bahwa ada dua faktor menentukan pencapaian hasil belajar,
yaitu:
1)
Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu kesehatan jasmani
dan rohani, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar.
2)
Faktor eksternal, yang berasal dari luar diri siswa, yaitu keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Dari pendapat-pendapat di atas, berikut
diuraikan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar:
1)
Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal
dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini
dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
a)
Fisiologis
Faktor Dalam
hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan
kesehatan dan pancaindera.
(1)
Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala,
demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk
belajar.
Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang
baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik
dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainya, ini dapat mengganggu atau
mengurangi semangat belajar. Karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting
bagi setiap orang, baik fisik maupun mental, agar badan tetap kuat pikiran
selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.[18]
(2) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response
tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
(3)
Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude)
adalah kemampuan yang potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap
orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai
ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.[19]
(4)
Minat Siswa
Secara sederhana, minat
(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. [20]
(5) Motivasi Siswa
Motivasi adalah keseluruhan
daya penggerak psikis di dalam diri anak didik yang biasa menimbulkan suatu
aktivitas dalam hal ini adalah aktivitas belajar. Motivasi ini sangat penting
dan sangat mempengaruhi kegiatan maupun hasil belajar. Motivasi perlu
diutamakan sejak dini pada diri anak didik dengan cara memberikan
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan.[21]
2)
Faktor Eksternal siswa
Faktor eksternal siswa juga terdiri atas
dua macam: yakni faktor lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
a)
Lingkungan
Sosial
Selain sekolah, lingkungan sosial yang
lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa
itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, keterangan
keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semua dapat memberi dampak baik
ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa.[22]
b)
Lingkungan Non
sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.[23]
Berdasarkan kajian teoritis tentang prestasi belajar di
atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam
seluruh bidang studi PAI adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti
dan menguasai seluruh materi pelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam.
Adapun indikator prestasi belajar dalam penelitian ini adalah nilai (angket)
siswa pada 3 kali tes formatif bidang studi Pendidikan Agama Islam.
c.
Indikator Prestasi Belajar
Ranah pendidikan secara
etimologis berasal dari akar kata didik, yang artinya “memelihara dan memberi
latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)”.[24]
Kata pendidikan itu sendiri berarti “proses pengubahan sikap dan prilaku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pendidikan pengajaran dan pelatihan.”
Pendidikan berdasarkan hasil
belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah atau domain
besar yang selanjutnya disebut taksonomi, yaitu: ranah kognitif (cognitive
domain), ranah efektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotor
domain).
Adapun taksonomi yang dimaksud menurut Mukhtar adalah:
Ranah Kognitif (cognitive domain) menurut Bloom dkk mencakup:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah
Afektif (affective domain) menurut taksonomi Krathwohl, Bloom dkk,
yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi, dan
pembentukan pola hidup. Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain)
menurut Klasifikasi Simpson yaitu, persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan dan
kreativitas.
1)
Ranah Kognitif.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak, artinya, segala
upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif.[25]
2)
Ranah afektif
Rahan afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan
penyesuaian perasaan sosial. Sebagaimana ranah kognitif, ranah efektif juga
mempunyai klasifikasi tingkatan, dari sederhana kepada yang kompleks, tingkatan
tersebut.
3)
Ranah
Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar efektif
(kecendrungan untuk berperilaku).[26]
Dengan kata
lain siswa dinyatakan telah mendapatkan hasil belajar jika secara kognitif.
Siswa berubah dari tidak tahu tentang suatu hal menjadi tahu, secara afektif, siswa berubah dari bersikap tidak baik menjadi baik, secara
psikomotorik, dari tidak bisa melakukan menjadi bisa melakukan. Prestasi
belajar dapat diidentifikasi dari nilai angka atau huruf yang merupakan simbol
tingkat prestasi dalam belajar, yang diberikan guru melalui suatu peroses
penilaian.
Prestasi
belajar dalam penelitian adalah nilai rata-rata yang dicapai siswa dari tes
formatif dan sumatif dalam bidang studi PAI.
2. Orang Tua sebagai Motivator
a. Pengertian Orang Tua sebagai Motivator
Pengertian orang tua
adalah ayah dan ibu, sabagaimana yang digambarkan oleh Eko Endarmoko, bahwa
“orang tua adalah ayah bunda, ibu bapak; penanggung pengampu wali.[27]
Sedangkan kata motivator dalam
kamus bahasa indonesia berarti “orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya
motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong, penggerak.[28]
Kata motivator itu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa inggris yang
diartikan sebagai “1) pendorong (orang); 2) sesuatu yang menjadi sebab atau
alasan yang kuat untuk melakukan sesuatu.[29]
Sedangkan motivasi adalah suatu tenaga (dorongan, alasan kemauan) dari dalam yang
menyebabkan kita berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada
tujuan tertentu yang akan dicapai.[30] Motivasi merupakan
dorongan yang ada dalam jiwa manusia yang mempunyai sifat-sifat abstrak, akan tetapi
keberadaannya dapat diketahui melalui gejala-gejala yang tampak dalam
perbuatannya maupun tingkah lakunya. Motivasi yang ada pada jiwa manusia
pada dasarnya menuntun, membimbing manusia untuk bergerak, berkembang, memajukan dan meningkatkan potensi
atau fitrah yang dimilikinya.
Dalam kaitannya dengan
pendidikan, peran orang tua sebagai motivator merupakan bentuk peran orang tua
sebagai pendorong bagi anak-anak untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan,
khususnya dalam belajar. Keberadaan orang tua sebagai motivator bagi anak tidak
hanya ditunjukan bagi anak-anak yang memang memiliki masalah dalam belajar dan
berprestasi kurang baik tapi juga kepada anak yang memiliki prestasi yang tinggi. Sehubung
dengan hal di atas, Anita Lie menyatakan: orang tua harus melihat realita
dengan bijak. Jangan terlalu tinggi meletakkan harapan, sehingga ketika anak
tidak bisa mencapainya, orang tua justru akan menekan anak. Orang tua juga
jangan meletakkan harapan terlalu rendah karena akibatnya anak tidak memiliki
daya juang.”[31]
Dengan demikian, bagi anak yang memang
memiliki prestasi yang bagus orang tua dapat memacunya untuk mempertahankan
prestasi yang dicapai serta meningkatkannya pada kesempatan lain. Namun jika
prestasi belajar anak itu jelek atau kurang maka tanggung jawab orang tua
tersebut adalah memberikan motivasi atau dorongan kepada anak untuk lebih giat
dalam belajar. Dorongan orang tua kepada anaknya yang berprestasi jelek atau
kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan kurangnya dorongan dari orang
tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan bahkan akan menimbulkan keputus
asaan. Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang tua baik kepada anak yang
berprestasi baik ataupun kurang baik dari berbagai jenis aktivitas, seperti
mengarahkan cara belajar, dan mengatur waktu belajar, selama pengarahan dari
orang tua tidak memberatkan anak.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orang Tua
Sebagai Motivator
Orang tua adalah “orang
yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan
pendidikan anaknya. Oleh karena itu, sebagai orang tua harus dapat membantu dan
mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat
memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak
tersebut serta untuk mengikuti pendidikan formal di sekolah“.[32]
Pengabdian orang tua dalam mendidik anak-anaknya
semata-mata demi cinta kasih yang kodrati, sehingga dalam suasana cinta kasih
sayang dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung dengan baik seumur
anak dalam tanggungan utama keluarga. Kewajiban orang tua dalam mendidik
anak-anaknya tidak menuntut untuk memiliki profesionalitas yang tinggi, karena
kewajiban tersebut berjalan dengan sendirinya sebagai adat atau tradisi,
sehingga tidak hanya orang tua yang berilmu tinggi yang dapat melakukan
kewajiban mendidik, tetapi juga orang tua yang pendidikannya masih pada taraf
yang paling minim. Hal ini karena kewajiban mendidik anak merupakan naluri
padagogis pada setiap individu yang menginginkan agar anaknya lebih baik dari
keadaan dirinya.[33]
Apa yang dipaparkan di atas merupakan sebagian dari
banyak faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan peran orang tua sebagai
motivator bagi anak-anak mereka. Berikut ini diuraikan beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi pelaksanaan peran orang tua sebagai motivator dalam
pendidikan anak:
1)
Cara orang tua mendidik anak.
Menurut M. Joko Susilo cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajarnya. “Orang tua yang kurang atau tidak
memperhatikan pendidikan anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan
dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, maka hasil yang didapatkan,
nilai atau hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam
studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya
terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau kedua orang tuanya memang tidak
mencintai anaknya“.[34]
Danny
I. Yatim Irwanto mengemukakan beberapa cara orang tua mendidik anak, yaitu:
a)
Pola asuh
otoriter, pola ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang
tua, kebebasan anak sangat dibatasi.
b)
Pola asuh
demokratik, pola ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua
dengan anaknya.
c)
Pola asuh
permisif, pola asuhan ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada
anak untuk berprilaku sesuai dengan keinginannya.
d)
Pola asuhan
dengan ancaman, ancaman atau peringatan yang dengan keras diberikan pada anak
akan dirasa sebagai tantangan terhadap otonomi dan pribadinya. Ia akan
melanggarnya untuk menunjukkan bahwa ia mempunyai harga diri.
e)
Pola asuhan
dengan hadiah, yang dimaksud disini adalah jika orang tua mempergunakan hadiah
yang bersifat material atau suatu janji ketika menyuruh anak berprilaku seperti
yang diinginkan.[35]
Setiap cara orang tua mendidik anak pasti
memiliki resiko masing-masing. “Cara mendidik pola otoriter, dominasi atau
keras memang memudahkan orang tua, karena tidak perlu bersusah payah untuk
bertanggung jawab dengan anak. Anak yang dibesarkan dengan cara pendidikan
seperti ini mungkin memang tidak memiliki masalah dengan pelajaran dan juga
bebas dari masalah kenakalan remaja. Akan tetapi cenderung tumbuh menjadi
pribadi yang kurang memiliki kepercayaan diri, kurang kreatif, kurang dapat
bergaul dengan lingkungan sosialnya, ketergantungan kepada orang lain, serta
memiliki depresi yang lebih tinggi.
Sementara cara mendidik tipe permisive,
baik hati dan tidak tegas, tunduk pada anak, atau memanjakan, membuat anak
merasa boleh berbuat sekehendak hatinya. Anak memang akan memiliki rasa percaya
yang lebih besar, kemampuan sosial baik, dan tingkat depresi lebih rendah. Tapi
juga akan lebih mungkin terlibat dalam kenakalan remaja dan memiliki prestasi
yang rendah di sekolah. Anak tidak mengetahui norma-norma sosial yang harus
dipatuhinya“.[36]
Cara mendidik anak yang dianggap lebih
cocok untuk membantu anak mengembangkan kreativitasnya adalah cara mendidik
otoratif, baik hati dan tegas, atau bisa lebih dikenal dengan demokratis. Dalam
cara mendidik ini, orang tua memberi kontrol terhadap anaknya dalam batas-batas
tertentu, aturan untuk hal-hal yang esensial saja, dengan tetap menunjukkan
dukungan, cita dan kehangatan kepada anaknya. Dengan demikian “anak juga dapat
merasa bebas menggunakan kesulitannya, kegelisahannya kepada orang tua karena
ia tahu, orang tua akan membantunya mencari jalan keluar tanpa berusaha mendiktenya.”[37]
2)
Suasana dalam keluarga.
Rumah tangga
merupakan pemberi pengaruh utama yang lebih kuat di samping di sekolah atau
dalam masyarakat. “orang tua harus mampu menuntun, mengarahkan, mengawasi,
mempengaruhi dan menggerakkan si anak agar penuh dengan gairah untuk memberikan
motivasi pada anak. Sebaiknya orang tua harus mampu berkomunikasi sehingga
muncul kepercayaan timbal balik dengan anak“[38]
Faktor yang
ikut berpengaruh dalam pendidikan anak adalah suasana rumah tangga. Keadaan
rumah tangga yang gaduh, ramai dan bahkan sering antar anggota rumah yang
kurang harmonis akan berakibat negatif terhadap anak.
Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh Abuddin Nata bahwa:
Ketidak harmonisan keluarga
atau rumah tangga berarti terganggunya tali kasih sayang (silaturrahmi) antara
ayah, ibu dan anak. Betapa pentingnya tali kasih sayang ini dalam keluarga.
Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering cek cok, pertengkaran antar anggota
keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah,
suka keluar akibatnya belajarnya kacau.[39]
3)
Keadaan ekonomi keluarga
Faktor
ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak dan mentukan kenyamanan
belajarnya, karena dalam belajar anak membutuhkan sarana dan perasarana belajar
yang baik dan lengkap. Tanpa adanya sarana belajar yang lengkap tidak akan
optimal.[40]
Kebutuhan
sarana belajar yang lengkap akan terpenuhi apabila faktor ekonomi dari orang
tua memadai. Dari sini dapat dilihat bahwa peran ekonomi keluarga besar sekali
pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan anak dalam masyarakat, sebagaimana
dikatakan bahwa “Biaya merupakan suatu pengeluaran keluarga untuk membiayai
sekolah anak, yang kemampuannya dipengaruhi oleh tingkat pendapat keluarga
tersebut.”[41]
Peran orang
tua sebagai motivator dalam kaitanya dengan kondisi ekonomi adalah menyangkut
keadaan ekonomi yang dapat digunakan untuk biaya pendidikan serta untuk
melengkapi perlalatan maupun perlengkapan belajar.
Keadaan
keluarga yang kelas ekonominya menengah ke bawah akan merasa kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan anaknya yang tentunya berkaitan dengan fasilitas belajar.
Dengan demikian keadaan tersebut akan sangat mempengaruhi kegiatan belajar anak
dan dampak pada prestasi belajar yang diraih anak tersebut.
Namun
demikian, Abu Ahmadi menyatakan bahwa: “Status ekonomi tidaklah dapat dikatakan
sebagai faktor yang mutlak, sebab hal ini tergantung pula kepada sikap orang
tua dan corak interaksi dalam keluarga itu.”
Tidak jarang
dijumpai orang tua yang tidak bisa menjadikan kemampuan ekonominya sebagai alat
motivasi anak untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Dengan kemampuan
ekonomi yang memadai orang tua memanggil guru-guru privat dalam berbagai bidang
studi ke rumah untuk memberi pelajaran tambahan ke pada siswa tanpa
menghiraukan kebutuhan anak untuk bermain, berisirahat, berteman, dan lain
sebagainya. Akibatnya anak merasa jenuh dan lelah sehingga prestasi belajar
yang dicapai tidak seperti yang diharapkan orang tua.
c. Indikator Orang Tua Sebagai Motivator
Motivasi orang tua, terutama
dalam hal pendidikan anak sangatlah diperlukan. Terlebih lagi yang harus
difokuskan adalah motivasi orang tua terhadap aktivitas belajar yang dilakukan
anak sehari-hari dalam kapasitasnya sebagai pelajar dan penuntut ilmu. Bentuk
peran orang tua sebagai motivator terhadap belajar anak dapat berupa pemberian
bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian penghargaan
dan hukuman serta memenuhi kebutuhan belajar anak.
Berikut uraian bentuk peran
orang tua sebagai motivator pada aktivitas belajar anak:
1)
Pemberian bimbingan dan nasehat
Menurut Oemar Hamalik dengan
mengutip pendapat Stikes dan Dorcy, menyatakan bahwa bimbingan adalah “suatu
proses untuk menolong individu dan kelompok supaya individu itu dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah-masalahnya.”[42]
Kemudian ia juga mengutip pendapat Stoops, yang menyatakan bimbingan adalah
“suatu proses yang terus menerus untuk membantu individu dalam rangka
mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.”[43]
Di dalam
belajar anak membutuhkan bimbingan. Anak tidak mungkin tumbuh sendiri dengan
segala kelebihan dan kekurangannya. Anak sangat memerlukan bimbingan dari orang
tua, terlebih lagi dalam masalah belajar. Seorang anak mudah sekali putus asa
karena ia masih labil, untuk itu orang tua perlu memberikan bimbingan pada anak
selama ia belajar. Dengan pemberian bimbingan ini anak akan merasa semakin
termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya.
Singgih
D. Gunarsa mengungkapkan pendapatnya sehubungan dengan peran orang tua dalam
membimbing belajar anak di rumah, sebagai berikut:
a)
Orang tua
membantu anak untuk membagi waktu antara waktu bermain, dan waktu belajar
sesuai dengan kebutuhan anak tersebut, karena kebutuhan bermain dan belajar
pada anak berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b)
Bagi anak yang
tidak mendapatkan pekerjaan rumah dari sekolah hedaknya diberikan beberapa
tugas kecil di rumah (yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah) dengan
tetap memperhatikan kemampuan anak untuk menyelesaikan tugas tersebut.
c)
Bagi anak yang
telah mendapatkan pekerjaan rumah secara teratur, perlu dibuatkan jadwal
belajar di rumah dengan mempertimbangkan waktu istirahat anak. Jadi tidak tepat
jika jadwal belajar anak adalah sepulangnya dari sekolah. Jadwal rutinitas
kegiatan anak yang meliputi belajar, istirahat, dan bermain harus disusun
secara proposional dengan mempertimbangkan usia anak.[44]
Bentuk lain dari motivasi dari
orang tua adalah memberikan nasihat kepada anak. Menasihati anak berarti
memberi saran-saran untuk memecahkan suatu masalah, berdasarkan pengetahuan,
pengalaman dan pikiran sehat. Nasihat dan patuh memiliki pengaruh yang cukup
besar dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan hakikat sesuatu
serta mendorong mereka untuk melakukan sesuatu perbuatan yang baik.
Nasihat dapat diberikan orang
tua pada saat anak belajar di rumah. Dengan demikian maka orang tua dapat
mengetahui kesulitan-kesulitan tersebut dapat membantu usaha untuk mengatasi
kesulitannya dalam belajar, sehingga anak dapat meningkatkan minat belajarnya.
2)
Pengawasan terhadap belajar
Orang tua perlu mengawasi
pendidikan anak-anaknya, sebab tanpa adanya pengawasan dari orang tua besar
kemungkinan pendidikan anak tidak akan berjalan lancar. Pengawasan orang tua
tersebut dalam arti mengontrol atau mengawasi semua kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengawasan yang diberikan
orang tua dimaksudkan sebagai penguat disiplin supaya pendidikan anak tidak
terbengkelai, karena terbengkelainya pendidikan seorang anak bukan saja akan
merugikan dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan hidupnya.
Pengawasan orang tua terhadap
anaknya biasanya lebih diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang
tua akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan
belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas
belajarnya, dan lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi segala
sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang maksimal.
Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan
terhadap kebebasan anak untuk berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan
kewajiban anak yang bebas dan bertanggung jawab.
3)
Pemberian penghargaan dan hukuman
Orang tua juga perlu memberikan
penghargaan kepada anak. Penghargaan adalah sesuatu yang diberikan orang tua
kepada anaknya karena adanya keberhasilan anak dalam belajar sehingga meraih
prestasi. Hal ini sangat berguna bagi anak karena dengan penghargaan anak akan
timbul rasa bangga, mampu atau percaya diri dan berbuat yang lebih maksimal
lagi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Yang harus diperhatikan oleh
orang tua adalah memberikan pujian dan penghargaan pada kemampuan atau prestasi
yang diperoleh anak. Pujian dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa orang tua
menilai dan menghargai tindakan usahanya.
Bentuk lain penghargaan orang
tua selain memberi pujian adalah dengan memberikan semacam hadiah atau yang
lain. Hadiah ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi pada anak, untuk
menggembirakan, dan untuk menambah kepercayaan pada anak itu sendiri, serta
untuk mempererat hubungan dengan anak. Akan tetapi orang tua juga harus tetap
memberikan nasihat karena hadiah itu sendiri juga bisa merusak dan
menyimpangkan pikiran anak dari tujuan belajar yang sebenarnya.
Kadang kala orang tua juga
dapat menggunakan hukuman. Hukuman diberikan jika anak melakukan sesuatu yang
buruk, misalnya ketika anak malas belajar atau masuk ke sekolah. Tujuan
diberikannya hukuman ini adalah untuk menghentikan tingkah laku yang kurang
baik, dan tujuan selanjutnya adalah mendidik dan mendorong anak untuk
menghentikan sendiri tingkah laku yang tidak baik.
Disamping itu hukuman yang
diberikan itu harus wajar, logis, obyektif, dan tidak membebani mental, serta
harus sebanding antara kesalahan yang diperbuat dengan hukuman yang diberikan.
Apabila hukuman terlalu berat, anak cenderung untuk menghindari atau
meninggalkan. Dalam hal ini M. Ngalim Purwanto mengemukakan sifat hukuman yang
mendidik, yaitu:
a) Senantiasa merupakan jawaban
atas suatu pelanggaran;
b) Sedikit banyaknya selalu
bersifat tidak menyenangkan;
c) Selalu bertujuan ke arah perbaikan; hukuman itu
hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri.[45]
4)
Memenuhi kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar adalah segala
alat dan sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak.
Kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam sekolah, buku-buku,
alat-alat belajar, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat
penting bagi anak, karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan
baik. Dalam hal ini Bimo Walgito menyatakan bahwa “semakin lengkap alat-alat
pelajarannya, akan semakin dapat orang belajar
dengan sebaik-baiknya, sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka
hal ini merupakan gangguan di dalam proses belajar, sehingga hasilnya akan
mengalami gangguan.”[46]
Tersedianya fasilitas dan
kebutuhan belajar yang memadai akan berdampak positif dalam aktivitas belajar
anak. Anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya sering kali tidak
memiliki semangat belajar. Lain halnya jika segala kebutuhan belajarnya
tercukupi, maka anak tersebut lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar.
Mengenai perhatian terhadap
kebutuhan belajar, kaitanya dengan motivasi belajar mempunyai pengaruh yang
sangat kuat. Hal itu dapat diketahui bahwa dengan dicukupinya kebutuhan
belajar, berarti anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Kebutuhan belajar,
seperti buku termasuk unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar.
5)
Memberian Kasih Sayang
Pengabdian orang tua dalam
mendidik anak-anaknya semata-mata demi cinta kasih yang kodrati, sehingga dalam
suasana cinta kasih sayang dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung
dengan baik seumur anak dalam tanggungan utama keluarga. Kewajiban orang tua
dalam mendidik anak-anaknya tidak menuntut untuk memiliki profesionalitas yang
tinggi, karena kewajiban tersebut berjalan dengan sendirinya sebagai adat atau
tradisi, sehingga tidak hanya orang tua yang berilmu tinggi yang dapat
melakukan kewajiban mendidik, tetapi juga orang tua yang pendidikannya masih
pada taraf yang paling minim. Hal ini karena kewajiban mendidik anak merupakan
naluri padagogis pada setiap individu yang menginginkan agar anaknya lebih baik
dari keadaan dirinya. Anak juga membutuhkan kasih sayang dan motivasi dari
orang tua agar anak lebih semangat untuk belajar karna dapat dorongan dari
orang tua.
Berdasarkan uraian-uraian di
atas, dapat ditarik sintesis bahwa yang dimaksud dengan orang tua sebagai
motivator adalah bentuk peran orang tua sebagai pendorong bagi anak-anak untuk
mencapai keberhasilan dalam pendidikan, khususnya dalam belajar, dengan indikator:
1) pemberian bimbingan dan nasehat; 2) pengawasan terhadap belajar; 3)
pemberian penghargaan dan hukuman, 4) memenuhi kebutuhan belajar, dan 5)
pemberian kasih sayang.
d. Pengaruh Orang Tua sebagai Motivator Terhadap Prestasi Belajar
Siswa
Motivasi
orang tua merupakan masalah yang esensial sekali sifatnya terhadap prestasi
belajar siswa. Dikarenakan motivasi orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan jiwa anak. Motivasi orang tua merupakan manifestasi dari sikap dan
perhatian orang tua terhadap siswa, sesorang akan merasakan sesuatu yang lain
dari dirinya entah itu keinginan, harapan-harapan, angan-angan dan cita-cita
yang nantinya dapat terealisasikan dengan di gandeng rasa aman dan kasih sayang
dan perhatian orang tua. Tidak jarang dijumpai realita yang ada, bahwa sering
terdapat anak-anak yang malas, sering membolos sekolah, dan yang lebih parah
lagi anak meninggalkan aktivitas belajarnya dengan mendatangi diskotik-diskotik
dan tempat-tempat yang terlarang lainnya. Adakalahnya di kalangan siswa hanya
mencari perdikat formal sebagai kelompok siswa. Padahal ia tidak tahu apa-apa
dan anehnya juga tidak berusaha untuk tahu. Banyak ditemui siswa pergi
kesekolah hanya dengan sehelai notebook, itu saja kalau mendapat pelajaran, dan
itu saja yang diandalkan untuk menempuh tes ujian nanti, tidak membeli buku
yang diwajibkan, sementara juga malas ke perpustakaan. Hal semacam ini siswa
pada umumnya benar-benar lesu dan tidak bergairah terhadap ilmu. Problem pokok
yang kian komplek ini menunjukkan bahwa orang tua tidak berhasil untuk
mendorong siswa atau anak untuk lebih meningkatkan lagi prestasi belajarnya
selama ini.
Terkadang
orang tua merasa bahwa tugasnya hanyalah memenuhi keinginan materi anak belajar
bukan memotivasi anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Hal sedemikian
akan membawa dampak yang negatif pada anak, merasa bebas dari tanggung jawab
sebagai seorang siswa yang tidak lepas dari tugas-tugas akademiknya. Maka
anak-anak perlu memperboleh motivasi yang tepat dari orang tua selain motivasi
yang ada pada dirinya sendiri akan dapat belajar lebih giat dan nantinya akan
mendapatkan prestasi yang diharapkan. Oleh karena motivasi mempengaruhi tinggi
rendahnya, prestasi siwa, orang tua diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip
motivasi mendidik, merangsang minat belajarnya dan tetap mempertahankan
motivasi yang ada pada dirinya.
Dengan
demikian prestasi belajar anak akan tinggi atau memuaskan disebabkan adanya
dorongan dari luar selain dorongan yang ada pada dirinya , dorongan itu berupa
motivasi yang berasal dari kedua orang tuanya. Dengan demikian jelaslah bahwa
pengaruh motivasi orang tua sangat menunjang terhadap keberhasilan prestasi
belajar seorang siswa untuk anak didik
B. Kerangka Berfikir
Motivasi dari orang tua
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Tanpa
adanya dorongan atau rangsangan dari orang tua untuk belajar, maka timbul
kurang gairah pada diri anak dalam prestasi belajarnya. Hal ini yang akan
mengarah pada rasa pesimis yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan anak.
Hasil belajar akan optimal manakala ada motivasi yang tepat dari orang tua
selain motivasi yang datang dari anak itu sendiri.
Untuk menciptakan kondisi atau
proses yang mengarahkan anak untuk meningkatkan dalam belajar maka orang tua
harus memberikan motivasi dan dorongan yang tinggi agar anak berprestasi dalam
belajar. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut
kemampuan yang dimiliki oleh siswa, maka semakin tinggi prestasi belajar yang
dicapai anak akan menjadi lebih baik, untuk itu diduga terdapat pengaruh orang
tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang studi PAI.
Untuk memperjelas uraian kerangka berfikir di atas, maka penulis sajikan dengan
skema berikut ini.
Pernyataan
siswa tentang peran orang tua sebagai motivator dengan indikator:
1) Pemberian bimbingan dan nasehat.
2) Pengawasan terhadap belajar.
3) Pemberian penghargaan dan hukuman.
4) Pemenuhan kebutuhan belajar
5) Memberikan kasih sayang
|
Nilai
rata-rata yang dicapai siswa dari tes formatif dan sumatif dalam bidang
studi PAI pada semester genap tahun pelajaran 2015-2016
|
PENGARUH
Orang tua
yang aktif memotivasi anak dalam belajar, maka anak akan termotivasi
sehingga anak dapat berprestasi.
|
C. Hipotesis
Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis juga mengatakan hubungan apa
yang kita cari atau yang ingin kita pelajari.[47]
Untuk mengetahui kebenaran hipotesis maka sebuah penelitian amatlah diperlukan.
Berdasarkan kajian teoretik dan kerangka berpikir yang
telah dipaparkan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh
orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang studi
Pendidikan Agama Islam di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah
yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1.
Mengetahui tingkat peran orang tua sebagai motivator di SMP Nurjamilah
Bintara Raya Bekasi.
2.
Mengetahui prestasi belajar siswa dalam bidang studi PAI di SMP Nurjamilah
Bintara Raya Bekasi.
3.
Membuktikan adanya pengaruh orang tua sebagai motivator terhadap prestasi
belajar siswa dalam bidang studi PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
a.
Letak Geografis
Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Nurjamilah Bekasi yang berdomisili di Jln. Bintara Raya Rt 003 Rw 12 No. 27
Keranji Bekasi Barat kota Bekasi. Propinsi Jawa Barat. Adapun batasan geografis
SMP berada di sekitar pinggir jalan raya. Namun demikian untuk mencapai lokasi
sekolah ini tidaklah sulit, karena dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan
darat baik mobil maupun motor. Lain dari pada itu, sekolah ini juga dilintasi
dengan kendaraan umum.
b.
Visi dan Misi SMP Nurjamilah
a). Visi SMP
Nurjamilah
Terdepan dalam prestasi,
berkualitas dalam menjalankan agama islam, memiliki akidah yang kokoh,
menghasilkan SDM yang berakhlak mulia, menyiapkan generasi muda islam yang
berbasis IPTEK dan IMTAQ.
b). Misi SMP Nurjamilah:
1.
Menanamkan ajaran agama islam sejak dini
2.
Membentuk SDM yang berakhlak mulia
3.
Menghasilkan peserta didik yang cerdas, terampil, dan kreatif
4.
Memberikan pendidikan yang berbasis IPTEK dan IMTEQ.
Tujuan :
1.
Membentuk peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
2.
Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik
akan status, hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara serta meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia
3.
Mengenal, menyikapi dan mengapresiasi ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berprilaku
ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.
4.
Meningkatkan sensitivitas, kemampuan
mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni.
c.
Keadaan Guru
Adapun data guru SMP Nurjamilah
Bintara Raya Bekasi adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Daftar Nama-Nama Guru dan Karyawan
Tahun Ajaran 2015/2016
No.
|
NAMA GURU DAN KARYAWAN
|
JABATAN
|
MENGAJAR MATA PELAJARAN
|
1
|
ANWAR M. INCES S.Ag
|
KEPALA SEKOLAH
|
PAI
|
2
|
H. ACHMAD SHOBUR, LC.
|
GURU
|
PPKN
|
3
|
AHMAD MASYRIQOINI
|
GURU
|
B. Indonesia
|
4
|
ROPIKO JUNAEIDI
|
GURU
|
B. Inggris
|
5
|
MUSTAIEM, S.Pd.
|
GURU
|
PPKN
|
6
|
ULFI LATIFAH
|
GURU
|
Matematika
|
7
|
PUTRI
YULIANA S.Pd
|
GURU
|
IPA
|
8
|
ENDANG LULI LESTARI, S.Pd.
|
GURU
|
IPS
|
9
|
SYAMSUL ARIFIN
|
GURU
|
Al-Qur’an Hadits
|
10
|
TRI INDRIANI PUJIANTI, S.Pd.
|
GURU
|
SBK
|
11
|
ROHIMATUL JANNAH. S.Pd.
|
GURU
|
I. Syari’ah
|
12
|
NAFSIATUL MUKARROMAH
|
GURU
|
Penjaskes
|
13
|
NUR HASANAH, S.H.
|
GURU
|
Aqidah Akhlak
|
14
|
M. RIZKY APRIYANTO
|
GURU
|
B. Sunda
|
15
|
NENENG YULIANA, S.Psi.
|
GURU
|
TIK
|
16
|
M. ADI. K, S.Pd.
|
GURU
|
B. Arab
|
17
|
SEPTIYANTI HANIFAH, S.Pd.
|
GURU
|
SKI
|
18
|
RAHMIANA S.Hum
|
GURU
|
Muthola’ah
|
19
|
ASYROFAH, S.H.I
|
GURU
|
Biologi
|
20
|
PALUPI, S.E.
|
GURU
|
IPA
|
21
|
OLFIANA FEBRIANTI S.Pd
|
GURU
|
PAI
|
22
|
SUSI HERAWATI
|
GURU
|
TIK
|
23
|
TRI NOVIYANTO, S.Pd.
|
GURU
|
PAI
|
24
|
AKBAR
|
TU
|
Matematika
|
25
|
M. IMRON ROSYADI
|
TU
|
B. Indonesia
|
26
|
LALA LATIFATUL HUDA
|
GURU
|
Al-Qur’an Hadits
|
Sumber: Tata Usaha SMP Nurjamilah
d.
Keadaan Siswa
Data keadaan siswa pada tahun
pelajaran 2015-2016 SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Keadaan Siswa/I SMP Nurjamilah
Tahun Ajaran 2015/2016
Tahun Ajaran
|
Kelas VII
|
Kelas VIII
|
Kelas IX
|
Jumlah seluruh siswa
|
||||||||
Lk
|
Pr
|
Jml
|
Lk
|
Pr
|
Jml
|
Lk
|
Pr
|
Jml
|
Lk
|
Pr
|
Jml
|
|
2014/2015
|
100
|
100
|
200
|
112
|
115
|
227
|
80
|
75
|
155
|
292
|
290
|
582
|
2015/2016
|
125
|
134
|
259
|
114
|
114
|
228
|
76
|
88
|
164
|
315
|
336
|
651
|
2016/2017
|
111
|
114
|
225
|
86
|
84
|
170
|
65
|
70
|
135
|
262
|
268
|
530
|
Sumber: Tata
Usaha SMP Nurjamilah
e. Sarana dan Prasarana
SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi ini
memiliki saran dan prasarana yang sudah memadai di antaranya.
Tabel 3
Sarana dan
Prasarana SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi
No
|
Jenis Ruangan
|
Jumlah
|
Kondisi
|
1
|
Ruang Belajar/ Kelas
|
18
|
Baik
|
2
|
Ruang Perpustakaan
|
1
|
Baik
|
3
|
Ruang Kepala Sekolah
|
1
|
Baik
|
4
|
Ruang Guru
|
1
|
Baik
|
5
|
Ruang Osis
|
1
|
Baik
|
6
|
Ruang Ibadah/ Masjid
|
1
|
Baik
|
7
|
Gudang
|
1
|
Baik
|
8
|
Ruang UKS
|
1
|
Baik
|
9
|
Ruang Serbaguna
|
1
|
Baik
|
10
|
Kamar Mandi Guru
|
3
|
Baik
|
11
|
Kamar Mandi Siswa
|
3
|
Baik
|
12
|
Ruang Tata Usaha
|
1
|
Baik
|
13
|
Kantin
|
1
|
Baik
|
14
|
Dapur
|
2
|
Baik
|
15
|
Printer
|
1
|
Baik
|
16
|
Laboratorium IPA
|
1
|
Baik
|
17
|
Laboratorium Komputer
|
1
|
Baik
|
18
|
Telpon
|
1
|
Baik
|
19
|
Infocus
|
2
|
Baik
|
20
|
Komputer TU
|
1
|
Baik
|
Sumber:
Tata Usaha SMP Nurjamilah
Bintara Raya Bekasi.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 4
(empat) bulan yaitu pada bulan mei hingga bulan Agustus 2016 dengan
kegiatan-kegiatan penelitian sebagai berikut:
a) Persiapan meliputi: penyusunan proposal, seminar proposal,
dan penyusunan instrumen.
b) Pengumpulan data di lapangan meliputi: observasi lokal
penelitian, penyebaran angket, dan pengumpulan dokumen.
c) Pengelolaan dan analisis data.
d) Pembuatan laporan hasil penelitian.
e) Pengesahan laporan.
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4
Jadwal Kegiatan
Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agust
|
Sept
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Penyusunan
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Seminar
proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Penyusunan deskripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Observasi tempat penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyusunan instrumen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Pengumpulan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Pengelolaan data dan analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Penyusunan laporan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Pengesahan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data diolah
C. Variabel Penelitian
Kata “variabel” berasal dari bahasa Inggris variable yang berarti: ”ubahan”,
“factor tak tetap”,
atau “gejala yang dapat diubah-ubah”.[48] Variabel
juga dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.[49]
Dari pengertian-pengertian di atas, bahwa variabel penelitian dapat
diartikan sebagai atribut atau nilai atau sifat dari objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya yang telah ditentukan oleh
peneliti untuk dipelajari dan dicari infromasinya kemudian ditarik sebuah
kesimpulan.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu orang tua sebagai motivator sebagai variabel yang mempengaruhi atau variabel bebas dan prestasi belajar
siswa pada bidang Pendidikan
Agama Islam sebagai variabel terikat.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode expost facto dengan teknik
deskriptif korelasional. Metode expost facto adalah suatu penelitian
yang dilakukan untuk meneliti
peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.[50] Teknik
deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki
dengan melukiskan keadaan subjek dan
objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
bagaimana adanya.[51]
Sedangkan menurut Anas Sudjiono
teknik analisis korelasional adalah teknik analisis statistik mengenai hubungan
antar dua variabel atau lebih.[52]
Jadi, teknik korelasional adalah mengumpulkan data-data agar bisa mengukur
kemungkinan ada tidaknya hubungan dari variabel-variabel dalam kondisi yang
akan diteliti.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
- Populasi Penelitian
Menurut
Sutrisno Hadi populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk
diselidiki.[53]
Menurut Idrus Alwi populasi adalah semua individu yang dapat (atau yang
mungkinkan) memberikan data dan informasi untuk suatu penelitian.[54]
Jadi populasi adalah seluruh obyek yang akan diteliti dalam sebuah penelitian.
Populasi target dalam penelitian ini seluruh siswa SMP Nurjamilah dengan
jumlah 530 orang siswa. Populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas 8 SMP
Nurjamilah Bintara Raya Bekasi yang berjumlah 170 orang siswa.
- Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari
populasi yang diambil dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.[55]
Sedangkan sampel menurut Sugiyono adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.[56]
Jadi sampel penelitian adalah sebagian objek yang akan diteliti yang
mewakili populasi tertentu.
Dalam penelitian ini yang dijadikan
sampel adalah sebagian siswa SMP Nurjamilah. Menurut Suharsimi, jika jumlah
subyeknya kurang dari 100 diambil semua sehingga penelitian merupakan
penelitian populasi.[57]
Tetapi jika jumlah populasi lebih dari 100 orang atau jumlah subjeknya besar
maka sampel yang dapat diambil antara 10-25% atau 20-25% atau lebih maka dalam
penelitian ini jumlah sampel yang diambil kurang lebih 35% (dari populasi
terjangkau) yaitu sebanyak 60 orang siswa.
Adapun teknik pengambilan sampelnya menggunakan sample random
sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak sederhana
tanpa memperhatikan kriteria tertentu. Sehingga setiap objek dalam populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan responden.
F.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data informasi yang
berkenaan dengan penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan
ialah sebagai berikut:
1) Teknik pengukuran dengan bentuk skala
Skala adalah suatu prosedur atau teknik
pemberian angka atau simbol lain kepada sejumlah ciri dari suatu objek tertentu
berupa Quesioner. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rating scale. Rating scale adalah salah satu alat untuk
memperoleh data yang berupa suatu daftar tentang sifat atau ciri-ciri tingkah laku yang ingin
diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat.[58]
Teknik skala ini digunakan untuk mengukur
hasil angket atau kuesioner variabel Orang Tua sebagai Motivator dan variabel
Prestasi Belajar PAI dengan menggunakan pendekatan skala frekuensi alternatif
jawabannya berupa Selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), pernah (PR) dan
tidak pernah (TP).
2) Teknik non-pengukuran
Pengumpulan data penelitian dalam teknik
non-pengukuran ini ialah berupa observasi, dan dokumentasi.
a. Observasi adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang dijadikan sasaran pengamatan.[59]
b. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mencatat
arsip-arsip yang telah ada. Data yang dimaksud seperti keadaan para siswa, keadaan guru, struktur
organisasi, sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
G.
Teknik
Analisis Data
Analisis data adalah proses
penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
interprestasikan. Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dilakukan untuk mencari korelasi
antara dua variabel. Adapun data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian
ini akan dioleh dengan teknik analisis data sebagai berikut:
1. Data Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskriptifkan data tentang orang
tua sebagai motivator dan prestasi belajar siswa, sehingga data dapat disajikan
dalam bentuk histogram.
2. Uji Persyaratan Analisis Data
Untuk menguji persyaratan
analisis data, dalam penelitian ini digunakan uji normalitas. Penguji
normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data.
Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas data dengan uji liliefor.
3.
Pengujian Hipotesis
a. Regresi
Regresi adalah jenis uji
statistik yang dipakai untuk melihat daya prediksi variabel independen
(prediktor) terhadap variabel dependen (kriterium). Dengan persamaan
regresi: Ŷ= a + bX.
b. linearitas
Pemeriksaan kelinearan
dilakukan melalui pengujian hipotesis nol. Bahwa linear melawan hipotesis
tandingan bahwa tidak linear, yaitu dengan koefisien regresi sederhana dan uji
keberartian regresi.
c. Koefesien Determinasi
Untuk mengetahui berapa besar
sumbangan variabel Orang Tua sebagai Motivator (variabel X) dengan Prestasi
Belajar Siswa (variabel Y) menggunakan rumus D = (rxy)2 x100%.
d. Signifikasi Korelasi
Untuk menguji signifikan atau
tidak signifikannya korelasi antara dua variabel X dan Y, maka akan di uji
menggunakan rumus:
H.
Hipotesis Statistik
Adapun rumusan hipotesis statistik yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
a. Regresi
H0 : β = 0 à Tidak terdapat pengaruh antara
orang tua sebagai motivator terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah
Bintara Raya Bekasi.
H1 : β ≠ 0
à Terdapat pengaruh antara orang tua sebagai motivator
terhadap prestasi belajar PAI di SMP Nurjamilah Bintara Raya Bekasi.
b.
Signifikan Regresi
Ho
: β < 0 → Regresi non Linier
H1
: β > 0 → = Regresi Linier
- Linearitas Regresi
Ŷ = a + bX. → Regresi Linier
Ŷ= a + bX. → Regresi Non Linier
Kriteria:
a.
Terima H0 Jika rhitung < rtabel pd db
N-2 α 5%
Tolak H0 Jika rhitung > rtabel pada db
N-2 α 5%
b.
Terima Ho Jika Fh < Ftabel pada (1,n-2) α 5%
Tolak Ho jika Fh > Ftabel pada (1,n-2) α 5%
c.
Terima Ho jika Fh < Ftabel pada (k-2,n-k) α 5%
Tolak Ho jika Fh > Ftabel pada (k-2,n-k) α 5%
[1]Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),
h. 77.
[2]Slameto, Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.
61.
[3]Eko Endarmoko, Tesaurus
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 437.
[4]Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 756.
[6]Oemar Hamalik, Proses
Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), h. 30.
[7]WS Winkel, Psikologi
Pengajaran Edisi Revisi. (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), h.
102.
[8]Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1999), h. 787.
[9] Zainal Arifin,
Evaluasi Intruksional Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998), h. 121.
[10] W.J.S
Purwadarrninta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h. 767.
[11]Tulus Tu’u, Peran
Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta:Grasindo,2004), h. 75.
[12]Departemen Pendidikan
Nasional, Op. Cit, h. 27.
[13]Tulus Tu’u,
Op, Cit. h. 77.
[14]M. Arifin, Kapita
Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet.
Ke-4, h. 5.
[15]Zakiah
Daradjat, et, al, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h.
86.
[16]Suharsimi
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),
h. 6.
[18]M. Dalyono, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 55.
[19]M. Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2010), h. 133.
[21] Sardiman .
A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2001), h. 73.
[22]M. Dalyono,
Op, Cit, h.59.
[23] Ibid.,
h. 60.
[24]Departemen Pendidikan
Nasional, Op, Cit., h. 232.
[25]Sudaryono, Dasar-Dasar
Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 43.
[27]Eko Endarmoko, Tesaurus
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 437.
[28] Departemen Pendidikan
Nasional, Op. Cit., h. 756.
[29]JS. Badudu, Kamus
Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2007), h. 232.
[31]Anita Lie, Memudahkan
Anak Belajar, (Jakarta: Kompas, 2008), h. 29.
[32]Hasbullah, Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2001), h. 39.
[33]Tim Dosen
FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha-Usaha
Nasional, 1988), h. 16.
[34]M. Joko Susilo,
Gaya Belajar Menjadi Makin Pintar, (Yokyakarta: Pinus, 2006), h. 77.
[35]Danny I. Yatim
dan Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika, (Jakarta: Arcan, 1991), h.
94.
[36]Mohammad
Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Disiplin diri,
(Jakarta: PT Rieneka Cipta, 1998), h.
42.
[38]Ali Ismail, Panduan
Praktis Bagi Orang Tua Mendampingi Remaja Meraih Sukses, (Jakarta: Pustaka
Populer Obor, 2000), h. 35.
[39]Abuddin Nata, Paradigma
Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Grasindo 2001), h. 300.
[40]M. Joko Susilo,
Op. Cit., h.80.
[41]Moch. Idochi
Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2004), h. 158.
[42]Oemar Hamalik, Psikologi
Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2002), h. 193.
[44]Y. Singgih D.
Gunarsa dan Singgih, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta:PT. BPK Gunung
Mulia, 1987), Cet. Ke-5, hh. 19-20.
[45]M. Ngalim
Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 236.
[46]Bimo Walgito, Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta:Andi Offset, 1990), hh. 123-124.
[47] Sugiono, Metode
Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 96.
[48]Anas Sudijono, Pengantar Statistik
Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. ke-23, h. 36.
[49]Idrus Alwi, Metodologi Penelitian Pendidikan,
(Jakarta: Saraz Publishing, 2013), Cet.ke-1,
h. 49.
[50] Ridwan, Belajar Penelitian Untuk Guru,
Karyawan dan Penelitian Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2006), cet. Ke-3, h.
50.
[52]Anas Sudijono, Pengantar
Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet.Ket-24, h. 188.
[53]Sutrisno Hadi, Statistik,
Jilid 2, (Yogyakarta: Andi, 2004), Jilid 2, h. 182.
[55]S. Margono, Metodologi
Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Cipta, 2010), h. 118.
[56]Sugiyono, Statistik
Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 81.
[57]Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), cet. Ke-1, h. 134.
[58]Idrus Alwi, Op,Cit,
h. 108.
[59]Bimo Walgito, Bimbingan
dan Penyuluhan di Skolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 54.
Comments
Post a Comment
Jangan lupa komentar yaaa !!!